Namun belakangan disadari bahwa gagasan ini tidak sepenuhnya mampu memecahkan aspek-aspek misterius Merkurius.
Misalnya, bagaimana planet mungil ini bisa demikian kaya akan besi dengan konsentrasi besi metaliknya hingga 2 kali lipat lebih besar dibanding planet kebumian lainnya?
Juga bagaimana Merkurius bisa tetap mengandung substansi gampang menguap (volatil) seperti air, belerang, timbal, kalium dan natrium dalam jumlah besar? Kadar substansi gampang menguap di Merkurius justru lebih besar ketimbang substansi sejenis di Bulan.
Padahal jika Percikan Besar benar-benar terjadi, substansi gampang menguap itu seharusnya sangat sulit dijumpai karena seharusnya telah habis menguap kala Merkurius purba masih sangat panas sesaat pasca Percikan Besar terjadi.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut, astronom Eric Asphaug (Arizona State University, Arizona, Amerika Serikat) bersama dengan astronom Andreas Reufer (University of Bern, Swiss) mengapungkan sebuah gagasan baru nan kontroversial yang dipublikasikan pada awal Juli 2014 ini.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut, astronom Eric Asphaug (Arizona State University, Arizona, Amerika Serikat) bersama dengan astronom Andreas Reufer (University of Bern, Swiss) mengapungkan sebuah gagasan baru nan kontroversial yang dipublikasikan pada awal Juli 2014 ini.
Bagi Asphaug-Reufer, masalah yang masih tersisa dalam gagasan Percikan Besar Merkurius bisa diatasi bilamana kita menata ulang posisi Merkurius purba dan planet asing purba tersebut.
Merkurius purba bukanlah benda langit yang ditabrak, melainkan sebagai penabrak. Inilah gagasan yang secara tak resmi dinamakan gagasan tabrak lari kosmik (hit-and-run hypothesis).
Lewat simulasi komputernya Asphaug-Reufer memperlihatkan bahwa sebelum tabrakan terjadi, Merkurius purba adalah protoplanet bermassa 4,52 kali lipat Merkurius saat ini atau setara seperempat massa Bumi terkini.
Lewat simulasi komputernya Asphaug-Reufer memperlihatkan bahwa sebelum tabrakan terjadi, Merkurius purba adalah protoplanet bermassa 4,52 kali lipat Merkurius saat ini atau setara seperempat massa Bumi terkini.
Sementara planet asing purba itu memiliki massa 15,37 kali lipat Merkurius saat ini atau setara 0,8 massa Bumi saat ini. Pada suatu waktu di kala usia surya kita masih amat sangat muda, terjadilah situasi demikian rupa sehingga Merkurius purba melejit ke arah planet asing purba tersebut.
Baik Merkurius purba maupun planet asing purba itu masih sama-sama menyandang status protoplanet, namun sudah mulai mengalami diferensiasi kimiawi sehingga bakal inti dan bakal selubungnya telah terbentuk.
Maka tabrakan pun tak terhindarkan lagi. Merkurius purba menubruk planet asing purba itu dengan kecepatan relatif 13,81 km/detik (49.700 km/jam) pada sudut 34 derajat.
Ilustrasi detik-detik hipotesis tabrak lari. Kredit: Asphaug-Reufer |
Energi yang sangat besar membuat Merkurius purba rontok sepenuhnya, muncrat menjadi debu, pasir dan bebatuan panas beragam ukuran yang terlontar ke arah tertentu.
Sebaliknya planet asing purba itu bernasib sedikit lebih baik, hanya separuh bagiannya yang rontok dan tersembur ke angkasa. Sisanya masih mampu mempertahankan diri dan segera mengorganisir diri kembali di bawah pengaruh gravitasinya sendiri.
Pada saat yang sama, remah-remah Merkurius purba khususnya bekas bakal intinya pun mulai menggumpal kembali hingga pada akhirnya terbentuk gumpalan membundar (spheris) yang lebih kecil dibanding Merkurius purba pra-tabrakan.
<sebelumnya 1 | 2 | 3 selanjutnya >