Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Postingan

Berburu Kehidupan di Luar Bumi (2)

Tetapi ada satu masalah. Tidak ada yang tahu persentase atau angkanya, kecuali variabel paling pertama dalam persamaan itu: laju pem­bentukan bintang mirip-Matahari. Jika para ilmuwan SETI berhasil menangkap sinyal radio dari luar Bumi, tentu saja ketidakpastian angka-angka ini tidak penting lagi. Namun, sampai itu terjadi, pakar dalam setiap butir persamaan Drake harus berusaha mengisinya dengan me­nentukan angkanya—dengan mencari jumlah rata-rata planet di sekeliling bintang mirip-matahari atau mencoba memecahkan misteri bagaimana kehidupan mengakar di Bumi.

Untuk memasukkan perkiraan kasar ke dalam persamaan itu pun, para ilmuwan baru mampu melakukannya sepertiga abad kemudian. Pada 1995, Michel Mayor dan Didier Queloz mendeteksi planet pertama yang mengorbit bintang mirip-Matahari di luar tata surya kita. Dunia itu, yang dinamai 51 Pegasi b, sekitar 50 tahun-cahaya dari Bumi, adalah gumpal gas besar sebesar setengah Yupiter, dengan orbit begitu rapat sehingga satu “tahun” di sana hanya empat hari, dan suhu permukaannya lebih dari 1.000 derajat Celsius.

Tak ada yang berpikir sedetik pun bahwa ke­hidupan dapat muncul dalam kondisi bagai neraka itu. Namun, penemuan satu planet pun sudah terobosan besar. Awal tahun berikutnya, Geoffrey Marcy memimpin timnya menemukan planet kedua di luar tata surya, lalu ketiga. Hingga kini, astronom telah memastikan hampir dua ribu eksoplanet, demikian sebutannya, dari yang berukuran lebih kecil daripada Bumi hingga lebih besar daripada Yupiter. Masih ada ribuan lagi yang menunggu konfirmasi.

Tidak ada yang persis sama dengan Bumi, tetapi para ilmuwan yakin akan menemukannya tak lama lagi. Berdasarkan penemuan planet-planet yang agak lebih besar sejauh ini, para astronom baru-baru ini menghitung bahwa lebih dari seperlima bintang mirip-Matahari me­miliki planet mirip-Bumi yang dapat dihuni. Secara statistik, yang terdekat mungkin hanya berjarak 12 tahun-cahaya, yang praktis bertetangga dengan kita dalam skala kosmis.

Namun, tahun-tahun belakangan, para pemburu planet menyadari bahwa tidak ada alasan untuk membatasi pencarian pada bintang yang persis sama seperti Matahari. “Sewaktu saya masih SMA,” kata David Charbonneau, astronom di Harvard, “kami diajari bahwa Matahari yang dikitari Bumi adalah bintang standar. Tetapi itu keliru.” Bahkan, sekitar 80 persen bintang di Bima Sakti adalah benda kemerahan yang kecil, sejuk, redup, yang disebut bintang katai M. Jika ada planet mirip-Bumi yang mengitari bintang katai M pada jarak yang tepat—harus lebih dekat ke bintangnya daripada Bumi ke Matahari, agar tidak terlalu dingin—planet itu juga bisa dihuni makhluk hidup.

Selain itu, para ilmuwan kini meyakini bahwa planet tidak perlu berukuran sama dengan Bumi agar dapat dihuni. “Kalau Anda tanya saya,” kata Dimitar Sasselov, astronom lain dari Harvard, “antara satu hingga lima kali massa Bumi masih ideal.” Singkat kata, keragaman planet layak-huni dan bintang yang dikelilinginya mungkin jauh lebih besar daripada yang diasumsikan oleh Drake dan rekan-rekannya.

Bukan hanya itu: Ternyata rentang suhu dan lingkungan kimiawi yang dapat menunjang kehidupan organisme ekstremofil juga lebih besar daripada yang dapat dibayangkan orang-orang di pertemuan Drake. Pada 1970-an, para ahli oseanografi menemukan cerobong hidrotermal, yang menyediakan nutrisi bagi ekosistem bakteri yang kaya. Mikrob tersebut, yang makan hidrogen sulfida dan zat kimia lain yang larut dalam air, kemudian menjadi makanan organisme lebih tinggi. Para ilmuwan juga menemukan bentuk kehidupan yang tumbuh subur di mata air panas, di danau beku ratusan meter di bawah permukaan lembar es Antartika, di lokasi yang sangat asam atau sangat basa atau sangat asin atau radioaktif, dan bahkan di retak kecil pada batu padat satu kilometer di bawah tanah atau lebih. “Di Bumi, kondisi-kondisi seperti itu merupakan lingkungan khusus,” kata Lisa Kaltenegger, yang merangkap jabatan di Harvard dan di Max-Planck-Institut für Astronomie di Jerman. “Tetapi, di planet lain, lingkungan seperti ini justru bisa menjadi skenario dominan.”

Berlanjut ke: 12 | 3 | 4 | 5
Dukung kami untuk terus aktif
Merasa artikel ini bermanfaat untuk kamu? Mau kami bisa terus menerbitkan artikel astronomi bermanfaat lainnya? Kami butuh dukunganmu!

Beri Dukungan
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.