Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Apa Itu Blood Moon?

Menjelang peristiwa gerhana Bulan total di akhir Januari ini, Anda mungkin sering membaca istilah "Blood Moon". Tapi, apa sebenarnya "Blood Moon" itu? Apakah berbahaya?
Puncak gerhana Bulan total yang membuat Bulan tampak merah. Kredit: NASA
Info Astronomy - Menjelang peristiwa gerhana Bulan total di akhir Juli mendatang ini, Anda mungkin sering membaca istilah "Blood Moon". Tapi, apa sebenarnya "Blood Moon" itu? Apakah berbahaya?

Sebuah "Blood Moon" atau "Bulan Darah" sendiri hanya terjadi ketika puncak peristiwa gerhana Bulan total. Peristiwa ini tidak akan menimbulkan dampak negatif, melainkan justru akan menjadi pemandangan yang sangat indah di langit.

Bulan yang biasanya berwarna putih keabu-abuan akan tampak berubah warna menjadi merah atau cokelat kemerah-merahan. Itulah mengapa dijuluki sebagai "Bulan Darah" karena warnanya yang memang mirip dengan darah.

Peristiwa "Bulan Darah" ini akan bisa kita amati selama gerhana Bulan total pada 28 Juli 2018 nanti, yang akan terlihat dari seluruh wilayah Indonesia, Asia, Afrika, Eropa, Australia, hingga sebagian Amerika Selatan.

Baca Juga: Keistimewaan Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018


Mengapa Bulan Berwarna Kemerahan?

Bulan mengorbit Bumi, sementara Bumi juga mengorbit Matahari. Bulan membutuhkan waktu sekitar 27 hari untuk sekali mengorbit Bumi dan mengalami perubahan fase dalam siklus 29,5 hari. Perbedaan dalam kedua siklus ini berkaitan dengan posisi relatif Matahari, Bumi, dan bulan, yang terus berubah seiring berjalannya waktu.

Gerhana Bulan sendiri hanya bisa terjadi pada fase Bulan purnama, yakni saat Matahari akan menerangi permukaan Bulan yang menghadap ke arah Bumi secara keseluruhan. Namun, tidak setiap Bulan purnama akan terjadi gerhana Bulan.

Ilustrasi orbit Bulan yang miring. Kredit: Quora
Hal itu terjadi karena bidang orbit Bulan dalam mengelilingi Bumi diketahui miring sekitar 5 derajat. Gerhana Bulan hanya terjadi ketika Matahari-Bumi-Bulan benar-benar sejajar di bidang orbitnya. Bumi akan lewat di antara Bulan dan Matahari sehingga akan menghalangi sinar Matahari yang seharusnya menyinari Bulan, sehingga terjadilah gerhana.

Jika Bumi menghalangi sebagian sinar Matahari yang seharusnya menyinari Bulan, maka akan terjadi gerhana Bulan parsial. Pada gerhana tersebut, Anda akan melihat bayangan hitam yang tampak "menggigit" Bulan.

Terkadang, Bulan juga hanya melewati bagian yang lebih terang dari bayangan Bumi, yang dikenal sebagai bayangan penumbra, sehingga rona Bulan hanya akan meredup sedikit dalam peristiwa yang dikenal sebagai gerhana Bulan penumbra.

Ilustrasi orbit Bulan yang miring. Kredit: Theconservation.com
Terakhir, ketika Bulan memasuki seluruh bayangan gelap (umbra) Bumi, maka sesuatu yang spektakuler terjadi. Bulan tidak akan gelap gulita, melainkan akan tampak berwarna kemerahan.

Warna merah tersebut berasal dari cahaya dari Matahari juga. Cahaya Matahari terdiri dari berbagai frekuensi warna, mulai dari cahaya berfrekuensi rendah hingga yang berfrekuensi tinggi.

Saat cahaya Matahari menerobos atmosfer Bumi kita, cahaya berfrekuensi tinggi seperti hijau, biru, dan ungu bakal lebih mudah dihamburkan oleh molekul atmosfer Bumi dibandingkan cahaya berfrekuensi rendah seperti cahaya kuning, oranye dan merah. Penghamburan cahaya berfrekuensi tinggi ini menyebabkan langit berwarna biru di kala siang.

Dengan begitu, cahaya berfrekuensi rendah dari Matahari ini akan dengan mudah melewati atmosfer dengan jalur yang lurus dan hampir tidak akan memantul jika berinteraksi dengan molekul di atmosfer Bumi kita. Pembiasan atmosfer akan mengubah arah cahaya tersebut ke arah umbra Bumi.

Bulan yang berada di area umbra ketika gerhana Bulan total berlangsung pun maka akan tampak merah akibat pembiasan cahaya ini.

Walau begitu, seberapa merahnya Bulan saat gerhana Bulan total bergantung pada seberapa banyak polusi, tutupan awan, maupun kotoran yang ada di atmosfer. Misalnya, jika gerhana terjadi sesaat setelah letusan gunung berapi, partikel di atmosfer akan membuat Bulan terlihat lebih gelap dari biasanya, bukan merah terang.

Para ilmuwan biasanya mengukur kemunculan dan kecerahan gerhana Bulan total menggunakan skala yang memiliki lima titik -- mulai dari 0 sampai 4 -- yang disebut sebagai Skala Danjon.

Skala Danjon. Kredit: Timeanddate.com
Meskipun ada banyak planet dan bulan-bulan lain di tata surya kita, hanya Bumi saja lho yang cukup beruntung untuk mengalami peristiwa gerhana Bulan karena bayangannya cukup besar untuk menutupi permukaan Bulan sepenuhnya.

Fakta menarik: Jika Anda cukup beruntung untuk melihat gerhana Bulan total dari permukaan Bulan, Anda akan melihat adanya cincin merah yang mengelilingi Bumi.


IKUTI ECLIPSE PARTY: Pada 27-29 Juli 2018 mendatang, kami akan mengadakan acara pengamatan Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018 di Lombok, NTB. Acara ini terbuka untuk umum. Bila mau ikut, daftarkan diri Anda di sini.

Sumber: Timeanddate.com, Astronomy.com.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com