Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Kiat Memotret Hujan Meteor

Melakukan swafoto atau memotret pemandangan mungkin merupakan hal yang sudah biasa. Tapi, pernahkah kamu mencoba memotret peristiwa hujan meteor? Di artikel ini, kami akan berikan kiatnya~
Hujan meteor Geminid 2015 di Xinglong National Observatory. Kredit: NightChina.net
Info Astronomy - Melakukan swafoto atau memotret pemandangan mungkin merupakan hal yang sudah biasa. Tapi, pernahkah kamu mencoba memotret peristiwa hujan meteor? Di artikel ini, kami akan berikan kiatnya~

Meteor sendiri merupakan potongan kecil dari puing-puing angkasa yang ukurannya berkisar dari butiran pasir hingga seukuran kerikil kecil, mereka adalah debris yang tertinggal dari komet di sepanjang jalur orbitnya karena menguap ketika berada di dekat Matahari.

Debris atau puing-puing dari komet ini lantas diterjang oleh Bumi yang kebetulan berpapasan dengannya, sehingga akan terbakar saat memasuki atmosfer bagian atas Bumi akibat gesekan dan kecepatannya yang tinggi. Karena jumlahnya banyak, kita pun seperti melihat hujan meteor.

Untuk memotret hujan meteor, kamu memerlukan kamera DSLR, bisa juga mirroless. Kamu juga perlu tripod agar hasil jepretan tidak blur. Tapi, jika kamu tidak memiliki tripod, kamu bisa menempatkan kamera ke permukaan yang solid.

Oh iya, sebelum mencoba memotret hujan meteor, pastikan kamu berada di lokasi pemotretan yang minim polusi cahaya. Kamu juga perlu mengetahui kapan puncak hujan meteor terjadi. Setidaknya, ada 11 peristiwa hujan meteor yang terjadi secara periodik setiap bulan, yang mana di antaranya adalah:
  1. Hujan meteor Quadrantid, 4 Januari
  2. Hujan meteor Lyrid, 22 April
  3. Hujan meteor Eta Akuarid, 6 Mei
  4. Hujan meteor Delta Akuarid, 27 Juli
  5. Hujan meteor Perseid, 13 Agustus
  6. Hujan meteor Drakonid, 7 Oktober
  7. Hujan meteor Orionid, 21 Oktober
  8. Hujan meteor Taurid Selatan, 5 November
  9. Hujan meteor Taurid Utara, 12 November
  10. Hujan meteor Leonid, 17 November
  11. Hujan meteor Geminid, 12 Desember
Kesebelas hujan meteor ini memiliki intensitas per jam yang cukup tinggi saat puncaknya, sehingga merupakan peristiwa hujan meteor yang cocok untuk diabadikan dengan kameramu.

Menyiapkan Kamera

Untuk memotret hujan meteor, disarankan menggunakan kamera dengan lensa sudut lebar (wide-angle). Karena nantinya meteor melesat dengan cepat, bahkan hanya akan terlihat satu atau dua detik saja, kamu perlu gunakan aperture terluas. Sebagai contoh, lensa 16mm dengan aperture f/2 akan menangkap lebih banyak meteor (dan hasilnya juga lebih terang) daripada lensa 16mm dengan f/3,5.

Atur kamera dan lensa ke fokus manual. Sebelum memotret, fokuskan dulu lensamu pada bintang paling terang atau objek terang di langit dengan fitur Live View yang diperbesar hingga 10x. Bila tidak ada bintang atau planet terang di langit, fokuskan ke sumber cahaya terang di sekitar lokasi pemotretan saja.

Gunakan ISO 1600, tapi ini opsional, kamu bisa sesuaikan sendiri bagaimana ISO yang cocok. Atur juga kamera ke mode eksposur manual. Ambil serangkaian gambar untuk uji coba dengan eksposur 10, 15, dan 30 detik untuk mendapatkan eksposur yang cocok menurutmu.

Kamu bisa juga menggunakan rumus aturan 500, di mana ini caranya adalah dengan membagi angka 500 dengan panjang lensa yang kamu gunakan. Contohnya, bila kamu menggunakan lensa 24mm, maka kecepatan rana atau shutter speed yang dapat kamu atur adalah 500/24 = 20,83, atau dibulatkan 20 detik. Kegunaan ini adalah untuk mendapatkan foto dengan cahaya yang cukup tanpa over exposure.

Oh iya, untuk memotret hujan meteor di langit malam yang gelap, matikan fitur Long-Exposure Noise Reduction (LENR) jika kamera kamu memiliki pengaturan ini. Gunakan pula cable release untuk menghindari getaran saat jarimu yang mungil itu menekan tombol rana. Bila tidak punya, kamu bisa manfaatkan fitur timer.

Sampai di sini, kameramu sudah siap~

Arahkan kamera ke langit, disarankan ke titik radian di mana sebuah hujan meteor terjadi. Misalnya bila kamu ingin memotret hujan meteor Perseid, maka arahkan ke rasi bintang Perseus. Tujuannya adalah agar kamu tidak membuang-buang berkas foto.

Ambil pula gambar sebanyak-banyaknya, yang nantinya bisa kamu buat menjadi time-lapse. Semakin banyak gambar yang kamu ambil, semakin banyak juga kesempatanmu untuk menangkap sebuah meteor di hasil jepretannya.

Jangan menunggu sampai kamu melihat sebuah meteor untuk memotret, sebab nantinya sudah terlambat karena meteor bergerak begitu cepat (bisa mencapai 60 km per detik). Usahakan agar rana kameramu tetap terbuka selama mungkin.

Keperluan dan Kiat Tambahan

Yang tidak kalah pentingnya dari kamera dan lensa adalah, lotion anti nyamuk. Wkwk.

Bawalah anti nyamuk cair, lalu pakai. Atau kalau tidak biasa pakai anti nyamuk cair, cukup gunakan jaket saja. Jangan mengambil risiko dengan Zika, Lyme, dan penyakit yang disebabkan oleh serangan serangga lainnya.

Bila kamu memotret di area pegunungan yang dingin, kamu mungkin harus mengantisipasi adanya embun yang bisa menjangkiti lensa kamera saat mencoba memotret hujan meteor. Bila punya, kamu bisa menggunakan heater untuk lensa.

Agar hasil foto nantinya lebih dramatis, kamu bisa menggabungkan beberapa hasil jepretan yang ada meteornya menjadi sebuah gambar komposit. Usahakan juga untuk memotret objek latar depan (foreground) seperti pepohonan atau pegunungan.

Nah, itulah kiat singkat untuk memotret hujan meteor. Oh iya, bila nanti berhasil memotret hujan meteor dan ingin dibagikan ke media sosial, tidak perlu pakai caption galau atau bijak, karena ini bukan hujan air yang turun saat senja.

Selamat berburu meteoooooor~


Referensi: Denis Mammana, 500pxSky and Telescope.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com