Saran pencarian

Siapa yang Menamai Bintang-bintang di Langit?

Ketika kita mendongak ke langit di malam yang cerah, kita akan melihat ada banyak bintang di sana. Tapi, di antara semuanya, ada bintang-bintang yang terang. Bintang-bintang terang ini memiliki nama tersendiri. Dari mana dan siapa yang menamainya?
Info Astronomy - Ketika kita mendongak ke langit di malam yang cerah, kita akan melihat ada banyak bintang di sana. Tapi, di antara semuanya, ada bintang-bintang yang terang. Bintang-bintang terang ini memiliki nama tersendiri. Dari mana dan siapa yang iseng menamainya?

Hemm, tampaknya bukan sekadar iseng saja. Sebagian besar bintang terang di langit malam diberi nama dari nama karakter dalam mitologi berbagai budaya di dunia. Banyak dari bintang-bintang tersebut memiliki nama yang berbeda tergantung di mana mereka diamati oleh para pengamat kuno zaman dahulu.

Sebagai contoh, nama sebuah bintang dalam budaya Arab bisa berbeda dengan nama bintang dalam budaya Yunani Kuno.

Budaya Arab
Di masa silam, menurut Skyandtelescope.com, orang-orang Arab sudah begitu maju ilmu astronominya. Dari bisa membuktikan bahwa Bumi itu bulat, sampai hal-hal kecil seperti menamai bintang-bintang di langit malam.

Nama-nama bintang seperti Betelgeuse, Sirius, Deneb, atau pun Algol berasal dari kebudayaan Arab, lho. Mereka dinamai sejak sekitar abad kedelapan ketika astronomi Arab berkembang pesat.

Dalam astronomi Barat, kebanyakan nama bintang yang digunakan (hingga saat ini) adalah nama yang berasal dari kebudayaan Arab, dengan hanya sebagian kecil bintang saja yang namanya berasal dari budaya Yunani. Hal itu dikarenakan nama-nama tersebut telah disematkan kepada bintang-bintang di langit oleh penduduk di semenanjung Arab lebih dari seribu tahun yang lalu.

Dari 210 bintang di langit yang telah memiliki nama pada era modern seperti sekarang ini, 52% di antaranya masih menggunakan nama asli dari budaya Arab, 39% lainnya adalah hasil terjemahan Ptolemy dalam karyanya Almagest, dan sementara 9% sisanya tidak diketahui asal-usul mereka (bisa jadi karena ada kesalahan penerjemahan nama).

Sistem Bayer dan Nomor Flamsteed
Pada tahun 1603, dalam catatannya yang berjudul Uranometria, astronom Johann Bayer memperkenalkan sebuah sistem penamaan bintang dalam sebuah rasi menggunakan abjad Yunani (alfa, beta, gama, dan seterusnya) sesuai dengan urutan kecerahannya.

Sistem ini masih digunakan secara luas hingga sekarang. Sebagai contoh, Sirius memiliki nama lain dalam penyebutan Bayer: Alfa Kanis Mayoris, yang memiliki arti sebagai "bintang paling terang dalam rasi Kanis Mayor". Jadi, bintang-bintang paling terang di setiap rasi bintang akan diawali dengan Alfa ditambah nama rasi bintangnya, lalu bintang terang kedua diawali dengan Beta, dan seterusnya.

Ada pula penamaan bintang dengan penomoran Flamsteed yang juga masih digunakan. Sistem ini diperkenalkan oleh John Flamsteed dalam catatannya yang berjudul Historia Coelestis Britannica (diterbitkan pada 1729 setelah kematiannya).

Sistem penamaan Flamsteed ini adalah dengan memberikan nomor pada sebuah bintang sesuai dengan urutan asensiorektanya dalam sebuah rasi bintang. Misalnya 61 Cygni memiliki asensiorekta lebih besar daripada 16 Cygni.

Sistem penamaan Flamsteed ini familiar untuk bintang-bintang redup, tetapi yang masih bisa dilihat dengan mata telanjang, sehingga kebanyakan bintang yang memiliki penamaan Flamsteed tidak memiliki nama diri (dari budaya Arab) maupun nama Bayer.

Bisakah Kita Menamai Bintang?
Bisa, tapi juga tidak bisa. Eh, gimana gimana?

Dalam astronomi, hanya ada satu lembaga resmi yang berwenang untuk menamai objek-objek langit, termasuk bintang. Mereka adalah International Astronomical Union (IAU). Untuk menamai sebuah bintang, maka harus mendapatkan persetujuan dari IAU.

IAU sendiri tidak pernah membuka kesempatan siapapun untuk membeli bintang dan lalu menamainya. Menurut IAU, jauh lebih berguna dan penting bagi para astronom untuk mencari dan mempelajari bintang, daripada hanya sekadar menamainya.

Walaupun saat ini ada banyak perusahaan swasta yang mengiming-imingi bahwa kamu bisa membeli dan menamai sebuah bintang dengan membayar sejumlah uang, nama tersebut tidak dianggap resmi oleh IAU, ilegal.

Kamu tidak akan melihat nama bintang yang kamu beli itu muncul dalam jurnal penelitian ilmiah (apabila bintang dibeli dan dinamai olehmu sedang diteliti astronom). Bahkan, bintang yang kamu beli di perusahaan tertentu mungkin telah diberi nama juga oleh orang lain di perusahaan lain yang berbeda.

Nah, itulah bagaimana bintang-bintang di langit mendapatkan namanya.


Foto: Martin Marthadinata
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com