Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Bulan Tampak Merah dan Besar, Apakah Gerhana?

Pernahkah kamu ketika melihat Bulan masih rendah di cakrawala, diameternya tampak begitu besar dan warnanya merah lalu kamu mulai berpikir, "Wah, lagi ada gerhana Bulan, ya?" Kamu bukan satu-satunya, ada banyak juga kok di luar sana yang berpikiran seperti itu.
Info Astronomy - Pernahkah kamu ketika melihat Bulan masih rendah di cakrawala, diameternya tampak begitu besar dan warnanya merah lalu kamu mulai berpikir, "Wah, lagi ada gerhana Bulan, ya?" Kamu bukan satu-satunya, ada banyak juga kok di luar sana yang berpikiran seperti itu.

Faktanya, Bulan yang tampak besar dan merah belum tentu gerhana. Bisa jadi Bulan tampak besar itu hanya ilusi optik dan Bulan yang tampak merah adalah hal yang memang biasa terjadi. Bagaimana membedakan gerhana Bulan dengan bukan gerhana Bulan?

Di artikel ini, kita akan kupas satu per satu~

Pertama, Ketahui Fase Bulannya

Ini adalah hal yang sangat mudah diketahui. Jika Bulan tampak penuh (seluruh bagian terlihat terang), itu adalah fase purnama. Jika hanya separuh Bulan yang terlihat, itu adalah fase Bulan perbani. Dan jika Bulan tampak seperti bentuk arit, itu adalah Bulan sabit.

Mengapa harus mengetahui fase Bulan? Sebab, gerhana Bulan hanya terjadi pada fase Bulan purnama saja, ketika posisi Bulan berada sejauh 180 derajat dari Matahari di langit Bumi. Meski begitu, tidak setiap Bulan purnama terjadi gerhana, itu karena bidang orbit Bulan yang miring 5 derajat dari ekliptik Bumi.
Jika Bulan tampak merah padahal sedang tidak dalam fase Bulan purnama, bisa dipastikan hal tersebut bukanlah fenomena gerhana. Itu hanya Bulan biasa yang baru saja terbit atau terbenam (iya, kalau kamu belum tau, Bulan juga bisa terbit dan terbenam).

Kedua, Gerhana Bulan Memiliki Tahapan

Yup, gerhana Bulan tidak akan membuat Bulan tiba-tiba merah begitu saja, melainkan ada tahapannya. Tahapan-tahapan ini biasanya dimulai dengan Bulan yang awalnya tampak seperti biasa, warna putih atau kuning. Lalu, ketika Bulan mulai masuk bayangan umbra, ada bagian di permukananya yang mulai menghitam karena terhalang bayangan Bumi.

Bayangan hitam tersebut akan membesar seiring Bulan terus memasuki umbra. Hingga pada puncaknya, Bulan akan berwarna kemerahan. Warna merah ini berasal dari sinar Matahari yang menerobos atmosfer Bumi yang tebal, membuat panjang gelombang merah pada cahaya Matahari diteruskan ke permukaan Bulan yang berada di tengah umbra.
Nah, kalau kamu melihat Bulan merah yang sedari awal sudah merah, tanpa ada tahapan cahaya Bulan dari mulai putih, lalu menghitam, dan akhirnya memerah, itu bukanlah fenomena gerhana Bulan, melainkan lagi-lagi hanya Bulan biasa yang kebetulan baru saja terbit atau terbenam.

Mengapa Bulan Merah saat Terbit dan Terbenam?

Cahaya Bulan bisa berwarna merah rupanya penyebabnya sama yang menyebabkan langit berwarna biru di siang hari, lho!

Seperti yang kita tahu, Bulan tidak memancarkan cahayanya sendiri, ia bisa bersinar karena disinari Matahari. Ketika kita melihat cahaya Bulan dari Bumi, yang kita lihat sebenarnya adalah sisi siang hari di Bulan.

Bulan bisa tampak merah ketika ia masih berada rendah dari kaki langit. Tapi ketika sudah berada tinggi, misalnya di langit atas kepala, warnanya akan berubah menjadi kekuningan. Perbedaan ini disebabkan karena ketika Bulan berada tinggi di langit, cahayanya akan bergerak melalui atmosfer yang lebih tipis daripada ketika Bulan masih berada rendah dari cakrawala. Berlaku juga bagi Matahari.

Kira-kira, seperti ini penggambarannya:
Semakin rendah posisi sebuah objek langit dari cakrawala, maka cahayanya akan melewati atmosfer yang lebih tebal, yang pada akhirnya menimbulkan efek refraksi pada cahaya dari objek langit tersebut. Refraksi pada atmosfer ini membuat cahaya yang datang dari objek langit akan terhamburkan berdasarkan panjang gelombangnya. Gelombang pendek akan terhambur di atmosfer, sedangkan gelombang panjang akan diteruskan.

Setiap warna, mejikuhibiniu, memiliki panjang gelombang yang berbeda. Merah adalah yang paling panjang dan ungu adalah yang terpendek. Akibat refraksi pada atmosfer tadi, maka gelombang pendek seperti ungu, nila, dan biru akan terhambur dan hilang dari pandangan. Sedangkan gelombang panjang seperti merah, jingga, dan kuning akan dominan sampai kepada kita.

Nah, itulah yang membuat Bulan (dan Matahari) akan berwarna merah ketika berada di dekat cakrawala, karena di sanalah refaksi pada atmosfer terjadi. Jadi, bukan serta merta Bulan merah itu adalah gerhana, ya!
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com