Saran pencarian

Lubang Hitam Tidak Pengaruhi Rotasi Galaksi

Bulan mengitari Bumi, Bumi mengitari Matahari, Matahari mengitari... lubang hitam di pusat galaksi? Eh, apa benar bintang-bintang seantero galaksi mengitari lubang hitam?

Info Astronomy
 - Bulan mengitari Bumi, Bumi mengitari Matahari, Matahari mengitari... lubang hitam di pusat galaksi? Eh, apa benar bintang-bintang seantero galaksi mengitari lubang hitam?

Pada pusat setiap galaksi, terdapat sebuah objek bermassa sangat besar namun terkungkung dalam area yang sangat padat. Para astronom menyebutnya sebagai, lubang hitam.

Namun, walaupun lubang hitam mendistorsi ruang dan waktu dengan gravitasinya yang kuat, pengaruh gravitasi mereka hanya akan terasa bagi objek-objek yang berada di dekatnya saja. Sementara untuk objek yang berjarak jauh darinya tidak akan terpengaruh banyak.

Lalu, seberapa jauh sih sebenarnya? Para astronom menyebut bahwa lubang hitam memiliki radius Schwarzchild, area di mana gravitasi begitu kuat sehingga bahkan cahaya pun tidak bisa lepas dari tarikannya. Ada cara sederhana untuk mengetahui diameter radius Schwarzchild. Pertama, ketahui dulu massa lubang hitam relatif terhadap massa Matahari, atau "M", lalu dikalikan 3. Sebagai contoh, lubang hitam bermassa Matahari akan memiliki radius Schwarzchild sekitar 3 km.

Nah, dalam perhitungan kasar, efek gravitasi lubang hitam akan tidak signifikan lagi pada jarak sekitar 1.000 kali radius Schwarzchild. Jadi, untuk lubang hitam bermassa Matahari, efek gravitasinya adalah sekitar 3 x 1.000 km = 3.000 km jauhnya. Jarak yang jauh lebih dekat daripada jarak antara Bumi dan Matahari. Jika Matahari tiba-tiba menjadi lubang hitam, Bumi tidak akan mengalami perubahan orbit sama sekali.

Oke, sekarang bagaimana dengan lubang hitam di pusat galaksi Bimasakti? Menurut pengamatan melalui beberapa teleskop antariksa, diketahui bahwa massa lubang hitam supermasif di pusat galaksi Bimasakti mencapai 10 juta kali massa Matahari. Dengan menggunakan rumus sederhana di atas, itu artinya lubang hitam di pusat Bimasakti memiliki radius Schwarzchild sekitar 30 juta kilometer.

Sementara itu, efek gravitasi dari lubang hitam di pusat galaksi kita menjadi 1.000 x 30 juta kilometer = 30 miliar km.

Tahan dulu sampai di sini. Sudah paham belum apa hubungannya efek gravitasi lubang hitam di pusat galaksi kita dengan pengaruh rotasi galaksi Bimasakti?

Begini. Sedikitnya diketahui ada 200 miliar bintang di galaksi Bimasakti, dan setiap bintang terpisah dalam jarak puluhan hingga ratusan tahun cahaya. Dengan efek gravitasi lubang hitam di pusat Bimasakti yang hanya 30 miliar km, cukuplah untuk mengatakan bahwa efek gravitasi lubang hitam supermasif itu sangat kecil di galaksi kita.

Bimasakti sendiri berbobot sekitar 100 miliar kali massa Matahari, yang jelas jauh lebih besar dari massa lubang hitam supermasif di pusat Bimasakti yang "hanya" 10 juta kali massa Matahari. Jadi, kecuali kita berada sangat dekat dengannya, gravitasi lubang hitam supermasif tersebut baru akan terasa secara signifikan.

Dengan kata lain, lubang hitam supermasif bukan merupakan sumber rotasi galaksi. Massanya terlalu kecil dan jaraknya terlalu jauh dari sebagian besar bintang di galaksi Bimasakti.

Bintang-bintang mengitari pusat galaksi lebih disebabkan karena adanya hukum kekekalan momentum sudut sejak pertama kali terbentuk. Galaksi, menurut teori yang ada, terbentuk dari "gumpalan" materi kecil yang terus berputar sejak awal dan membentuk bintang-bintangnya.

Pada dasarnya, bintang-bintang di galaksi mengitari sebuah barisenter, atau pusat massa, sama halnya seperti planet-planet di tata surya kita yang tidak benar-benar mengorbit Matahari, melainkan mengorbit barisenter tata surya.

Lubang hitam sama sekali tidak punya peran penting dalam sebuah galaksi. Walaupun ketika massa sebuah lubang hitam di pusat galaksi bertambah, laju rotasi galaksi induknya tidak meningkat. Ini menunjukkan bahwa perputaran bintang-bintang mengelilingi pusat galaksi tidak terpengaruh oleh keberadaan lubang hitam.

Ada atau tidak ada lubang hitam, galaksi akan tetap berotasi.


Referensi: Cornell University
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com