Saran pencarian

Teleskop Kepler Telah Mati, Akankah Jatuh ke Bumi?

Melalui situs web resminya, NASA mengumumkan bahwa Teleskop Antariksa Kepler telah mati karena kehabisan bahan bakar. Ia kini tidak terkontrol lagi, lalu kapan Kepler akan jatuh ke Bumi?
Ilustrasi. Kredit: NASA
Info Astronomy - Melalui situs web resminya, NASA mengumumkan bahwa Teleskop Antariksa Kepler telah mati karena kehabisan bahan bakar. Ia kini tidak terkontrol lagi, lalu kapan Kepler akan jatuh ke Bumi?

Jawabannya: Kepler tidak akan pernah jatuh ke Bumi.

Kepler mengorbit Matahari untuk menghindari okultasi oleh Bumi. Teleskop antariksa nirawak tersebut juga berada jauh dari gangguan gravitasi Bumi. Dengan periode orbital 372,5 hari, laju orbit Kepler dalam mengelilingi Matahari jauh lebih lambat daripada Bumi. Pada 1 Mei 2018, tercatat jarak Kepler dari Bumi sekitar 0,917 AU (137 juta km).

Awalnya, Kepler direncanakan untuk mengitari titik L2 di antara Bumi-Matahari, tetapi sistem propulsi yang diperlukan untuk mempertahankan orbit itu ternyata terlalu mahal. Akhirnya, Kepler diluncurkan ke orbit yang mengikuti Bumi, namun tetap mengelilingi Matahari sekali setiap 372,5 hari tadi.

Lalu, bagaimana para astronom bisa berkomunikasi dengan Kepler yang berada pada jarak yang sangat jauh itu? NASA berkomunikasi dengan Kepler menggunakan tautan komunikasi pita X dua kali seminggu untuk pembaruan perintah dan status. Sementara itu, data ilmiah dari Kepler diunduh sebulan sekali menggunakan tautan pita Ka dengan kecepatan transfer data maksimum sekitar 550 kB per detik.

Misi yang Lebih Lama
Mengapa para astronom tidak mengisi ulang bahan bakar Kepler saja agar ia bisa digunakan lagi? Pertama, Kepler terlalu jauh, perlu biaya mahal untuk melakukan pengisian ulang tersebut. Kedua, kini para astronom sudah memiliki teleskop antariksa baru, yang sayangnya belum diluncurkan.

Jadi, daripada mengeluarkan banyak uang untuk memperbaiki Kepler, uang tersebut tampaknya akan digunakan untuk meluncurkan teleskop antariksa yang baru saja, James Webb.

Misi utama Kepler sendiri awalnya dijadwalkan berlangsung 3,5 tahun, dari tahun 2009 hingga November 2012. Misi utama itu berjalan sukses. Pada Januari 2010, para astronom mengumumkan hasil pertama misi, mereka telah menemukan 400 kandidat eksoplanet. Angka itu melonjak menjadi 1.235 pada Februari 2011, dan temuan terus berdatangan setelah itu.

Masalah besar misi utama terjadi pada Juli 2012, ketika salah satu roda reaksi Kepler rusak. Teleskop antariksa tersebut pun hanya dapat menggunakan tiga dari empat rodanya untuk mempertahankan ketepatannya dalam mengamati langit.

Tak berhenti sampai di situ, masalah lain datang. Roda reaksi kedua juga rusak pada Mei 2013, yang berarti Kepler harus mulai menggunakan pasokan bahan bakarnya agar bisa tetap mengarahkan pandangan ke suatu bidang langit dengan presisi.

Dengan hanya dua roda, para astronom tidak memiliki kendali lagi atas Kepler, sehingga mereka mengembangkan solusi cerdas: mengarahkan Kepler ke arah yang baru, di mana sinar Matahari akan didistribusikan secara merata ke seluruh teleskop. Ini tidak lain untuk mempertahankan kinerja Kepler hanya dengan menggunakan dua roda.

Setelah beberapa bulan pengujian, tim menyimpulkan bahwa solusi cerdas itu berhasil, dan secara resmi memperpanjang misi Kepler yang disebut sebagai K2. Pada Mei 2014, NASA menyetujui K2 selama dua tahun.
Ilustrasi planet asing Kepler-452b, salah satu temuan Kepler. Kredit: NASA
Di bawah misi K2, Kepler masih harus menggunakan bahan bakarnya untuk bisa mengarahkan dirinya ke Bumi agar bisa berkomunikasi. Pada Maret 2016, NASA mengatakan bahwa Kepler mungkin hanya memiliki sisa bahan bakar untuk dua tahun.

Sesuai jadwal, pada Maret 2018, NASA memperingatkan bahwa akhir misi sudah dekat. Pada awal Juli kemarin, bahan bakar Kepler sudah hampir habis sehingga NASA menghentikan kampanye pengamatannya dan memasukkan Kepler ke mode hibernasi hingga kontak terjadwal berikutnya dengan Deep Space Network pada 2 Agustus 2018. Harapannya, Kepler akan memiliki cukup bahan bakar yang tersisa untuk mengirimkan sisa data-data ilmiahnya.

Untungnya, mode hibernasi berjalan lancar, Kepler berhasil mengirimkan sisa-sisa data ilmiahnya hingga bahan bakarnya benar-benar habis pada 30 Oktober 2018 kemarin.

Tanpa cadangan bahan bakar yang memadai, kini Kepler tidak bisa lagi menengok ke arah Bumi untuk berkomunikasi, mencari planet-planet asing yang melintas di depan bintang. Kepler pun pensiun, ia dibiarkan melayang bebas di ruang angkasa, jauh dari Bumi.

Setiap 40 tahun sekali, Bumi dan Kepler akan berada pada jarak terdekatnya, dengan Kepler tidak pernah berada lebih dekat daripada jarak antara Bumi dan Bulan. Gerakan orbital semacam ini secara teoritis bisa bertahan selama jutaan tahun.

Selamat beristirahat, Kepler!
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com