Kredit: Martin Mathadinata |
Peristiwa-peristiwa langit di bawah ini bisa diamati di seluruh Indonesia selama cuaca cerah. Jadi, cukup bookmark halaman artikel ini sebagai kalender astronomimu, ya!
2 Agustus 2018: Hujan Meteor Alfa Kaprikornid
Apa itu hujan meteor? Hujan meteor merupakan peristiwa masuknya meteor-meteor dari debris yang ditinggalkan oleh sebuah komet. Saat komet mengelilingi Matahari, ia akan meninggalkan debris tersebut di sepanjang jalur orbitnya. Ketika Bumi melintasi jalur orbit komet ini, debris tadi masuk ke atmosfer sebagai meteor.Hujan meteor pertama yang bisa diamati di bulan Agustus 2018 ini adalah hujan meeor Alfa Kaprikornid. Memiliki titik radian di rasi bintang Kaprikornus, hujan meteor yang berasal dari debris komet 169P/NEAT ini akan mencapai puncaknya mulai dini hari 2 Agustus.
Akan ada sekitar 5-10 meteor per jamnya saat puncak. Meteor-meteor muncul dengan melesat cepat di langit, sehingga kamu tidak butuh teleskop untuk mengamatinya.
Kredit: Stellarium/InfoAstronomy |
11 Agustus 2018: Gerhana Matahari Parsial
Dua pekan setelah gerhana Bulan total 28 Juli 2018, peristiwa gerhana Matahari parsial akan mengikutinya. Sayangnya, peristiwa yang satu ini tidak teramati di Indonesia.Gerhana Matahari parsial adalah peristiwa ketika Bulan hanya menutupi sebagian wajah Matahari dalam pandangan dari Bumi. Untuk yang terjadi pada 11 Agustus 2018 ini, wilayah terbaik untuk mengamatinya adalah Rusia bagian utara (68% Matahari tertutupi Bulan), Kanada (60%), Greenland (48%), Tiongkok (45%), Svalbard dan Jan Mayen (40%), Norwegia (37%), dan Mongolia (36%).
Titik awal gerhana akan berlangsung pada pukul 13:40 WIB dan titik terakhir gerhana akan terjadi pukul 19:38 WIB.
13 Agustus 2018: Hujan Meteor Perseid
Inilah hujan meteor ketiga dan terkahir di Agustus 2018, Perseid. Disebut-sebut sebagai hujan meteor terbaik tahun ini, terlebih terjadi ketika fase Bulan sabit, Perseid akan mencapai intensitas 80-100 meteor per jam bila kamu mengamatinya di lokasi gelap gulita.Berasal dari debris komet 109P/Swift–Tuttle, hujan meteor ini akan mencapai puncaknya mulai tengah malam tanggal 13 Agustus dan bisa diamati hingga Matahari terbit. Rasi bintang Perseus menjadi titik radiannya, tapi meteor-meteor bisa muncul dari segala penjuru langit.
Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org |
14 Agustus 2018: Konjungsi Bulan dengan Planet Venus
Pada saat beberapa menit setelah Matahari terbenam, amatilah langit barat. Kamu akan menemukan adanya Bulan sabit yang ditemani oleh objek mirip bintang namun cahayanya sangat terang dan tidak berkelap-kelip, itulah planet Venus.Konjungsi akan membuat Bulan dan Venus tampak bersebelahan, walaupun kenyataanya masih berjauhan di tata surya. Saat konjungsi, Bulan dan Venus akan terpisah sejauh 6° di langit Bumi. Bulan akan bersinar dengan magnitudo -10,6 dan Venus dengan magnitudo -4,3. Keduanya bisa diamati dengan mata telanjang selama cuaca cerah.
Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org |
17 Agustus 2018: Venus di Elongasi Paling Timur
Apa itu elongasi? Elongasi adalah sudut yang dibentuk oleh sebuah benda langit terhadap posisi Matahari. Pada peristiwa elongasi paling timur Venus, maka artinya planet ini akan tampak berada di timur terjauh dari posisi Matahari di langit Bumi.Dalam elongasi paling timur ini, Venus akan berada sejauh 45° dari sisi timur Matahari. Dengan kata lain, kita bisa menyaksikannya di langit barat saat Matahari terbenam. Dari Indonesia, Venus akan terlihat sekitar pukul 18:06 waktu setempat daerahmu, ia sudah berada setinggi 40° di atas cakrawala barat. Venus bisa terus diamati hingga 2 jam 57 menit setelah Matahari terbenam.
17 Agustus 2018: Konjungsi Bulan dengan Planet Jupiter
Setelah mencapai oposisinya beberapa bulan yang lalu, planet Jupiter kini masih tampak cukup terang untuk diamati. Di tanggal ini, Bulan dan Jupiter akan berada di asensio rekta yang sama, sehingga mereka akan tampak berdekatan sekitar 4°.Untuk mengamatinya, mulailah pengamatan selepas Matahari terbenam. Kamu akan menemukan Bulan dan Jupiter berada di ketinggian 71° di atas cakrawala barat daya. Jupiter akan tampak bagaikan bintang kuning terang di dekat Bulan, kamu perlu teleskop untuk bisa mengamati Jupiter lebih jelas.
Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org |
21 Agustus 2018: Konjungsi Bulan dengan Planet Saturnus
Parade Bulan dengan planet-planet tata surya masih akan berlanjut, kali ini giliran Saturnus yang kencan dengan Bulan. Terpisah sejauh 2° satu sama lain, kita masih perlu teleskop untuk bisa melihat Saturnus lengkap dengan cincinnya.Bisa diamati sejak Matahari terbenam, Bulan dan Saturnus akan berada setinggi 56° di atas cakrawala tenggara saat itu. Mereka kemudian akan mencapai titik tertinggi di langit pukul 20:00 waktu setempat daerahmu, yakni di ketinggian 73° di atas cakrawala selatan. Bulan dan Saturnus bisa terus diamati hingga lewat tengah malam saat keduanya terbenam.
Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org |
24 Agustus 2018: Konjungsi Bulan dengan Planet Mars
Masih tampak cukup terang dengan magnitudo -2,3, planet Mars akan berada sejauh 6° dari Bulan di tanggal ini. Mars, yang tampak dengan warna merah, akan begitu mencolok ketika bersanding dengan Bulan, sehingga kamu akan mudah menemukannya.Berada pada ketinggian 32° di atas cakrawala tenggara saat Matahari terbenam, Bulan dan Mars akan mencapai titik tertinggi di langit pada pukul 21:50 waktu setempat daerahmu, 69° di atas cakrawala selatan. Keduanya bisa terus diamati hingga dini hari keesokan harinya.
Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org |
26 Agustus 2018: Bulan Purnama
Tidak, tidak ada lagi gerhana Bulan untuk Bulan purnama Agustus ini. Bulan secara astronomis masuk fase purnama pada pukul 18:58 WIB. Karena posisinya berada sejauh 180 derajat dari posisi Matahari, maka kita baru bisa melihat Bulan saat Matahari terbenam.Pada saat ketika Bulan mencapai fase purnama, ia akan berada pada deklinasi -12°40' di rasi bintang Akuarius. Jaraknya dari Bumi akan mencapai 402.000 km.
Nah, itulah jadwal peristiwa langit untuk Agustus ini. Mana yang paling kamu tunggu nih? Semoga cuaca selalu cerah~