Ilustrasi wahana antariksa Voyager di ruang antarbintang. Kredit: Wikimedia Commons |
Dikenal sebagai Canberra Deep Space Communication Complex (CDSCC), seperangkat teleskop radio tersebut adalah salah satu dari tiga stasiun pelacakan luar angkasa yang ada di dunia, yang membentuk Deep Space Network. Dua lainnya berada di Goldstone, California, dan di Madrid, Spanyol.
Dengan Deep Space Network ini, NASA dan lembaga-lembaga antariksa lainnya di seluruh dunia memiliki cakupan komunikasi radio dua arah secara terus-menerus ke setiap bagian tata surya, termasuk ke wahana-wahana antariksa yang sudah tak diketahui berada di mana.
Selama kurang lebih empat dasawarsa Deep Space Network beroperasi, kini stasiun pelacak di Australia lah satu-satunya stasiun pelacak dengan peralatan dan posisi yang tepat untuk bisa berkomunikasi dengan kedua wahana antariksa Voyager.
Canberra Deep Space Communication Complex (CDSCC). Kredit: CSIRO |
Voyager 2 diluncurkan pertama kali pada tanggal 20 Agustus 1977, diikuti oleh Voyager 1 pada tanggal 5 September di tahun yang sama. Namun, meskipun diluncurkan kedua, Voyager 1 bergerak dengan lebih cepat dengan memanfaatkan gravitasi planet. Bahkan Voyager 1 lebih dulu tiba di Jupiter dibandingkan dengan Voyager 2.
Pale Blue Dot
Pada tahun 1990, Voyager 1 mengarahkan kameranya ke Bumi dari jarak miliaran kilometer. Voyager 1 lantas memotret Bumi dari jauh dan mengirimkannya melalui gelombang radio ke Bumi. Gambar yang tiba di Bumi pun menakjubkan, sebuah gambar yang dikenal sebagai Pale Blue Dot, sebuah pemandangan Bumi kita yang paling jauh yang pernah diambil dari luar angkasa.Pale Blue Dot, Bumi hanya bagaikan titik. Kredit: NASA/Wikimedia Commons |
Menurut sinyal radionya, kedua Voyager telah lama diketahui meninggalkan orbit Neptunus, planet terjauh dari Matahari. Dua wahana antariksa penjelajah alam semesta ini sedang menuju ke arah yang berbeda, keduanya pun masih aktif mengirim data telemetri kembali ke Bumi.
Stasiun pelacak di Canberra masih terus menerima sinyal dari kedua wahana antariksa Voyager setiap hari, dan saat ini satu-satunya stasiun pelacak yang mampu berkomunikasi dengan kedua wahana antariksa terjauh dari Bumi saat ini. Hal ini disebabkan karena posisi laju kedua Voyager mengarah ke jalur selatan dari tata surya.
Karena kedua wahana ini telah berada pada jarak puluhan miliar kilometer dari Bumi, kekuatan sinyal dari keduanya sangat lemah, yakni hanya sepersepuluh miliar watt.
Pada 2012, Voyager 1 menjadi wahana antariksa pertama yang memasuki ruang antar bintang, wilayah antara bintang-bintang, berada di luar pengaruh gelembung magnetik yang dihasilkan oleh Matahari kita. Kala itu, untuk pertama kalinya, manusia mampu mempelajari komposisi material di ruang antarbintang secara langsung melalui Voyager 1.
Voyager 1 masih menerima perintah yang hanya bisa dikirim dari stasiun pelacak Canberra. Ini adalah satu-satunya stasiun dengan pemancar daya tinggi yang bisa mengirimkan sinyal yang cukup kuat untuk diterima oleh kedua wahana antariksa tersebut.
Golden Record
Ini adalah sebuah perjalanan epik untuk dua wahana antariksa yang ukurannya tidak lebih besar dari piano tersebut, dua wahana antariksa brilian yang dilengkapi dengan delapan alat perekam yang digunakan untuk menyimpan merekam data serta hanya dilengkai memori sebesar 256 kB.Yang menarik adalah, kedua wahana antariksa ini dipasangi sebuah golden record, serupa dengan konsep rekaman dengan vinil, yang merekam satu setengah jam musik dari Bumi, foto-foto manusia Bumi dan segala kegiatannya, serta ucapan salam dari 55 bahasa di dunia, termasuk bahasa Indonesia, yang dikirim ke alam semesta.
Bagian depan dan isi dari Golden Record yang disematkan pada kedua wahana Voyager. Kredit: Wikimedia Commons |
Golden record, menurut rencana awalnya, dijadikan sebagai informasi tentang adanya kehidupan di Bumi bagi "siapa saja" yang menemukan wahana antariksa Voyager 1 dan 2 mengambang bebas di alam semesta.
Sayangnya, pada tahun 2030 mendatang, kedua Voyager akan kehabisan daya, instrumen ilmiah mereka akan dinonaktifkan selama-lamanya, tidak dapat lagi bertukar sinyal dengan Bumi. Namun mereka akan terus bergerak karena di luar angkasa tidak ada yang menghambatnya. Kecepatan gerak kedua wahana antariksa ini diketahui mencapai 17 kilometer per detik, membawa rekaman emas mereka seperti pesan dalam botol yang dibiarkan melintas lautan luas ruang antar bintang.
Menuju ke arah yang berlawanan, akan butuh waktu sekitar 40.000 tahun sebelum Voyager 2 berhasil tiba di sistem bintang terdekat tata surya kita; Proxima Centauri. Sementara itu, butuh waktu sekitar 296.000 tahun sebelum akhirnya Voyager 1 tiba di bintang terang di langit malam, Sirius.
Di luar itu semua, kita bisa membayangkan bagaimana kedua wahana antariksa tanpa awak ini bertahan selama miliaran tahun sebagai satu-satunya jejak peradaban penjelajah manusia di ujung galaksi kita.
Di mana Voyager 1 dan 2? Kredit: Riza/InfoAstronomy.org |
Via The Conversation