Saran pencarian

Temukan Komet, Nova, dan Supernova Sekaligus!

Siapkan teleskop! Pekan ini, alam semesta seolah memberikan kejutan kepada seluruh pengamat langit; sebuah komet, nova, dan supernova bisa diamati sekaligus dalam satu malam.
Komet ASASSN1 C/2017 O1 dengan magnitudo +9,8. Kredit: Justin Tilbrook
Info Astronomy - Siapkan teleskop! Pekan ini, alam semesta seolah memberikan kejutan kepada seluruh pengamat langit; sebuah komet, nova, dan supernova bisa diamati sekaligus dalam satu malam.

Senin lalu (24/7), sebuah komet baru berhasil ditemukan oleh All-Sky Automated Survey for Supernovae (ASAS-SN). Pendirinya, Benjamin Shappee, bersama timnya sejauh ini telah memiliki jumlah temuan supernova yang banyak, namun ini adalah penemuan komet pertama mereka, yang disebut ASASSN1 (atau C/2017 O1 dalam katalog International Astronomical Union).

Saat penemuannya, komet ini masih berada di magnitudo +15, ditemukan pada jam-jam malam terakhir sebelum fajar di rasi bintang Cetus menggunakan data dari teleskop "Cassius" berukuran 14 cm di Cerro Tololo, Cile.

Jangan pesimis dengan magnitudo awal itu. Sebab komet ini teramati semakin cerah dengan cepat dalam beberapa hari terakhir. Beberapa pengamat di beberapa tempat di dunia melaporkan komet ini berada pada sekitar magnitudo +10 dengan koma selebar 7 detik busur.

Letak komet ASASSN1 C/2017 O1 untuk akhir-akhir Juli 2017. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Dengan asumsi orbitnya tidak akan melenceng dari perhitungan saat ini, komet ASASSN1 akan bergerak semakin ke timur laut melintasi rasi bintang Cetus dan Taurus pada musim panas ini, perlahan-lahan akan semakin cerah hingga ia mendekati perihelion (jarak terdekat dengan Matahari) pada tanggal 14 Oktober 2017 di rasi bintang Perseus.

Titik paling dekat ke Bumi akan dicapai komet ini empat malam kemudian pasca-perihelion, komet hanya akan berjarak sekitar 107,8 juta kilometer dari Bumi kala itu. Setelahnya, ASASSN1 akan meredup kemabli dan menghabiskan seluruh bulan Desember dan sebagian besar bulan Januari berada beberapa derajat dari Bintang Utara Polaris.

Peta pergerakan komet ASASSN1 C/2017 O1 mulai 26 Juli hingga 28 Agustus 2017. Kredit: Chris Marriot
Dengan magnitudo yang masih di atas +6 (batas magnitudo yang bisa diamati dengan mata telanjang), secara otomatis komet ini hanya bisa diamati lewat teleskop saja. Namun, Anda bisa juga mencoba memotretnya dengan teknik long-exposure untuk mengumpulkan cahaya sebanyak-banyaknya hingga komet tersebut tertangkap kamera Anda.

Saat Anda sedang menunggu komet ASASSN1, Anda bisa sekalian mencari supernova yang baru ditemukan akhir-akhir ini, yang bernama SN 2017fgc, yang merupakan ledakan bintang di galaksi NGC 474 di rasi bintang Pisces. Dengan magnitudo yang saat ini masih +13, kita memang tidak bisa menyebutnya supernova "terang", tapi setidaknya magnitudo ini naik sejak pengamatan pertama pada 11 Juli 2017.

Berdasarkan spektrum yang diambil dari supernova SN 2017fgc ini, ledakan bintang tersebut baru saja terjadi beberapa minggu sebelum puncak kecerahannya teramati pada pertengahan Juli 2017 kemarin.

Supernova SN 2017fgc. Kredit: David Bishop
Banyak supernova tampak berada dekat dengan inti galaksi induk mereka dan sangat sulit untuk dibedakan dengan bintik-bintik bintang di galaksi tersebut. Namun, tidak untuk SN 2017fgc ini. Ia berada pada 116" timur dan 45" utara dari pusat galaksi NGC 474 seperti pada gambar di atas. Dengan teleskop 8 inci yang memiliki pembesaran 150x hingga 200x akan memudahkan Anda menemukannya.

Yang terakhir adalah, sebuah nova. Nova yang yang diberi nama ASASSN-17hx ini pertama kali diamati berada di magnitudo +12, dan kini telah mulai semakin cerah sejak ditemukan pada tanggal 23 Juni 2017. Kecerahannya bahkan hampir dua kali lipat, memasukkannya ke dalam objek yang bisa diamati dalam jangkauan teleskop kecil.

Saat ini, nova yang terbentuk dari runtuhnya sebuah bintang kerdil putih akibat terlalu banyak massa ini berada pada magnitudo sekitar +9,5 (dan masih bisa naik). Nova ini berada di rasi bintang Scutum.

Letak nova ASASSN-17hx. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Seperti supernova Tipe Ia, sebuah nova terjadi pada sistem bintang biner yang saling berdekatan di mana sebuah bintang normal seperti Matahari kita berpasangan dengan sebuah kerdil putih. Material dari bintang normal tertarik gravitasi ke permukaan kerdil putih, di mana hal itu akan membuat sang kerdil putih kelebihan massa, memanas, dan akhirnya mengalami ledakan termonuklir.

Namun tidak seperti supernova, kerdil putih dalam sistem biner ini akan tetap utuh dan proses ledakan yang sama pun dapat dimulai lagi kapan saja. Diperkirakan bahwa sebuah kerdil putih kecil dapat mengulangi ledakan nova setiap 5 juta tahun sekali, dan untuk kerdil putih yang lebih besar kira-kira setiap 30.000 tahun sekali.

Itulah komet, supernova, dan nova yang bisa diamati sekaligus. Bisa diamati di seluruh Indonesia dan sebaiknya mengamati melalui teleskop. Clear skies!


Sumber: The Astronomer's Telegram, Rochester Astronomy.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.