Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Kapan Awal Ramadan 1437 H?

Setiap tahunnya, awal Ramadan (dan Syawal) selalu ditentukan dengan metode-metode khusus. Penentuan kapan bulan hijriyah dimulai tidak sembarangan, hal tersebut harus dilakukan sesuai kaidah-kaidah sains khususnya astronomi. Jadi, kapan Ramadan tahun ini dimulai dalam kalender masehi?
Bulan Sabit muda. Kredit: Orbiting Frog
Info Astronomy - Setiap tahunnya, awal Ramadan (dan Syawal) selalu ditentukan dengan metode-metode khusus. Penentuan kapan bulan hijriyah dimulai tidak sembarangan, hal tersebut harus dilakukan sesuai kaidah-kaidah sains khususnya astronomi. Jadi, kapan Ramadan tahun ini dimulai dalam kalender masehi?

Dikutip dari RukyatulHilal.org, pada Minggu, 5 Juni 2016 sore merupakan hari pelaksanaan rukyatul hilal untuk menentukan awal bulan Ramadan 1437 Hijriyah bertepatan tanggal 29 Syaban 1437 H berdasarkan penetapan awal bulan menurut Taqwim Standard Indonesia serta laporan rukyatul hilal sebelumnya.

Penentuan kapan awal Ramadan secara syar'i sangat diperlukan terkait kapan dimulainya pelaksanaan ibadah puasa Ramadan tahun ini. Laporan kenampakan hilal dari seluruh kawasan Indonesia akan menjadi dasar pemerintah menetapkan kapan jatuhnya awal Ramadan melalui Sidang Isbat yang digelar oleh Kementerian Agama di Jakarta pada tanggal yang sama.

Data Hilal pada hari tersebut dari Markas Nasional di Pos Observasi Bulan (POB) Pelabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat ditunjukkan sebagai berikut; Ijtimak/konjungsi Bulan-Matahari terjadi pada Ahad, 5 Juni 2016 pukul 10:02 WIB, Matahari terbenam pada pukul 17:44 WIB, dengan posisi hilal 4°14' di atas ufuk mar'i atau 'visible horizon'.

Pada kondisi ini menurut teori visibilitas, hilal tidak mungkin terlihat secarqa visual walau menggunakan alat bantu teleskop sekalipun, namun demikian dengan teknik 'astrofotografi' menggunakan teleskop astronomi yang dilengkapai pelacak otomatis dan sensor kamera digital ada peluang hilal dapat dideteksi.
Peta Global Visibilitas Hilal pada 5 Juni 2016. Kredit: RukyatulHilal.org
Visibilitas Hilal pada hari terjadinya Ijtimak setelah Matahari terbenam di seluruh dunia khususnya kawasan Indonesia ditunjukkan pada gambar peta yang dibuat oleh RukyatulHilal.org di atas. Peta visibilitas mengacu pada Kriteria Odeh yang mengadopsi Limit Danjon sebesar 6° yaitu syarat sudut elongasi Hilal terhadap Matahari agar hilal dapat terlihat. Kriteria tersebut dikemas dalam sebuah software Accurate Times yang menjadi acuan pembuatan peta visibilitas ini.

Kriteria Penentuan Awal Bulan Hijriyah

Ada beberapa kriteria di Indonesia yang digunakan untuk menentukan kapan awal dimulainya suatu bulan hijriyah. Di antaranya adalah kriteria rukyat hilal (teori visibilitas hilal). Di Indonesia, ormas Nahdlatul Ulama (NU) yang menggunakan rukyatul hilal sebagai dasar penentuan awal bulannya mengakui kesaksian rukyat asalkan ketinggiannya di atas "batas imkanurrukyat" 2° bahkan hanya dengan mata telanjang.

Sementara dalam penyusunan kalendernya juga menggunakan kriteria ketinggian hilal 2° tanpa syarat elongasi dan umur Hilal. Sehingga besar kemungkinan pada kondisi seperti ini "klaim" kesaksian hilal dengan mata telanjang dari suatu lokasi akan diterima, sehingga awal bulan Ramadan 1437 H menurut kriteria ini jatuh pada: Senin, 6 Juni 2016.

Kriteria lainnya adalah hisab imkanur rukyat. Kriteria ini ditetapkan oleh pemerintah RI melalui pertemuan Menteri-menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS).

Kriteria hisab imkanur rukyat menyatakan hilal dianggap terlihat dan keesokannya ditetapkan sebagai awal bulan hijriyah berikutnya apabila memenuhi salah satu syarat-syarat berikut: (1) Ketika Matahari terbenam, ketinggian Bulan di atas horison tidak kurang dari 2° dan (2) Sudut elongasi Bulan-Matahari tidak kurang dari 3°. Atau (3) Ketika Bulan terbenam, umur Bulan tidak kurang dari 8 jam setelah konjungsi/ijtimak berlaku.

Berdasarkan peta di atas, pada hari pelaksanaan rukyatul hilal, syarat Imkanur rukyat MABIMS sudah terpenuhi sehingga awal bulan dalam Taqwin Standard Indonesia menetapkan Ramadan 1437 H jatuh pada: Senin, 6 Juni 2016.

Dan kriteria ketiga yang biasa digunakan oleh ormas di Indonesia adalah kriteria hisab wujudul hilal. Ormas Muhammadiyah dalam penyusunan kalender hijriyah baik untuk keperluan sosial maupun ibadahnya (Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah) menggunakan kriteria ini.

Kriteria ini menyatakan bahwa awal bulan hijriyah dimulai apabila telah terpenuhi tiga kriteria berikut:
  • Telah terjadi ijtimak (konjungsi),
  • Ijtimak (konjungsi) itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan
  • Pada saat terbenamnya matahari piringan atas Bulan berada di atas ufuk (bulan baru telah wujud).

Ketiga kriteria ini penggunaannya adalah secara kumulatif, dalam arti ketiganya harus terpenuhi sekaligus. Apabila salah satu tidak terpenuhi, maka bulan baru belum mulai. Atau dalam bahasa sederhanya dapat diterjemahkan sebagai berikut:

"Jika setelah terjadi ijtimak, Bulan terbenam setelah terbenamnya Matahari maka malam itu ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah tanpa melihat berapapun sudut ketinggian Bulan saat Matahari terbenam".

Berdasarkan posisi hilal saat Matahari terbenam di seluruh wilayah Indonesia maka syarat wujudul hilal sudah terpenuhi, sehingga Muhammadiyah menetapkan awal bulan Ramadan 1437 H jatuh pada: Senin, 6 Juni 2016.

Dengan demikian dapat diprediksi bahwa awal Ramadan 1437 H di Indonesia akan dimulai secara bersamaan antara pemerintah dengan berbagai ormas dan kelompok masyarakat di Indonesia, yakni pada 6 Juni 2016, kecuali beberapa kelompok-kelompok kecil yang kemungkinan berbeda.

Redaksi InfoAstronomy.org mengucapkan selamat berpuasa Ramadan bagi yang menjalankan.

RukyatulHilal.org
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.