Lubang Hitam Supermasif di galaksi NGC 1332. Kredit: ALMA/NRAO/ESO/NAOJ/NASA/ESA |
Sebuah tim ilmuwan internasional yang dipimpin oleh Profesor Andrew J. Baker telah mengukur massa lubang hitam supermasif ini dengan akurasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Penelitian mereka dilakukan dengan teleskop radio Atacama Large Milimeter/submillimeter Array (ALMA) di Cile, dan telah diterbitkan juga di Astrophysical Journal Letters.
ALMA sendiri merupakan proyek astronomi terbesar di dunia. ALMA merupakan sebuah teleskop dengan 66 antena radio yang berada pada ketinggian 5.000 meter di atas permukaan laut.
Lubang hitam supermasif dapat terbentuk dengan berbagai macam mekanisme, di antaranya runtuhnya awan gas raksasa. Salah satu teori menjelaskan bahwa lubang hitam supermasif dapat terbentuk apabila awan gas yang sangat besar runtuh karna gravitasinya sendiri, maka lubang hitam bisa tercipta.
Mekanisme kedua terbentuknya lubang hitam supermasif adalah ledakan supernova bintang raksasa. Saat sebuah bintang raksasa sampai pada akhir hidupnya, bintang yang kehabisan hidrogen akan mulai runtuh karena gravitasinya sendiri, setelah itu bintang akan meledak menjadi supernova.
Setelah meledak dengan mahadahsyatnya, yang tersisa nantinya hanyalah inti bintang yang sangat masif yang terus-menerus runtuh karena gravitasinya, inti yang runtuh ini memiliki gravitasi yang luar biasa besar, inti inilah yang disebut lubang hitam.
Dan mekanisme ketiga yang diketahui dalam terbentuknya lubang hitam supermasif juga dipercaya akibat penggabungan dua atau lebih lubang hitam kecil. Sebuah peristiwa diyakini bisa muncul yang membawa lubang hitam besar bersama yang saling tabrakan dan bergabung ke keseluruhan galaksi.
Pada peristiwa tersebut, lubang hitam akan bermigrasi ke arah pusat baru, yakni galaksi yang lebih besar. Pada akhirnya, lubang hitam akan meningkat satu sama lain dan bertabrakan, sehingga menciptakan lubang hitam yang lebih besar.
Para ilmuwan berpikir, setiap galaksi masif, seperti Bima Sakti, sudah pasti memiliki lubang hitam supermasif di pusatnya. Memahami pembentukan dan evolusi galaksi adalah salah satu tantangan utama bagi astrofisika modern. Temuan ini memiliki implikasi penting untuk bagaimana galaksi dan lubang hitam supermasif di pusatnya bisa terbentuk.
Bagian dari pemahaman lubang hitam supermasif adalah mengukur massa mereka dengan tepat. Yang kedepannya dapat memungkinkan para ilmuwan untuk menentukan apakah sebuah lubang hitam dapat tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dari galaksi induknya. Jika pengukuran massa lubang hitam sudah akurat, para ilmuwan dapat menarik kesimpulan dengan pasti dan lebih yakin.
Untuk mengukur lubang hitam supermasif di pusat galaksi NGC 1332 ini, para ilmuwan menggunakan data pengamatan resolusi tinggi dari ALMA berupa emisi karbon monoksida dari piringan gas raksasa yang dingin yang mengorbit lubang hitam supermasif tersebut. Mereka juga mengukur kecepatan gas yang terlepas dan terlontar ke luar angkasa.
Selanjutnya, Baker dan rekan penulis lainnya akan kembali mengajukan proposal untuk menggunakan ALMA untuk mengamati lubang hitam supermasif lainnya.