Didesain oleh Info Astronomy. Kredit: Getty Images |
2 Januari 2016: Bulan di Fase Separuh Akhir
Fase Separuh Akhir atau Last Quarter adalah di mana Bulan terlihat 50% saja di langit, sisanya gelap karena "membelakangi" Matahari. Fase Bulan Separuh Akhir ini akan terjadi pukul 12:32 WIB pada 2 Januari 2016.
Dari Indonesia, Bulan Separuh Akhir akan terlihat di langit saat menjelang fajar. Bulan akan terbit pada pukul 23:43 waktu lokal (malam ini, 1 Januari 2016) atau 5 jam 59 menit sebelum Matahari terbit, dan mencapai ketinggian 82° di atas cakrawala Timur Laut sebelum memudar dari pandangan karena cahaya fajar sekitar pukul 05:27 waktu lokal (2 Januari 2016).
3 Januari 2016: Bumi di Perihelion
Ini memang bukan peristiwa langit, tapi mengetahui adanya peristiwa ini tidaklah salah dan justru menambah wawasan. Orbit tahunan Bumi mengelilingi Tata Surya akan membawanya ke titik terdekatnya dengan Matahari, pada jarak 0,98 SA (SA = Satuan Astronomi, 1 SA = 150 juta kilometer).
Jarak Bumi dari Matahari bervariasi sekitar 3% selama setahun karena orbitnya sedikit berbentuk oval, mengikuti jalan yang disebut elips. Dalam kenyataannya, variasi ini memang tidak terlalu berdampak secara signifikan. Bumi melengkapi satu revolusi dalam orbit berbentuk oval ini setiap satu tahun, dan itu membuat pendekatan terdekatnya dengan Matahari pada kira-kira hari yang sama setiap tahun. Pada tahun 2016, peristiwa ini jatuh pada tanggal 3 Januari.
Secara teknis, ini menandai saat ketika Matahari tampak lebih besar di langit dari pada waktu lain tahun. Tapi bagaimanapun, perbedaan 3% kenampakan Matahari yang lebih besar dilihat dari permukaan Bumi hampir tak terasa.
Peristiwa yang disebut perihelion ini juga tidak akan membuat Bumi bertambah panas karena lebih dekat dengan Matahari, sebab yang mengatur musim adalah kemiringan Bumi, bukan jarak Bumi terhadap Matahari. Bumi di perihelion ini terjadi pukul 05:49 WIB pada 3 Januari 2016.
4 Januari 2016: Hujan Meteor Quadrantid
Hujan meteor Quadrantid akan mencapai tingkat maksimum dari aktivitasnya pada tanggal 4 Januari 2016. Beberapa bintang jatuh dari hujan meteor pertama tiap tahunnya ini diperkirakan akan terlihat setiap malam dari 1 Januari hingga 7 Januari 2016.
Tingkat maksimum meteor jika dilihat pada lokasi yang gelap gulita sekitar 50 meteor per jam (ZHR). Bulan juga akan berusia 24 hari pada saat aktivitas puncak, dengan begitu cahayanya tidak terlalu terang untuk meredupkan meteor-meteor yang melintas.
Titik radian dari hujan meteor Quadrantid berada di kenaikan 14h50m, deklinasi +50°, di rasi bintang Bootes. Pada tengah malam, rasi bintang Bootes tampak 23° di atas cakrawala Timur Laut. Dengan begitu, pengamatan baru bisa dilakukan saat tengah malam hingga Matahari terbit, ketika langit benar-benar gelap untuk menyaksikan hujan meteor.
Tempat terbaik untuk melihat hujan meteor Quadrantid adalah di wilayah yang langitnya cerah, tidak berawan, jauh dari polusi udara dan polusi cahaya perkotaan. Tapi bagi Anda yang tinggal di perkotaan, masih Anda kesempatan untuk melihatnya, namun mungkin intensitasnya tidak sebanyak 50 meteor per jam.
Selengkapnya tentang Hujan Meteor Quadrantid klik di sini.
4 Januari 2016: Konjungsi Bulan dengan Mars
Bulan dan Planet Mars akan membuat pendekatan dekat atau yang disebut konjungsi, keduanya hanya akan terpisah 1°25' satu sama lain di langit menjelang Subuh. Dari Indonesia, pasangan ini akan terbit pada pukul 00:47 waktu lokal, atau 4 jam 54 menit sebelum Matahari terbit, dan mencapai ketinggian 67° di atas ufuk Timur sebelum memudar dari pandangan karena terbit fajar pukul 05:26 waktu lokal.
Pada saat konjungsi, Bulan akan berada di magnitudo -11,5, dan Mars di magnitudo 0,8, mereka berdua ada di rasi bintang Virgo. Mars akan terlihat bagai bintang kemerahan di sisi kanan atas Bulan, Mars tidak akan terlihat sebesar Bulan karena jaraknya yang amat sangat jauuuuuuuuuuuh dari Bumi.
Pasangan ini akan terlalu luas terpisah untuk muat dalam satu bidang pandang teleskop. Tapi jangan khawatir, konjungsi Bulan dengan Mars ini dapat dilihat dengan mata telanjang atau melalui teropong kecil.
7 Januari 2016: Konjungsi Bulan dengan Venus
Setelah Bulan berkonjungsi dengan Mars pada 4 Januari 2016, tiga hari setelahnya atau pada 7 Januari, Bulan akan bertemu dengan Planet Venus. Keduanya hanya akan terpisah 3°04' satu sama lain di langit dinihari.
Dari Indonesia, pasangan ini akan terlihat di langit fajar. Mereka akan terbit pada pukul 03:07 waktu lokal, 2 jam 37 menit sebelum Matahari terbit, dan mencapai ketinggian 32° di atas ufuk timur sebelum memudar dari pandangan karena terbit fajar pukul 05:29 waktu lokal.
Pada saat pendekatan terdekat, Bulan akan berada di magnitudo -10,2, dan Venus di magnitudo -4,4. Keduanya akan berada di rasi bintang Ophiuchus. Planet Venus akan terlihat bagai bintang paling terang di dekat Bulan saat konjungsi ini berlangsung.
9 Januari 2016: Konjungsi Venus dengan Saturnus
Kali ini, giliran Venus bertemu dengan Saturnus. Mereka berdua akan membuat pendekatan dekat atau konjungsi dengan hanya akan terpisah 0°05' satu sama lain di langit dinihari! Dari Indonesia, Venus dan Saturnus terlihat di langit fajar. Mereka akan terbit pukul 03:10 waktu lokal, dan mencapai ketinggian 31° di atas ufuk timur sebelum fajar pada pukul 05.30 waktu lokal.
Pada saat konjungsi, Venus akan berada di magnitudo -4,4, dan Saturnus di magnitudo 1,2. mereka berdua akan bertengger di rasi bintang Ophiuchus. Jika Anda punya teleskop, cobalah arahkan padangan ke dua objek Tata Surya ini, pasangan ini akan cukup dekat sehingga bisa diamati langsung dalam satu bidang pandang teleskop, tetapi juga akan terlihat dengan mata telanjang.
Planet Venus akan tampil bagai bintang paling terang di langit sedangkan Saturnus sedikit lebih redup cahayanya. Mereka tak akan terlihat besar di langit Bumi karena jarak mereka yang sangat jauuuuuuuh dari Bumi kita. Jadi, fenomena ini aman bagi kehidupan di Bumi.
10 Januari 2016: Komet Catalina Mencapai Puncak Kecerlangan!
Komet bernama resmi C/2013 US10 (Catalina) diperkirakan akan mencapai puncak kecerlangannya pada 10 Januari 2016, ia akan bersinar sekitar magnitudo 5,1. Pada saat itu, Komet Catalina akan berada pada jarak 1,30 SA dari Matahari, dan pada jarak 0,77 SA dari Bumi.
Dari Indonesia, komet ini akan terlihat di langit fajar. Catalina akan terbit pada pukul 00:58 waktu lokal, atau 4 jam 47 menit sebelum Matahari terbit, dan mencapai ketinggian 39° di atas cakrawala Timur Laut di deklinasi +36°21' sebelum memudar dari pandangan karena cahaya fajar pukul 04:51 waktu lokal.
Perlu diperhatikan bahwa posisi komet di langit tidak akan bergerak cepat layaknya meteor yang melesat. Komet cenderung diam di langit mengikuti gerak semu harian Bumi karena Bumi yang berotasi. Jadi, dengan kata lain, gerakan komet akan mengikuti gerakan rotasi Bumi. Terbit di Timur, bergerak melintasi zenith, lalu terbenam di Barat.
Selengkapnya tentang Komet Catalina klik di sini.
17 Januari 2016: Bulan di Fase Separuh Awal
Fase Separuh Awal atau First Quarter adalah fase yang sama ketika Last Quarter. Bedanya, kali ini wilayah Barat Bulan (jika diamati dari Bumi) yang akan menerima cahaya Matahari. Dengan begitu, Bulan yang teramati di langit akan 50% terangnya.
Dari Indonesia, Bulan Separuh Awal akan mulai terlihat sekitar pukul 18:27 waktu lokal ketika langit senja memudar, ia akan berada pada ketinggian 73° di atas cakrawala Barat Laut daerah Anda. Bulan kemudian akan tenggelam menuju cakrawala Barat Laut sekitar 5 jam 35 menit setelah Matahari tenggelam atau sekitar pukul 23:47 waktu lokal.
24 Januari 2016: Bulan Purnama
Bulan akan mencapai fase penuh atau Bulan Purnama atau Full Moon, sehingga ia bakal terlihat sepanjang malam karena kedudukannya hampir tepat di seberang Matahari di langit Bumi. Jadi ketika Matahari tenggelam di langit Barat, Bulan akan terbit di langit Timur.
Bulan Purnama secara tradisional diberi nama sesuai dengan musim di mana mereka jatuh, dan Bulan Purnama pada Januari 2016 ini akan menjadi Bulan Purnama kedua pada musim dingin 2016 di belahan Bumi Utara, dengan begitu ia disebut Wolf Moon.
Setelah malam tanggal 24 Januari, Bulan akan terbit sekitar satu jam lebih telat setiap harinya sehingga akan terlihat pada langit dinihari menjelang fase Bulan Separuh Akhir. Pada saat saat Bulan mencapai fase penuh pada 24 Januari ini, Bulan akan terletak pada deklinasi +15°38' di rasi bintang Cancer. Jaraknya dari Bumi saat itu sekitar 387.000 km.
28 Januari 2016: Konjungsi Bulan dengan Jupiter
Peristiwa ini akan mengakhiri serangkaian peristiwa langit sepanjang Januari 2016. Bulan dan Jupiter akan membuat pendekatan dekat atau konjungsi dengan hanya terpisah 1°20' satu sama lain di langit dinihari.
Dari Indonesia, pasangan ini akan terlihat di langit dinihari. Mereka akan mulai terlihat sekitar pukul 21:30 waktu lokal, ketika mereka naik 10° di atas ufuk Timur Anda. Mereka kemudian akan mencapai titik tertinggi di langit pukul 03:00 waktu lokal, yakni 79° di atas cakrawala Utara. Dan mereka akan hilang dalam cahaya fajar pukul 05:38 waktu lokal, 49° di atas ufuk Barat daerah Anda.
Pada saat pendekatan terdekat, Bulan akan berada di magnitudo -12,4, dan Jupiter di magnitudo -2,4. Mereka berdua akan berkencan di rasi bintang Leo. Oh iya, saat konjungsi, Jupiter takkan terlihat besar. Ia hanya akan bagai bintang kuning terang di dekat Bulan.
Nah, itulah peristiwa-peristiwa langit yang akan terjadi pada Januari 2016. Mana yang paling Anda tunggu?