Titik puncak Gerhana 10 Mei. Kredit: NASA |
Secara global, gerhana matahari cincin terjadi pada 10 Mei mulai pukul 04.25 WIB saat bayangan Bulan menyentuh Bumi ketika Matahari terbit di Indonesia Tengah dan Australia dan berakhir pukul 10:25 WIB saat bayangan Bulan meninggalkan Bumi ketika Matahari terbenam di Pasifik.
Secara lokal, waktu gerhana berbeda-beda, bergantung waktu bayangan bulan melintasi suatu daerah. Di Indonesia hanya bayangan sekunder yang melintasinya sehingga hanya gerhana sebagian yang teramati.
Fenomena gerhana matahari ini dipaparkan secara jelas oleh Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi LAPAN Thomas Djamaluddin. Dia mengatakan jika hampir seluruh masyarakat Indonesia bisa menyaksikan gerhana matahari ini. "Keculai Sumatera Utara," tandasnya.
Thomas mengatakan jika pengamatan gerhana matahari ini bisa dibagi menjadi dua bagian. Untuk kawasan Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan sebagian Sumatera area gelap di Matahari nanti mencapai 30 persen hingga 40 persen. Sedangkan untuk wilayah Indonesia timur, daerah gelapnya mencapai 40 persen hingga 60 persen.
Dia mengatakan masyarakat di wilayah Indonesia barat, khususnya di Jakarta, sudah bisa menikmati fenomena gerhana matahari ini sejak Matahari mulai terbit. Yakni sekitar pukul 06.00 WIB hingga 06.25 WIB. "Fenomena gerhana mataharinya ini lumayan lama, karena berlangsung hampir setengah jam," paparnya.
Sementara untuk wilayah waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA), Gerhana Matahari bisa dinikmati lebih lama. Yakni mulai pukul 05.50 sampai 07.40 WITA. Sedangkan di wilayah Waktu Indonesia Bagian Timur (WIT), Gerhana Matahari muncul mulai pukul 06.37 sampai 08.22 WIT.
Selain di Indonesia, fenomena gerhana matahari ini juga muncul di Filiphina, Papua Nugini, Australia, dan Selandia Baru. Menurut Thomas fenomena gerhana matahari ini sejatinya hal yang wajar. Sebab dalam setahun rata-rata terjadi hingga 7 kali gabungan Gerhana Matahari dan Bulan.