Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko dipotret dari jarak dekat oleh wahana antariksa Rosetta. Kredit: ESA |
Pendeteksian ini telah dipaparkan oleh Kathrin Altwegg, Kepala Penyidik instrumen ROSINA yang disematkan pada wahana antariksa Rosetta. Instrumen ROSINA digunakan untuk mendeteksi dua gas mulia tersebut, dan Altwegg memaparkannya pada pertemuan Royal Astronomical Society di London, Inggris (14/6).
"Kami memiliki petunjuk adanya gas mulia kripton pada saat Rosetta terbang lintas dekat komet 67P pada awal Maret 2016, tapi konfirmasi baru dilakukan baru-baru ini," kata Altwegg pada saat pemaparan hasil penelitian ini. "Gas mulia yang berada di dalam komet sangat mudah menguap ke luar angkasa akibat sublimasi, sehingga mendeteksinya bisa sangat sulit."
Dalam tubuh komet, diketahui ada beberapa unsur gas mulia alami seperti helium, neon, argon, kripton, xenon, dan radon. Sementara Rosetta sudah mendeteksi argon sejak bulan Oktober 2014, dan kali ini mendeteksi kripton dan xenon.
Hasil pengukuran gas mulia krypton dan xenon di komet 67P. Kredit: ESA/Kathrin Altwegg |
Kelimpahan gas mulia pada komet ini telah dibandingkan dengan nilai-nilai gas mulia yang berada di Bumi dan Mars. Kelimpahan gas mulia yang relatif banyak pada setiap atmosfer planet terestrial diperkirakan berasal dari sebuah komet yang menabrak planet tersebut.
Dengan demikian, studi tentang gas mulia pada komet ini dapat memberikan informasi tentang proses-proses pembentukan kehidupan di sebuah planet, termasuk Bumi. Tidak hanya itu, tetapi ini juga merupakan langkah penting dalam menentukan apa jenis komet yang memainkan peran penting dalam menghadirkan gas mulia pada sebuah planet terestrial.
Analisis rinci dari kripton dan xenon dan implikasinya bakal menjelaskan lebih lengkap tentang asal-usul Komet 67P, serta pada pertanyaan yang lebih luas tentang peran komet dalam evolusi Tata Surya kita.