Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Jadwal Hujan Meteor Sepanjang Tahun 2018

Pernahkah Anda melihat peristiwa hujan meteor? Bila belum, tahun 2018 mendatang masih ada kesempatan untuk melihat beberapa peristiwa hujan meteor dengan intensitas tinggi pada waktu-waktu tertentu.
Hujan meteor tahun 2015. Kredit: Matt Dieterich
Info Astronomy - Pernahkah Anda melihat peristiwa hujan meteor? Bila belum, tahun 2018 mendatang masih ada kesempatan untuk melihat beberapa peristiwa hujan meteor dengan intensitas tinggi pada waktu-waktu tertentu.

Hujan meteor sendiri merupakan peristiwa masuknya debris dari sebuah komet atau asteroid ke atmosfer Bumi. Saat mengitari Matahari, komet atau asteroid akan meninggalkan debris atau puing-puing di sepanjang bekas orbitnya.

Pada waktu-waktu tertentu, Bumi melintasi bekas orbit komet atau asteroid tersebut, sehingga debris atau puing-puingnya masuk ke atmosfer Bumi lalu terbakar. Karena jumlahnya sangat banyak, maka akan tampak bagaikan "hujan" meteor.

Peristiwa hujan meteor tidak berbahaya. Ukuran debris dari komet atau asteroid tadi sangatlah kecil. Mulai dari sebesar kerikil sampai sekecil debu. Dengan begitu, meteor-meteor ini akan habis terbakar di atmosfer sebelum bisa menabrak permukaan Bumi.

Sepertinya sudah cukup jelas, kan, tentang hujan meteor? Berikut jadwalnya untuk Anda:

Januari sampai Juni

Tak banyak hujan meteor pada rentang Januari sampai Juni. Hujan meteor tahun ini akan diawali dengan hujan meteor Quadrantid, yang mencapai puncaknya pada 4 Januari 2018. Sayangnya, Quadrantid untuk tahun ini terjadi hampir bersamaan dengan fase Bulan purnama. Cahaya Bulan yang begitu terang akan membuat meteor-meteor menjadi lebih redup.

Ada sekitar 50 meteor per jam bila diamati di lokasi langit yang cerah dan bebas polusi cahaya, kemungkinan intensitasnya tahun ini akan menurun. Hujan meteor ini memiliki titik radian di dekat rasi bintang Bootes. Bisa diamati tanpa teleskop mulai pukul 4 dini hari sampai Matahari terbit di seluruh Indonesia.

Titik radian hujan meteor Quadrantid. Kredit: In-the-sky.org
Setelah Quadrantid di Januari, kita harus menunggu hingga tiga bulan lebih untuk melihat hujan meteor berikutnya: Lyrid, mencapai puncaknya pada 22 April 2018. Diperkirakan pada puncaknya akan muncul 10 sampai 15 meteor per jam.

Titik kemunculan atau titik radian hujan meteor Lyrid akan berada beberapa derajat dari rasi bintang Lyra. Pengamatan bisa dilakukan tanpa teleskop mulai selepas tengah malam, saat rasi bintang Lyra sudah berada tinggi di atas cakrawala timur.

Titik radian hujan meteor Lyrid ditandai dengan lingkaran hijau. Kredit: In-the-sky.org
Tidak lama setelah puncak hujan meteor Lyrid, ada pula hujan meteor Eta Akuarid yang mencapai puncak aktivitasnya pada 6 Mei 2018. Pada puncaknya, hujan meteor Eta Akuarid intensitasnya mencapai 20 meteor per jam.

Titik radian hujan meteor Eta Akuarid adalah tentunya rasi bintang Akuarius. Hujan meteor ini berasal dari debris Komet Halley. Bulan akan berusia 20 hari pada saat aktivitas puncak Eta Akuarid, sehingga tidak akan menjadi gangguan yang signifikan di langit menjelang fajar.

Juli sampai Desember

Nah, setelah dari Januari sampai Juni yang hanya ada tiga hujan meteor, selanjutnya mari kita lihat jadwal hujan meteor dari Juli sampai Desember.

Setelah Eta Akuarid, hujan meteor selanjutnya masih di rasi bintang Akuarius, yakni hujan meteor Delta Akuarid. Mencapai puncaknya pada 29 Juli 2018, hujan meteor ini akan mencapai intensitas yang sama dengan Eta Akuarid; 20 meteor per jam.

Anda bisa mengamati hujan meteor Delta Akuarid ini mulai tengah malam sampai menjelang Matahari terbit.

Titik radian hujan meteor Delta Akuarid. Kredit: In-the-sky.org
Beralih ke Agustus, hujan meteor Perseid siap diamati pada 12 Agustus 2018, yang mana saat itu ia mencapai puncak aktivitasnya. Diperkirakan, 80 meteor per jam yang berasal dari Kome 109P/Swift–Tuttle bisa diamati.

Hujan meteor Perseid mungkin yang paling dicintai oleh para pengamat hujan meteor di seluruh dunia. Mirip seperti Geminid, hujan meteor Perseid sering menampilkan fireball atau meteor terang dan intensitas saat puncaknya yang berlimpah ruah.

Untuk menemukannya, meteor-meteor Perseid akan seolah memancar dari titik radian di rasi bintang Perseus. Waktu terbaik mengamatinya adalah mulai dinihari hingga menjelang fajar tiba. Bulan baru berusia 2 hari pada saat aktivitas puncak Perseid, sehingga pengamatan tahun ini memiliki prospek yang cukup baik.

Titik radian Perseid berada di dekat bintang Eta Persei, beberapa derajat ke arah utara bintang Mirfak, seperti pada gambar di bawah ini:

Titik radian hujan meteor Perseid. Kredit: In-the-sky.org
Butuh menunggu sebulan untuk melihat hujan meteor besar selanjutnya setelah Perseid, yakni Orionid, yang mencapai puncaknya pada 21 Oktober 2018. Dengan intensitas yang mencapai sekitar 25 meteor per jam, hujan meteor yang berasal dari debris Komet Halley ini akan memancar dari rasi bintang Orion.

Titik radian tersebut akan berada di asensio rekta 06h20m, deklinasi 15°U, seperti yang ditunjukkan oleh peta langit di bawah nanti. Semua meteor akan muncul dari titik radian ini, sehingga ada baiknya Anda menemukan titik radian tersebut agar mendapatkan lebih banyak meteor.

Bulan akan berusia 12 hari pada saat aktivitas puncak Orionid. Dengan kata lain, fase Bulan ini begitu dekat dengan fase Bulan purnama, sehingga pengamatan meteor Orionid tahun ini mungkin bukan menjadi yang terbaik. Walau begitu, pengamatan bisa dilakukan mulai tengah malam sampai menjelang fajar.

Titik radian hujan meteor Orionid. Kredit: In-the-sky.org
Setelah Orionid, hujan meteor dilanjut lagi dengan hujan meteor Leonid. Hujan meteor tersebut akan mencapai tingkat aktivitas maksimalnya pada 18 November 2018. Berasal dari debris Komet 55P/Tempel-Tuttle, pada puncaknya diperkirakan akan tampak 20 meteor per jam.

Titik radiannya, rasi bintang Leo, akan berada pada ketinggian 20 derajat dari cakrawala timur laut pada pukul 2 dini hari (18/12), sehingga pengamatan paling baik dilakukan mulai saat itu pula, sampai menjelang Matahari terbit.

Bulan akan berusia 11 hari pada saat aktivitas puncak Leonid. Karena begitu dekat dengan fase Bulan purnama, hal itu akan sangat membatasi pengamatan munculnya meteor-meteor Leonid tahun ini.

Titik radian hujan meteor Leonid. Kredit: In-the-sky.org
Akhirnya, kita sampai pada hujan meteor terakhir setiap tahunnya; Geminid. Kurang dari sebulan setelah Leonid, hujan meteor Geminid akan mencapai puncaknya pada malam tanggal 13 sampai dengan dini hari 14 Desember 2018.

Memancar dari dekat bintang terang Castor dan Pollux di rasi bintang Gemini, hujan meteor Geminid adalah salah satu hujan meteor terbaik yang bisa terlihat baik di belahan Bumi utara maupun di belahan Bumi selatan!

Intensitas hujan meteor Geminid bisa mencapai 120 meteor per jam. Meteor-meteor Geminid sendiri berasal dari debris Asteroid 3200 Phaethon. Bulan yang baru memasuki usia 7 hari pada saat aktivitas puncak Geminid tidak akan menyebabkan gangguan yang signifikan.

Pengamatan Geminid bisa dimulai pada pukul 23.00 waktu lokal daerah Anda (13/12) hingga Matahari terbit keesokan harinya (14/12).

Titik radian hujan meteor Geminid. Kredit: In-the-sky.org
Nah, itulah jadwal hujan meteor yang bakal terjadi di sepanjang tahun 2018. Memang sama saja seperti tahun 2017 ini. Hal itu disebabkan karena hujan meteor memang merupakan peristiwa periodik. Dengan begitu, ini bisa dimanfaatkan untuk melihat hujan meteor yang gagal diamati di tahun 2017.

Selamat berburu meteor!
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com