Saran pencarian

Dua Gerhana untuk Indonesia di Tahun 2019

Setelah peristiwa gerhana Bulan total 28 Juli 2018 kemarin, banyak yang bertanya kepada InfoAstronomy.org tentang kapan gerhana berikutnya terjadi. Di artikel ini, saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sekaligus. Mari simak~
Info Astronomy - Setelah peristiwa gerhana Bulan total 28 Juli 2018 kemarin, banyak yang bertanya kepada InfoAstronomy.org tentang kapan gerhana berikutnya terjadi. Di artikel ini, saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sekaligus. Mari simak~

Oh iya, sebelumnya, bagi kamu yang masih heran atau paranoid mengapa sekarang ini sering sekali terjadi gerhana, disarankan untuk membaca dulu artikel kami yang membahas mengapa ada banyak gerhana di tautan ini.

Bila malas membaca, saya jelaskan sedikit saja di sini. Gerhana, baik itu gerhana Bulan maupun gerhana Matahari, bukanlah peristiwa yang langka. Kita tidak butuh menunggu puluhan atau bahkan ratusan tahun untuk bisa mengamati lagi. Kekeliruan yang muncul di zaman kiwari adalah: gerhana merupakan peristiwa langka.

Padahal, tidak langka-langka amat. Tidak perlu kaget atau terheran-heran bisa banyak peristiwa gerhana sering terjadi, karena memang gerhana merupakan peristiwa berulang yang sangat sering terjadi.

Setiap tahunnya, setidaknya bisa terjadi minimal 4 kali gerhana dan maksimal 7 kali gerhana. Di tahun 2019 mendatang, akan terjadi 5 kali gerhana. Yakni dimulai dengan gerhana Matahari parsial 5 Januari 2019; gerhana Bulan total 20 Januari 2019; gerhana Matahari total 2 Juli 2019; gerhana Bulan parsial 17 Juli 2019; dan gerhana Matahari cincin 26 Desember 2019.

Tapi, tidak semua dari 5 gerhana di tahun 2019 itu bisa diamati di Indonesia, melainkan hanya 2 di antaranya, yakni gerhana Bulan parsial 17 Juli 2019 dan gerhana Matahari cincin 26 Desember 2019 saja.

Mari kita bahas satu per satu~

Gerhana Bulan Parsial 17 Juli 2019

Berbeda dengan gerhana Bulan total 28 Juli 2018, gerhana Bulan parsial adalah peristiwa ketika hanya sebagian wajah Bulan saja yang masuk atau terhalang bayangan umbra Bumi. Dengan kata lain, pada puncak gerhana, kita tidak akan melihat Bulan yang berubah warna menjadi merah, melainkan hanya Bulan yang tampak seperti "tergigit" saja.

Infografik gerhana Bulan parsial 17 Juli 2018. Kredit: Fred Espenak
Menurut informasi dari laman EclipseWise, gerhana Bulan parsial 17 Juli 2019 bisa diamati di Amerika Selatan, Afrika, Eropa, Asia, dan Australia. Dengan begitu, Indonesia termasuk di dalam area yang bisa diamati ini.

Pada puncak gerhana parsial, sekitar 65% wajah Bulan akan masuk bayangan umbra. Kita akan melihat Bulan yang tadinya purnama berubah menjadi seperti Bulan sabit. Total durasi gerhana ini akan mencapai 5 jam 34 menit, sementara durasi gerhana parsialnya adalah 2 jam 58 menit.

Gerhana Bulan parsial 17 Juli 2019 bisa mulai diamati dari pukul 01:43 WIB, ketika Bulan masuk bayangan penumbra. Gerhana parsial akan dimulai pada pukul 03:01 WIB, puncaknya pukul 04:30 WIB, dan gerhana parsial berakhir pukul 04:59 WIB. Gerhana akan benar-benar berakhir ketika Bulan keluar dari penumbra pukul 07:17 WIB.

Gerhana Matahari Cincin 26 Desember 2019

Dalam 15 tahun peringatan tsunami Aceh, kita akan disuguhkan peristiwa gerhana Matahari cincin. Berbeda dengan gerhana Matahari total 9 Maret 2016, yang mana seluruh wajah Matahari tertutupi oleh Bulan, gerhana cincin adalah peristiwa yang lebih unik.

Kita akan melihat Matahari yang tadinya bulat di langit, berubah menjadi semacam cincin yang dijuluki sebagai "Ring of Fire". Hal ini terjadi karena saat gerhana terjadi, Bulan sedang berada di apogee, atau jarak terjauhnya dari Bumi.

Itu membuat diameter sudut Bulan menjadi lebih kecil dalam pandangan dari Bumi, sekitar 1,2 menit busur lebih kecil dari diameter sudut Matahari. Sehingga saat Bulan melintas di depan Matahari, ia menyisakan sisi terluar Matahari yang tidak terhalangi, tepatnya hanya 94% wajah Matahari yang terhalang oleh Bulan.

Gerhana Matahari cincin. Kredit: Kevin Baird
Berbeda dengan gerhana Bulan yang bisa diamati di seluruh area malam Bumi, gerhana Matahari memiliki jalur gerhana tersendiri, yang mana hanya wilayah-wilayah yang dilintasi jalur gerhana saja yang berkesempatan melihat gerhana cincin (atau gerhana total, bila yang terjadi adalah gerhana Matahari total).

Untuk wilayah-wilayah yang tidak dilintasi jalur total. Ya, mamam~ Alih-alih melihat gerhana cincin, wilayah-wilayah tersebut hanya akan melihat gerhana parsial atau gerhana sebagian dengan persentase 80 sampai 60 persen saja.

Perhatikan infografik jalur lintasan berikut:

Jalur lintasan gerhana Matahari cincin 26 Desember 2019. Kredit: Wikimedia Commons
Jalur gerhana cincin itu melintasi berbagai negara selain Indonesia, yakni mulai dari Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, India, Sri Langka, Singapura, Malaysia, Filipina, dan berakhir di Samudera Pasifik.

Namun, Indonesia cukup beruntung karena menjadi titik pusat gerhana yang disebut sebagai "Greatest Eclipse", yakni pada koordinat 01° 00,5' LU dan 101° 57,4' BT, dekat Pulau Padang, Riau. Sementara itu, wilayah dengan durasi gerhana cincin terlama juga di Indonesia, yakni di Pulau Kelong, dekat Tanjungpinang, Kepulauan Riau, dengan durasi sekitar 3 menit 40 detik.

Nikmat mana lagi yang kau dustakan?

Wilayah-wilayah Indonesia yang bakal dilalui jalur gerhana Matahari cincin 26 Desember 2019 di antaranya adalah Pulau Simeulue, Sinabang, Aceh Singkil, Sibolga, Padangsidempuan, Balaipungut, Tanjungpinang, Kijang, Sungai Raya, Pemangkat, Singkawang, dan Tanjung Selor. Selain wilayah-wilayah ini, maka hanya mendapatkan gerhana Matahari parsial saja.

Menutip dari Kalastro.id, secara global gerhana matahari cincin 26 Desember 2019 akan mulai berlangsung antara pukul 10:34 WIB sampai dengan 14:01 WIB. Sedangkan puncaknya akan terjadi pada pukul 12:17 WIB.

Gerhana matahari cincin pertama kali menyentuh daratan Indonesia dari Pulau Simeulue mulai pukul 11:50 WIB. Kemudian bergerak menuju Pulau Nias, Aceh Singkil, Sumatra Utara, Riau, Pulau Batam, dan Pulau Bintan. Selanjutnya gerhana matahari cincin akan melintasi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Pulau Miangas akan menjadi daratan terakhir yang dilintasi pada pukul 13:31 WIB.

Pulau Jawa? Sekali lagi, hanya gerhana Matahari parsial. Jadi inilah saatnya untuk traveling ke Sumatra atau Kalimantan untuk berburu gerhana.

Nah, itulah dua gerhana yang bisa diamati di Indonesia pada tahun 2019 mendatang. Siapkan diri dengan peralatan pengamatan seperti teleskop sangat disarankan mengingat waktu terjadinya masih lama, jadi kamu bisa menabung dulu. Bila tabungan sudah cukup, bisa deh beli teleskop di InfoAstronomy Store. Hhe~

Oh iya, sekadar informasi, InfoAstronomy.org bersama komunitas Jejak Pengamat Langit akan mengadakan trip Gerhana Matahari Cincin 2019 ke Pulau Derawan, Berau, Kalimantan Timur pada 26-29 Desember 2019. Untukmu yang mau ikut, silakan klik di sini untuk mendaftar: Jejaklangit.com/GMCDerawan
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com