tag:blogger.com,1999:blog-44685825134859816382024-03-28T15:37:53.864+07:00Info AstronomyPelajari Langit, Lindungi BumiUnknownnoreply@blogger.comBlogger5561125tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-44073863911050434822024-03-28T11:25:00.004+07:002024-03-28T15:37:22.420+07:00Inilah Wujud Medan Magnet di Lubang Hitam Supermasif Sagitarius A*<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqVLvSW-140MBeaUvmzciVLPuO3gNX895enVH357tXumKsLd640oet5Z5Jm3CRcpBHXFd5BXrcuafORPPLRibgCbz8FG1G0NtxGWewI7wpaWwDxe9i5JaqSff_2pPbKdnwirNSJ97Dip1y2Y7P2JiC-uf_wBI2IEd0HsFhPJe2EzfXCTx9B5ff_vv-UKs/s1200/STRONG%20MAGNETIC.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="675" data-original-width="1200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqVLvSW-140MBeaUvmzciVLPuO3gNX895enVH357tXumKsLd640oet5Z5Jm3CRcpBHXFd5BXrcuafORPPLRibgCbz8FG1G0NtxGWewI7wpaWwDxe9i5JaqSff_2pPbKdnwirNSJ97Dip1y2Y7P2JiC-uf_wBI2IEd0HsFhPJe2EzfXCTx9B5ff_vv-UKs/s16000/STRONG%20MAGNETIC.jpeg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cahaya terpolarisasi di medan magnet Sagitarius A*. Kredit: EHT Collaboration</td></tr></tbody></table><br /><b>InfoAstronomy</b> - Ada sebuah penelitian terbaru dari Sagitarius A*, lubang hitam supermasif di pusat galaksi kita: Para astronom berhasil mengabadikan medan magnet superkuat di sekitarnya. Apa yang dapat dipelajari dari hal ini? Pentingkah bagi kita?<div><br /></div><div>Sagitarius A* merupakan lubang hitam supermasif dengan massa diketahui sekitar 4,1 juta kali massa Matahari. Ia terletak di pusat galaksi Bimasakti kita, berjarak sekitar 26.000 tahun cahaya dari Bumi. Pada tahun 2022 silam, para astronom lewat Event Horizon Telescope (EHT) berhasil mengabadikan wujud asli Sagitarius A* untuk pertama kalinya.</div><div><br /></div><div>Saat citra pertama Sagitarius A* dirilis dua tahun lalu, hasil pengamatan lewat EHT hanya menampilkan cahaya terang yang buram berwarna kuning-oranye, yang mana merupakan cakram akresi yang mengitari lubang hitam supermasif Sagitarius A*.</div><div><br /></div><div>Cakram akresi sendiri merupakan struktur mirip cincin yang mengitari lubang hitam, yang terbentuk ketika lubang hitam sedang aktif melahap materi di sekitarnya, di mana materi-materi itu tidak akan langsung jatuh ke lubang hitam, tetapi akan berputar-putar dulu, memanas dalam pandangan sinar-X.</div><div><br /></div><div>Sagitarius A* diketahui memiliki ukuran diameter sekitar 12 juta kilometer, atau sekitar 30 kali ukuran Matahari kita. Diameter ini dihitung berdasarkan radius Schwarzchild-nya, sebuah batas teoretis dari lubang hitam di mana gaya gravitasinya sangat kuat sehingga bahkan cahaya tidak dapat melarikan diri, tetapi terperangkap di dalamnya untuk selamanya. Nama lainnya adalah cakrawala peristiwa.<br /><div><br /></div></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxFqSKdYoQdoRCiYR2iUbw4mLxtw99DfI6Cv_Gt0vY46dLidvrOBAbL9roOH8QyH8RWnamcAK-AjS81fTIfhWVwYLZSf9oRlirmwqnHtDms1KahpGBacQ8I1s06evrZIV-nplcBUIGgABI3fd_XHd9TpbCwkYBQBKQ-2vTsJQQQ6FsIqhMNBr4mDrPISI/s1000/sgra.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="1000" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxFqSKdYoQdoRCiYR2iUbw4mLxtw99DfI6Cv_Gt0vY46dLidvrOBAbL9roOH8QyH8RWnamcAK-AjS81fTIfhWVwYLZSf9oRlirmwqnHtDms1KahpGBacQ8I1s06evrZIV-nplcBUIGgABI3fd_XHd9TpbCwkYBQBKQ-2vTsJQQQ6FsIqhMNBr4mDrPISI/s16000/sgra.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kiri: Citra pertama Sagitarius A* tahun 2022. Kanan: Citra terbaru 2024 dengan wujud medan magnetik. Kredit: EHT Collaboration</td></tr></tbody></table><br /><div>"Apa yang kita lihat sekarang (citra terbaru) adalah adanya medan magnet yang kuat, terpilin, dan terorganisir di dekat lubang hitam di pusat galaksi Bimasakti," kata Sara Issaoun, NASA Hubble Fellowship Program Einstein Fellow di Center for Astrophysics Harvard & Smithsonian dan salah satu pemimpin proyek ini.</div><div><br /></div><div>"Sagitarius A* memiliki struktur polarisasi yang sangat mirip dengan yang terlihat pada lubang hitam supermasif M87* yang jauh lebih besar dan lebih kuat."</div><div><br /></div><div>Lalu, bagaimana para astronom dapat mengamati medan magnet di sekitar lubang hitam ini?</div><div><br /></div><div><div>Cahaya yang merupakan gelombang elektromagnetik memiliki sifat osilasi (gerakan ke kiri dan ke kanan, atau ke atas dan ke bawah, atau ke depan dan ke belakang) yang dapat bergerak ke segala arah. Namun, ada kondisi di mana cahaya hanya bergerak dalam satu arah tertentu, kondisi ini dikenal sebagai polarisasi cahaya.</div><div><br /></div><div>Meskipun cahaya terpolarisasi tersebar di sekitar kita, membedakannya dari cahaya normal atau cahaya tampak bisa menjadi tugas yang menantang bagi mata manusia.</div><div><br /></div><div>Di lingkungan plasma sekitar lubang hitam, partikel materi yang berputar seiring dengan garis medan magnet menghasilkan pola polarisasi yang tegak lurus terhadap medan tersebut. Hal ini memiliki implikasi besar bagi para astronom dalam memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang aktivitas di sekitar lubang hitam.</div><div><br /></div><div>Melalui citra cahaya terpolarisasi dari gas panas yang bersinar terang di sekitar lubang hitam, para astronom dapat mengungkap struktur dan kekuatan medan magnet yang menghubungkan aliran gas dan materi yang jatuh ke lubang hitam, serta yang ditembakkan keluar sebagai jet berkecepatan tinggi. Dengan kata lain, sifat gas dan mekanisme saat materi dilahap oleh lubang hitam atau saat jet dikeluarkan dapat dipahami lebih dalam.</div><div><br /></div><div>Medan magnet yang kuat di tepi lubang hitam dapat bertindak sebagai penolak, mendorong gas panas di sekitar piringan untuk melawan gravitasi lubang hitam. Mekanisme ini membantu sebagian materi untuk tidak langsung terjebak masuk ke dalam lubang hitam.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOfNbp9hMK2C4T2masmk1txtPiVtXkx1EpMuWieeHA2EKwLq-Ae5hTQnzoA4dNrGV4ED5LdNl95lB7WUldl7RHpMBKsRZitJgTRSL-G5Yd4rEuprzDNkYVPvGIiHH_kcBcusFoR1TKV-8agmKlEvnE7SzQJqiawRb0yUj9loxU_PjpZiAdT05Zo8vNw7s/s1287/unnamed_2.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="667" data-original-width="1287" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOfNbp9hMK2C4T2masmk1txtPiVtXkx1EpMuWieeHA2EKwLq-Ae5hTQnzoA4dNrGV4ED5LdNl95lB7WUldl7RHpMBKsRZitJgTRSL-G5Yd4rEuprzDNkYVPvGIiHH_kcBcusFoR1TKV-8agmKlEvnE7SzQJqiawRb0yUj9loxU_PjpZiAdT05Zo8vNw7s/s16000/unnamed_2.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kiri: Medan magnet di lubang hitam supermasif M87*. Kanan: Medan magnet di lubang hitam supermasif Sagitarius A*. Kredit: EHT Collaboration</td></tr></tbody></table><br /><div>Namun, tidak hanya itu. Dengan mempelajari dan membandingkan pola cahaya terpolarisasi dari berbagai lubang hitam supermasif, para astronom dapat menemukan kesamaan dan perbedaan antara berbagai lubang hitam supermasif di pusat galaksi.</div><div><br /></div><div>Hal ini bertujuan untuk memahami bagaimana lubang hitam supermasif terbentuk, berkembang, dan berinteraksi dengan materi di sekitarnya. Selain itu, hal ini juga membantu dalam memahami bagaimana lubang hitam supermasif memengaruhi evolusi galaksi di mana mereka berada.</div></div><div><br /></div><div>Citra medan magnet di sekitar lubang hitam Sagitarius A* ini berhasil didapatkan dengan pengamatan melalui 8 teleskop radio secara bersama-sama yang tersebar di beberapa wilayah di Bumi, untuk menghasilkan "teleskop radio sebesar Bumi".</div><div><br /></div><div><b>Sumber & Referensi:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Akiyama, K., Algaba, J. C., Alberdi, A., Alef, W., Anantua, R., Asada, K., ... & Zhao, S. S. (2024). First Sagittarius A* Event Horizon Telescope Results. VII. Polarization of the Ring. <i>The Astrophysical Journal Letters</i>, 964(1), L25.</li><li>Akiyama, K., Algaba, J. C., Alberdi, A., Alef, W., Anantua, R., Asada, K., ... & Najafi-Ziyazi, M. (2024). First Sagittarius A* Event Horizon Telescope Results. VIII. Physical Interpretation of the Polarized Ring. <i>The Astrophysical Journal Letters</i>, 964(1), L26.</li><li>Bambhaniya, P., & Joshi, P. S. (2022). Probing the Shadow Image of the Sagittarius A* with Event Horizon Telescope. <i>arXiv preprint arXiv</i>:2202.00588.</li><li>Cho, I., Zhao, G. Y., Kawashima, T., Kino, M., Akiyama, K., Johnson, M. D., ... & Chen, Z. (2022). The Intrinsic Structure of Sagittarius A* at 1.3 cm and 7 mm.<i> The Astrophysical Journal</i>, 926(2), 108.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-59412119535525021402024-03-18T10:10:00.005+07:002024-03-18T10:17:10.894+07:00Bintang T Coronae Borealis Akan Mengalami Nova Tahun 2024 Ini<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgl37BVGrKEnEzBpddqA_iJZ9_k_PcHEUc6w67ntXGn11AQAnALtjhOkDG6nS0zgAYOD2Taje7WdORu3AAlF__zbeFvr-MCY2Uli2Ziwttzs7D_PoW0UNok6LUBzP07YJDKURtYhLMIqjXjG1x4haQDiVeRmwe2C7RmmHjLRzmlZSeqLCO-rnOoHgIrjfo/s2880/4-astronomersc.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1944" data-original-width="2880" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgl37BVGrKEnEzBpddqA_iJZ9_k_PcHEUc6w67ntXGn11AQAnALtjhOkDG6nS0zgAYOD2Taje7WdORu3AAlF__zbeFvr-MCY2Uli2Ziwttzs7D_PoW0UNok6LUBzP07YJDKURtYhLMIqjXjG1x4haQDiVeRmwe2C7RmmHjLRzmlZSeqLCO-rnOoHgIrjfo/s16000/4-astronomersc.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi. Kredit: Science Photo Library</td></tr></tbody></table><br /><div><b>InfoAstronomy</b> - Sebuah sistem bintang yang terletak 3.000 tahun cahaya dari Bumi diperkirakan akan segera mengalami nova dan akan terlihat dengan mata telanjang. Fenomena ini akan menjadi kesempatan sekali seumur hidup karena ledakan nova ini hanya terjadi setiap 78 tahun sekali!</div><div><br /></div><div>Sistem bintang yang dimaksud adalah T Coronae Borealis, atau T CrB. Terakhir kali meledak pada tahun 1946, para astronom yakin ledakan tersebut akan terjadi lagi antara Maret hingga September 2024.</div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Apa Itu Nova?</b></h3><div><div>Nova berbeda dari supernova. Jika supernova adalah ledakan bintang masif yang kehabisan bahan bakar, nova justru ledakan bintang katai yang kebanyakan bahan bakar. Nova terjadi pada sistem bintang biner (dua bintang saling mengitari) yang salah satunya harus jenis bintang katai putih.</div><div><br /></div><div>Katai putih sendiri adalah "bangkai bintang" yang terbentuk dari runtuhnya bintang bermassa rendah seperti Matahari. Ia berukuran kecil, bisa cuma sebesar planet, tapi sangat padat dan masif (karena merupakan inti bintang yang runtuh) sehingga gravitasinya kuat.</div><div><br /></div><div>Nah, karena gravitasi katai putih yang kuat itu, dia bisa menarik materi dari atmosfer terluar bintang pendampingnya. Hingga ketika dia terlalu panas karena kebanyakan materi, meledaklah ia sebagai nova.</div></div><div><br /></div><div><div>Sistem bintang T Coronae Borealis, yang biasanya bersinar dengan magntiudo visual +10, yang terlalu redup untuk dilihat dengan mata telanjang, akan melonjak kecerahannya menjadi magnitudo visual +2 selama peristiwa nova tersebut. Kecerahannya akan serupa dengan bintang Polaris.</div><div><br /></div><div>Ketika kecerahannya mencapai puncaknya, ia akan terlihat dengan mata telanjang selama beberapa hari dan mungkin bisa lebih dari seminggu lewat pengamatan dengan teleskop sebelum meredup lagi, menanti ledakan berikutnya 78 tahun berikutnya.</div><div><br /></div><div>Untuk bisa melihat nova ini, mulai sekarang mari kenali bentuk dan letak rasi bintang Corona Borealis, yang bentuknya mirip busur setengah lingkaran kecil di dekat rasi bintang Bootes dan Hercules. Di sinilah ledakan itu akan muncul sebagai bintang terang “baru”. Jika bingung, kamu bisa menggunakan aplikasi peta langit seperti Stellarium atau Star Chart untuk menemukan rasi bintang ini.</div></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7aBV6mSwhIQNBsz5YMhuGkcbIat_g_caSTqyhOVwxO7B3F-EPyDdJiv0nBdgY1Fd64pQ1lqpgEwZ0Hxf6LGZbPQJSviPsFd5get5o5y2ZXiKXhvXiiXTk606y0dvkzIKPqdUCzk-b6crpXFhq-Sz-QIbPnF7sEVdr9lcqe8TFW4oSqjoxPQmJ_lMouOc/s768/FindHercules_NSN896-768x432.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="432" data-original-width="768" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7aBV6mSwhIQNBsz5YMhuGkcbIat_g_caSTqyhOVwxO7B3F-EPyDdJiv0nBdgY1Fd64pQ1lqpgEwZ0Hxf6LGZbPQJSviPsFd5get5o5y2ZXiKXhvXiiXTk606y0dvkzIKPqdUCzk-b6crpXFhq-Sz-QIbPnF7sEVdr9lcqe8TFW4oSqjoxPQmJ_lMouOc/s16000/FindHercules_NSN896-768x432.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Arah rasi bintang Corona Borealis. Kredit: Stellarium</td></tr></tbody></table><br /><div>Bagaimana para astronom yakin bahwa bintang T Coronae Borealis ini akan mengalami nova? Jadi, pada tahun 1945 silam, setahun sebelum nova T Coronae Borealis terakhir meledak, para astronom mengamati adanya peredupan pada bintang tersebut.</div><div><br /></div><div>Peredupan ini disinyalir terjadi karena sang katai putih telah menarik terlalu banyak materi dari bintang pendampingnya, sehingga debu dan gas di sekitar mereka menutupi cahaya yang biasa kita amati. Alhasil, mereduplah mereka.</div><div><br /></div><div>Nah, peredupan semacam itu terjadi lagi pada tahun 2023 kemarin, dan masih berlangsung hingga hari ini. Dengan kata lain, bintang tersebut berperilaku sama seperti pada tahun 1945. Para astronom pun sekarang berharap kita akan melihat nova T Coronae Borealis lagi tahun ini.</div><div><br /></div><div>Nova yang berulang seperti ini adalah satu dari lima nova yang ada di galaksi kita. </div><div><br /></div><div>Mau mengamatinya lewat teleskop? Kamu bisa dapatkan di sini: <a href="https://infoastronomystore.com">https://infoastronomystore.com</a> </div><div><br /></div><div><b>Sumber & Referensi:</b></div><div><div><ul style="text-align: left;"><li>Maslennikova, N. A., Tatarnikov, A. M., & Tatarnikova, A. A. (2023). Rapid Spectral Variability of T Corona Borealis. <i>Astrophysical Bulletin</i>, 78(3), 325-332.</li><li>Maslennikova, N. A., Tatarnikov, A. M., ... & Strakhov, I. A. (2023). Recurrent Symbiotic Nova T Coronae Borealis before Outburst. <i>Astronomy Letters</i>, 49(9), 501-515.</li><li>Starrfield, S., Woodward, C. E., ... & Evans, A. (2024). Observations and Simulations prior to the next outburst of T Corona Borealis. <i>In American Astronomical Society Meeting Abstracts</i> (Vol. 56, No. 2, pp. 461-02).</li></ul></div></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-73328622108229449042024-03-05T17:59:00.000+07:002024-03-05T17:59:02.942+07:00Katanya Ada Lubang Hitam, Kok Pusat Galaksi Terang?<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhf4MqOgDcbOYed8YG9vxlmosd0TNRD9hs1kBWcTj7RJcTh0G8Y1nvsULeDcyHnO7E2JOU0RArbVS2097JAGhRrrPDZW5vZZLbCIYg377u0mt4h6B8pflx7L93jxLtEBEs7C3EGmYloOvk/s1600/pusat+galaksi+terang-01.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="967" data-original-width="1600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhf4MqOgDcbOYed8YG9vxlmosd0TNRD9hs1kBWcTj7RJcTh0G8Y1nvsULeDcyHnO7E2JOU0RArbVS2097JAGhRrrPDZW5vZZLbCIYg377u0mt4h6B8pflx7L93jxLtEBEs7C3EGmYloOvk/s16000/pusat+galaksi+terang-01.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi</td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<b><br /></b><div><b>InfoAstronomy</b> - Kalau melihat gambar-gambar galaksi hasil jepretan teleskop antariksa Hubble atau teleskop-teleskop berbasis darat, kita pasti menemui bahwa pusat galaksinya tampak terang. Padahal, katanya di sana ada lubang hitam. Kok bisa ya?<br />
<br />
Kalau kamu berpikir seharusnya pusat galaksi itu gelap karena dihuni oleh lubang hitam, sepertinya kamu harus merevisi sedikit pemahaman kamu tentang lubang hitam nih.<br />
<br />
Memang benar di pusat hampir tiap galaksi raksasa memiliki sebuah lubang hitam supermasif. Jenis lubang hitam ini, menurut teori yang paling diterima para astronom, terbentuk dari bergabungnya lubang hitam bermassa bintang, atau lubang hitam yang terbentuk dari matinya bintang yang masif.<br />
<br />
Bergabungnya lubang hitam tersebut membuat massa mereka menjadi semakin besar, hingga pada akhirnya disebut sebagai "supermasif". Tapi, jangan sampai salah kaprah dengan istilah supermasif ya. Karena pada dasarnya, ukuran lubang hitam ini tidak ada apa-apanya dibanding ukuran galaksi induknya.<br />
<br />
Sekarang, coba deh lihat foto galaksi tetangga Bimasakti di bawah ini, galaksi Andromeda. Kalau kamu perhatikan, area pusat galaksi Andromeda ini tampak terang, ya.</div><div><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhROJIjUxhLyDJ-r6tvgrLU9Ebr4ClCx8rQS0Cr_aZu9iokB-b4J88MjCCbM8IlECDKSc6OeMdW3cZ3QZ4lah_WcWk7UnF5f6RN1JFrhTDbP_mBkz7sC9DkE5Eg0gOTgN1v-9ZNIcUBllI/s1600/RzQKC.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhROJIjUxhLyDJ-r6tvgrLU9Ebr4ClCx8rQS0Cr_aZu9iokB-b4J88MjCCbM8IlECDKSc6OeMdW3cZ3QZ4lah_WcWk7UnF5f6RN1JFrhTDbP_mBkz7sC9DkE5Eg0gOTgN1v-9ZNIcUBllI/s16000/RzQKC.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Galaksi Andromeda. Kredit: NASA</td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div><div><br /></div>
Apakah gambar galaksi Andromeda di atas membuatmu bertanya-tanya kenapa ada cahaya putih kekuningan terang di pusatnya? Jika itu adalah kumpulan bintang, lalu mengapa ada begitu banyak bintang di pusat galaksi? Jika ada lubang hitam di sana, lalu mengapa ada cahaya?<br />
<br />
Menurut <i>Astronomy.com</i>, pusat hampir setiap galaksi raksasa di alam semesta, terutama galaksi spiral seperti Bimasakti, mengandung kerapatan bintang dan gas yang sangat tinggi. Itu terjadi ketika galaksi terbentuk, sebagian besar material yang menyusunnya ditarik ke arah pusat massanya, titik pengaruh gravitasi tertingginya.<br />
<br />
Hal itu tidak hanya berarti ada lebih banyak bintang yang akhirnya mengorbit di dalam wilayah yang disebut "inti galaksi", tetapi juga sejumlah besar gas hidrogen terkonsentrasi di pusat galaksi, sehingga pembentukan bintang di sana cukup intens.<br />
<br />
Dengan populasi bintang yang tinggi, hal itu pada akhirnya membuat wilayah pusat setiap galaksi menjadi sangat terang bila dibandingkan dengan tepian terluar galaksi yang populasi bintang-bintangnya relatif menyebar.</div><div><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUASMG-oZP-0PFIiZW-V8yXO34DVI04BEOsGDrzsq8W1KtVUJ1q0qUaGlAykXwWTU9a0WpZT8lCAHL8CkI11rPs8iF4C8UscZq2TdxxIL8bUc15f_5KDjTPfyUNO0OeVYw6qLmkO932rk/s1600/nwIgt.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUASMG-oZP-0PFIiZW-V8yXO34DVI04BEOsGDrzsq8W1KtVUJ1q0qUaGlAykXwWTU9a0WpZT8lCAHL8CkI11rPs8iF4C8UscZq2TdxxIL8bUc15f_5KDjTPfyUNO0OeVYw6qLmkO932rk/s16000/nwIgt.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Galaksi M51. Kredit: NASA</td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div><div><br /></div>
Sekarang, bagaimana dengan lubang hitam supermasif tadi?<br />
<br />
Oke, saatnya untuk melihat sebenarnya betapa kecilnya lubang hitam "supermasif" di pusat galaksi, yang dalam hal ini kita akan bahas mengenai lubang hitam supermasif di pusat galaksi Bimasakti, dibandingkan dengan galaksinya itu sendiri.<br />
<br />
Dikenal sebagai Sagitarius A*, lubang hitam supermasif di pusat galaksi kita, menurut estimasi terbaik seperti dikutip dari <i>UniverseToday.com</i>, memiliki massa 4 juta kali massa Matahari. Dengan massa sebesar itu, Sagitarius A* memiliki radius Schwarzschild -- radius di mana sebuah material tidak bisa melarikan diri jika berada di dalamnya -- sekitar 12 juta kilometer, atau kira-kira 17 kali radius Matahari kita.<br />
<br />
Nah sekarang, mari kita bandingkan radius Schwarzschild lubang hitam supermasif Sagitarius A* dengan jarak Bumi ke bintang terdekat dari tata surya kita, Alfa Centauri, yang terletak pada jarak sekitar 4,3 tahun cahaya.<br />
<br />
Dengan satu tahun cahaya setara 9,4 triliun kilometer, itu berarti kita bisa menaruh sekitar 3,3 ribu lebih lubang hitam supermasif dari Bumi ke Alfa Centauri. Sebuah ukuran lubang hitam supermasif yang ternyata kecil, bukan?<br />
<br />
Kalau ukuran lubang hitam supermasif tersebut lantas dibandingkan dengan tonjolan pusat galaksi Bimasakti, yang diperkirakan tebalnya mencapai 1.000 tahun cahaya, maka lubang hitam supermasif tersebut jelas tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan. Pusat galaksi tetaplah terang karena dihuni lebih banyak bintang dalam area yang padat dibandingkan dengan sang lubang hitam supermasif.<br />
<br />
Nah, dari sini, kita akhirnya sudah tahu kan kenapa pusat galaksi terang padahal katanya ada lubang hitam? Semoga bisa menambah wawasanmu ya.</div><div><br /></div><div><b>Sumber & Referensi:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Davies, M. B., & King, A. (2005). The stars of the galactic center. <i>The Astrophysical Journal</i>, 624(1), L25.</li><li>Li, Y., Gendron-Marsolais, M. L., Zhuravleva, I., Xu, S., Simionescu, A., Tremblay, G. R., ... & Vishniac, E. T. (2020). Direct detection of black hole-driven turbulence in the centers of galaxy clusters. <i>The Astrophysical journal letters</i>, 889(1), L1.</li><li>Merritt, D. (2010). The distribution of stars and stellar remnants at the galactic center.<i> The Astrophysical Journal</i>, 718(2), 739.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-34115393084100976712024-03-05T15:36:00.001+07:002024-03-05T15:36:30.256+07:002024 Gaktau Cara Convert Pulsa Ke Dana? Pakai Tokoconvert Aja! Dijamin Berhasil Dibawah 60 Detik! Berikut Caranya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhyphenhyphenaieW6r_S5NUnFiWJKHgiVnf9IYyuEn6pAyWsbJPI8SK4JC5ko16rT2jWf2Wt00Curx4ccwXzQ0Vte3w3ldw5yBS9nL3k-72xVRrvFvJ6uy-LLn8WMHxkQ772gb7w58Bu9oYxnQSZypG1E741laEFw8N36Lld99lPKdHeW58bCv0x4rQGsJWGjnb-eYl/s2667/597-gambat-artikel-1.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1500" data-original-width="2667" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhyphenhyphenaieW6r_S5NUnFiWJKHgiVnf9IYyuEn6pAyWsbJPI8SK4JC5ko16rT2jWf2Wt00Curx4ccwXzQ0Vte3w3ldw5yBS9nL3k-72xVRrvFvJ6uy-LLn8WMHxkQ772gb7w58Bu9oYxnQSZypG1E741laEFw8N36Lld99lPKdHeW58bCv0x4rQGsJWGjnb-eYl/s16000/597-gambat-artikel-1.png" /></a></div><p></p><p>Buat kawula muda yang punya banyak pulsa dan ingin mengubah/mengconvert pulsa ke saldo DANA (e-money), <a href="https://tokoconvert.id/">TokoConvert.id</a> hadir buat membantu kamu loh! Seringkali pulsa yang sudah menumpuk maupun ditabung tetapi masa aktif provider dari simcard sudah mau masa tenggang/expired, kamu akan pusing! karena bila provider simcard kamu gak diperpanjang, tentu saja pulsa kamu akan hangus!<br /><br />Nah, biar gak kejadian seperti itu gak perlu pusing lagi kawula muda tinggal kita pindahkan saja saldo pulsa tersebut ke saldo DANA! Yang pasti melalui TokoConvert.id ya!<br /><br />DANA adalah dompet digital Indonesia yang didesain untuk menjadikan setiap transaksi non-tunai dan non-kartu secara digital, baik online maupun offline dapat berjalan dengan cepat, praktis dan tetap terjamin keamanannya. Oleh karena itu, tentu saja penting bagi kalian untuk mengetahui tata cara transfer pulsa ke Dana.<br /><br />Memang ada banyak cara untuk mengubah pulsa ke DANA, Kalian bisa memilih untuk menggunakan aplikasi maupun situs web. Tak hanya itu, kalian pun bisa melakukan ini hanya dengan HP yang ada di genggaman tangan kalian loh. Tetapi tahukah kamu? TokoConvert.id udah hadir dengan aplikasi kita sendiri loh! Kamu bisa mengubah saldo kamu tanpa perlu menunggu lama. Aplikasi ini adalah TOKOCONVERT. Kawula muda udah bisa mencari aplikasinya yang pasti sudah ada di Playstore!<br /><br />TokoConvert ini merupakan jasa convert atau tukar pulsa jadi uang tunai. Saat ini toko convert sudah menyediakan sampai 5 provider loh! Untuk pengguna provider</p><ul style="text-align: left;"><li>TELKOMSEL</li><li>XL</li><li>INDOSAT</li><li>AXIS</li><li>TRI – THREE (3)</li></ul><p>Gak perlu pusing lagi!<br /></p><ul style="text-align: left;"><li>Proses convert cepat, gratis dan otomatis, sehingga dalam hitungan detik convert berhasil diproses.</li><li>Penarikan saldo sudah di proses otomatis, langsung masuk ke rekening/e-wallet kamu</li><li>Biaya penarikan saldo gratis! Alias Rp.0</li><li>Rate convert tinggi dan stabil</li><li>Layanan Customer Service Online 24 Jam</li><li>Jaminan Aman dan Tepercaya</li></ul><p>Nah, agar lebih jelas, langsung saja kawula muda simak informasi mengenai cara transfer pulsa ke DANA berikut ini.<br /></p><ol style="text-align: left;"><li>Download aplikasi TOKOCONVERT di playstore atau kunjungi websitenya (tokoconvert.id).</li><li>Login menggunakan E-mail (Login pakai G-Mail aja kawula muda biar gak ribet!)</li><li>Pilih provider simcard yang ingin kamu gunakan</li><li>Masukkan nominal pulsa yang ingin kamu tukar (dengan minimal 14ribu ya kawula muda!)</li><li>Masukkan nomor pengirim pulsa</li><li>Akan muncul layar transaksi di layar SmartPhone kalian, (Diselesaikan sebelum batas waktunya ya kawula muda!)</li><li>Setelah muncul layar transaksi akan ada pilihan “Transfer Pulsa Sekarang”</li><li>Pilih “Transfer Pulsa Sekarang”</li><li>Kawula muda akan diarahkan ke tampilan telfon dengan nomor yang akan otomatis muncul</li><li>Tekan opsi panggilan dan tinggal memilih No.1/ Ya</li><li>Kembali ke aplikasi toko convert untuk melakukan penarikan saldo</li><li>Pada aplikasi toko convert pilih ‘tarik saldo’</li><li>Kemudian pilih metode penarikan DANA dan masukan nominal penarikan saldo yang diinginkan</li><li>Selamat pulsa anda sudah menjadi saldo Di DANA</li></ol><p>Nah, Gimana Kawula muda? Simpel kan kalo Kawula muda menggunakan aplikasi TOKOCONVERT buat mengconvert pulsa ke DANA? Benar-benar gak ribet, gratis dan gak lama kan? Gak perlu pusing ketakutan lagi pulsa kalian hangus! Buruan gak perlu tunggu lama lagi yuk langsung ke tokoconvert.id! Tentu sangat efektif dan bisa menghemat waktu kalian untuk rebahan ya.<br /><br />Nah, kawula muda sekian, penjelasan mengenai cara transfer pulsa ke DANA menggunakan aplikasi <a href="https://tokoconvert.id/" target="_blank">TOKOCONVERT</a> maupun website tokoconvert.id beserta kelebihannya yang bisa kalian jadikan pertimbangan.<br /></p>Kontributorhttp://www.blogger.com/profile/15898087432733937035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-71527793396749194222024-02-23T14:46:00.002+07:002024-02-23T14:46:07.133+07:00Bintang Neutron Ditemukan Terbentuk pada Sisa-sisa Supernova SN 1987A<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVjKLWFef2QVzZXmV9SM6B_gpafnnEghaoQ8PJ9Eew5VJz3CtL0bPw9kwpHekx86Y_G424KNrHZwKGn9qWB5boIOJh7B7MmD_DRPMpLnHnUphNznuyGnBtH64VKZZpM-QGSMnQF5ndqOohGxYsoGTEfi1BpAWIG7oNZ2mvQQ4016PrY_NjDzsMbmpVpHE/s1000/supernova.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="750" data-original-width="1000" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVjKLWFef2QVzZXmV9SM6B_gpafnnEghaoQ8PJ9Eew5VJz3CtL0bPw9kwpHekx86Y_G424KNrHZwKGn9qWB5boIOJh7B7MmD_DRPMpLnHnUphNznuyGnBtH64VKZZpM-QGSMnQF5ndqOohGxYsoGTEfi1BpAWIG7oNZ2mvQQ4016PrY_NjDzsMbmpVpHE/s16000/supernova.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sisa-sisa supernova SN 1987A. Kredit: Science Photo Library</td></tr></tbody></table><br /><div><b>InfoAstronomy</b> - Meledak pada tahun 1987 silam, para ilmuwan telah lama memperkirakan bahwa supernova SN 1987A akan membentuk bintang neutron atau lubang hitam. Namun, bukti langsung dari hal itu sempat sulit diperoleh, hingga akhirnya hari ini James Webb menemukan senyawa argon di sana.</div><div><br /></div><div>Supernova sendiri merupakan peristiwa ledakan bintang masif bermassa mulai 8 kali massa Matahari ketika kehabisan bahan bakar. Tergantung massanya, jika bintang yang supernova massanya 8-20 kali Matahari maka akan berevolusi menjadi bintang neutron. Namun, jika massanya di atas 20 kali massa Matahari, bintang akan berevolusi menjadi lubang hitam.</div><div><br /></div><div><div>Supernova SN 1987A terjadi pada jarak sekitar 160.000 tahun cahaya dari Bumi di galaksi satelit Bimasakti, Awan Magellan Besar. Ini adalah supernova pertama yang diamati di langit Bumi pada era modern. Pada saat itu, SN 1987A meledak pada Februari 1987, kecerahannya mencapai puncaknya pada bulan Mei di tahun yang sama.</div><div><br /></div><div>Sekitar dua jam sebelum pengamatan cahaya tampak pertama SN 1987A, tiga observatorium di seluruh dunia mendeteksi ledakan neutrino yang hanya berlangsung beberapa detik. Dua jenis pengamatan yang berbeda ini dikaitkan dengan peristiwa supernova yang sama, dan memberikan bukti penting untuk menginformasikan teori tentang bagaimana supernova keruntuhan inti terjadi.</div><div><br /></div><div>Lalu, berevolusi menjadi apa bintang yang meledak dalam supernova SN 1987A itu? Inilah yang selama ini dicari tahu para ilmuwan, hingga akhirnya mereka memiliki teleskop antariksa James Webb.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTE17IFXegRKyI3yrJQdMzI03NWxbq5ddFmlANbLR6hzFRhyphenhyphen1Eeg3p8UzgeYwQKp_JmUmuz5K_oAVzsad5dRGEdFJoeVWgb9ZDXeeUQ4_6coojFeKJCEycYbNXBr9fEuyoWEoTitvB2JGL01A-vU_Z-vytplT4CkdbZ_j2ODJuFC1eEU0WW6UvrV9ImjY/s1280/stsci-01hphqmcmzgtx4pxe5tzccbehq.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="761" data-original-width="1280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTE17IFXegRKyI3yrJQdMzI03NWxbq5ddFmlANbLR6hzFRhyphenhyphen1Eeg3p8UzgeYwQKp_JmUmuz5K_oAVzsad5dRGEdFJoeVWgb9ZDXeeUQ4_6coojFeKJCEycYbNXBr9fEuyoWEoTitvB2JGL01A-vU_Z-vytplT4CkdbZ_j2ODJuFC1eEU0WW6UvrV9ImjY/s16000/stsci-01hphqmcmzgtx4pxe5tzccbehq.webp" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hasil observasi Webb atas temuan argon di SN 1987A. Kredit: NASA/ESA/STScI</td></tr></tbody></table><br /><div>Claes Fransson dari Universitas Stockholm, ilmuwan utama studi ini, menjelaskan, "Dari model teoretis SN 1987A, ledakan neutrino selama 10 detik yang diamati tepat sebelum supernova menyiratkan bahwa bintang neutron atau lubang hitam sedang terbentuk dalam ledakan tersebut.</div><div><br /></div><div>"Namun kami belum melihat adanya tanda-tanda yang meyakinkan dari objek baru lahir tersebut dari ledakan supernova mana pun. Tapi kali ini, kami kini telah menemukan bukti langsung adanya emisi yang dipicu oleh objek padat yang baru lahir, kemungkinan besar adalah bintang neutron."</div></div><div><br /></div><div><div>Webb memulai observasi ilmiah terhadap SN 1987A pada Juli 2022 menggunakan instrumen ilmiah Medium Resolution Spectrograph (MRS) dari MIRI (Mid-Infrared Instrumen) Webb.</div><div><br /></div><div>Dengan instrumen ilmiah ini, Webb dapat mengambil gambar suatu objek dan mengambil spektrumnya secara bersamaan. Webb membentuk spektrum di setiap piksel, memungkinkan para ilmuwan untuk melihat perbedaan spektroskopi di seluruh objek. Analisis pergeseran Doppler setiap spektrum juga memungkinkan evaluasi kecepatan pada setiap posisi.</div><div><br /></div><div>Hasil analisis spektrum dari MRS menunjukkan adanya sinyal yang kuat akibat ionisasi argon dari pusat material yang terlontar yang mengelilingi SN 1987A. Pengamatan selanjutnya menggunakan NIRSpec (Near-Infrared Spectrograph) Webb pada panjang gelombang yang lebih pendek menemukan unsur-unsur kimia yang lebih terionisasi, terutama argon yang terionisasi lima kali (artinya atom argon yang telah kehilangan lima dari 18 elektronnya). Ion-ion tersebut memerlukan foton berenergi tinggi untuk terbentuk, dan foton-foton tersebut harus datang dari suatu tempat.</div></div><div><br /></div><div><div>"Untuk menghasilkan ion-ion yang kami amati, jelas bahwa harus ada sumber radiasi berenergi tinggi di pusat sisa supernova SN 1987A," kata Fransson. "Dalam penelitian ini kami membahas berbagai kemungkinan, dan menemukan bahwa hanya ada beberapa skenario yang mungkin terjadi, dan semuanya melibatkan bintang neutron yang baru lahir."</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg4RxvjA8V-QBxVU4M5Lb8t1KKZMjOpUngu9R0mG_dnZPROSn5WTNth0wboQ60aAW6UIZ54DfVKWfjkXcIhkIb0KHRzXM0raS03OjN8uhxjFQtQvYUIz6LrcH820CCpCwIGULrkMY3N1zTYQ0FseWyrv-O0Zs1yafv1N0rF9Lvc5wKFzZSQDcqBz9eYNA/s1466/87A_skyt.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="724" data-original-width="1466" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg4RxvjA8V-QBxVU4M5Lb8t1KKZMjOpUngu9R0mG_dnZPROSn5WTNth0wboQ60aAW6UIZ54DfVKWfjkXcIhkIb0KHRzXM0raS03OjN8uhxjFQtQvYUIz6LrcH820CCpCwIGULrkMY3N1zTYQ0FseWyrv-O0Zs1yafv1N0rF9Lvc5wKFzZSQDcqBz9eYNA/s16000/87A_skyt.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Supernova SN 1987A (kiri) dan anatominya (kanan). Kredit: NASA</td></tr></tbody></table><br /><div><div>Bintang neutron sendiri adalah jenis bintang yang sangat padat dan diteorikan terbentuk dari inti yang tersisa setelah supernova. Ketika bintang masif meledak sebagai supernova, bagian intinya dapat menyusut menjadi bintang neutron yang sangat kecil namun sangat padat.</div><div><br /></div><div>Inti bintang neutron berisi materi yang terdiri atas partikel-partikel subatomik yang sangat terkompresi, terutama neutron (itulah kenapa disebut bintang neutron). Keadaan materi dalam inti bintang neutron sangat ekstrem, dengan kepadatan yang sangat tinggi dan gaya gravitasi yang sangat kuat.</div><div><br /></div><div>Bintang neutron biasanya memiliki massa yang jauh lebih besar dari Matahari, tetapi ukurannya sangat kecil, hanya beberapa kilometer saja. Karena kepadatannya yang sangat tinggi, bintang neutron memiliki gravitasi yang sangat kuat, sehingga menarik materi di sekitarnya dan menghasilkan medan gravitasi yang sangat besar. Mereka juga dapat berputar sangat cepat, sering kali dengan kecepatan rotasi yang sangat tinggi.</div></div><div><br /></div><div>Pengamatan lebih lanjut akan dilakukan dengan Webb dan teleskop-teleskop berbasis darat lainnya tahun ini. Para ilmuwan berharap studi yang sedang berlangsung akan memberikan kejelasan lebih lanjut tentang apa sebenarnya yang terjadi di jantung sisa-sisa SN 1987A.</div><div><br /></div><div>Pengamatan ini pun diharapkan dapat merangsang pengembangan model yang lebih rinci, sehingga pada akhirnya memungkinkan para ilmuwan untuk lebih memahami tidak hanya SN 1987A, tetapi juga semua supernova yang disebabkan oleh keruntuhan inti bintang.</div></div><div><br /></div><div><b>Sumber & Referensi:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Fransson, C., Barlow, M. J., ... & Vandenbussche, B. (2024). Emission lines due to ionizing radiation from a compact object in the remnant of Supernova 1987A. <i>Science</i> 383, 898-903.</li><li>Larsson, J., Fransson, C., Sargent, B., Jones, O. C., Barlow, M. J., Bouchet, P., ... & Wright, G. S. (2023). JWST NIRSpec observations of supernova 1987A—from the inner ejecta to the reverse shock. <i>The Astrophysical Journal Letters</i>, 949(2), L27.</li><li>McCray, R., & Fransson, C. (2016). The remnant of supernova 1987A. <i>Annual Review of Astronomy and Astrophysics</i>, 54, 19-52.</li><li>Vink, J. (2020). Physics and Evolution of Supernova Remnants (p. 87). <i>Cham: Springer</i>.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-80952987295356692382024-02-22T14:03:00.000+07:002024-02-22T14:03:29.267+07:00Objek Paling Terang di Alam Semesta Ditemukan: Quasar J0529-4351<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWXGAIGdPGfoFvFzQrCIgmes4-BjQaayhluKiIqsEpwn0ARYZXfdAiSZLt5pvKmi74FfjUatRq6Oi4XIoIP8Mb432JoAA9do0bVxW3-zkSPLMemaJZIHkB7ZFnOkLSNHg0NSF64AbAH93vF7KQAKIAM3BhLe7AShnbuYXD9PSmGiSGgHNR2pLiOn7FyZM/s1280/GG1xnrKbcAAOkm9.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="795" data-original-width="1280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWXGAIGdPGfoFvFzQrCIgmes4-BjQaayhluKiIqsEpwn0ARYZXfdAiSZLt5pvKmi74FfjUatRq6Oi4XIoIP8Mb432JoAA9do0bVxW3-zkSPLMemaJZIHkB7ZFnOkLSNHg0NSF64AbAH93vF7KQAKIAM3BhLe7AShnbuYXD9PSmGiSGgHNR2pLiOn7FyZM/s16000/GG1xnrKbcAAOkm9.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi quasar J0529-4351. Kredit: ESO/Digitized Sky Survey 2/Dark Energy Survey</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div><b>InfoAstronomy</b> - Matahari mungkin sangat terang. Tapi di alam semesta, terangnya Matahari belum ada apa-apanya. Baru-baru ini, para astronom menemukan objek paling terang sejagat dengan kecerlangan 500 triliun kali Matahari, sebuah quasar yang ditenagai lubang hitam supermasif!</div><div><br /></div><div>Quasar adalah inti galaksi yang sangat aktif dan terang sehingga dapat dilihat dari Bumi, meskipun galaksi asalnya sering kali tidak terlihat karena berjarak terlalu jauh. Pertama kali ditemukan pada tahun 1950-an, quasar tampak terang seperti bintang, tetapi dalam panjang gelombang radio alih-alih cahaya tampak. Itulah kenapa objek ini disebut sebagai <i>quasi stellar radio source</i> (quasar), atau sumber radio mirip bintang.</div><div><br /></div><div>Quasar ini pada umumnya ditemukan pada jarak yang sangat jauh dari Bumi. Saking jauhnya, akibat adanya pemuaian alam semesta yang mencapai 70 kilometer per detik per Megaparsec, quasar-quasar yang kita amati selalu bergerak menjauh dengan sangat cepat, mencapai hingga 30% kecepatan cahaya!</div><div><br /></div><div>Terletak di inti galaksi, quasar dapat bercahaya lebih terang daripada galaksi induknya. Kenapa bisa demikian? Itu karena sumber energi utama quasar adalah lubang hitam supermasif.</div><div><br /></div><div>Proses terbentuknya quasar kira-kira begini: Lubang hitam supermasif di pusat sebuah galaksi aktif melahap bintang-bintang dan materi di sekitarnya, fenomena ini mengarah pada pembentukan cakram akresi yang begitu terang di sekitar lubang hitam supermasif dan pancaran jet relativistik dari kedua kutub lubang hitam supermasif. Cahaya terang itu disebut quasar.</div><div><br /></div><div>Nah, quasar ini, yang dikatalogkan sebagai J0529-4351, berjarak sekitar 12 miliar tahun cahaya dari Bumi, bisa sangat terang karena ditenagai oleh lubang hitam supermasif yang massanya antara 17-19 miliar kali massa Matahari. Tak hanya itu, lubang hitam supermasif ini menelan materi dengan cepat, sekitar 370 massa Matahari per tahun, atau minimal melahap 1 Matahari per hari!</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5w97oMUY08fm-cVNi9bDOPHthU59s_xurmJ7Mb0FP5TFqn5LTSsC-rRNs2boLkfF3tLJCC_641hvbdmahHCceDli5cai25wohKnra-g0uO3DRWktT4Mb2r0cNMbgon9gB0jXbsUwkLtEGdRoJzrKrp_S5OHNTWrba5K-PTaSsj6mkKiGFeOInunh_JR0/s1000/quasar-J0529-4351.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="709" data-original-width="1000" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5w97oMUY08fm-cVNi9bDOPHthU59s_xurmJ7Mb0FP5TFqn5LTSsC-rRNs2boLkfF3tLJCC_641hvbdmahHCceDli5cai25wohKnra-g0uO3DRWktT4Mb2r0cNMbgon9gB0jXbsUwkLtEGdRoJzrKrp_S5OHNTWrba5K-PTaSsj6mkKiGFeOInunh_JR0/s16000/quasar-J0529-4351.webp" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Quasar J0529-4351. Kredit: ESO/Digitized Sky Survey 2/Dark Energy Survey</td></tr></tbody></table><br /><div>Ini menunjukkan seberapa cepatnya lubang hitam supermasif ini tumbuh. Jika kita membandingkannya dengan Bimasakti, pertumbuhannya saat ini sangat berbeda karena lubang hitam supermasif di pusat galaksi kita, Sagitarius A*, yang sedang berada dalam fase aktivitas minimum, di mana tidak terlihat sedang melahap materi dalam beberapa juta tahun terakhir.</div><div><br /></div><div>Dengan jumlah materi yang sangat besar yang ditelan oleh lubang hitam supermasif yang membentuk quasar J0529-4351, tidak heran energi yang dipancarkan oleh quasar J0529-4351 menjadi sangat besar, membuatnya sangat terang sampai 500 triliun kali kecerlangan Matahari.</div><div><br /></div><div>Itulah objek paling terang yang pernah ditemukan manusia sejauh ini.</div><div><br /></div><div><b>Sumber & Referensi:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Lai, S., Onken, C., Amrutha, N., Bian, F., Hon, W., Tisserand, P., ... & Wolf, C. (2023). The fastest-growing black hole in the Universe.</li><li>Onken, C. A., Wolf, C., Hon, W. J., Lai, S., Tisserand, P., & Webster, R. (2023). AllBRICQS: the All-sky BRIght, Complete Quasar Survey. <i>Publications of the Astronomical Society of Australia</i>, 40, e010.</li><li>Wolf, C., Lai, S., Onken, C. A., Amrutha, N., Bian, F., Hon, W. J., ... & Webster, R. L. (2024). The accretion of a solar mass per day by a 17-billion solar mass black hole. <i>Nature Astronomy</i>, 1-10.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-26864283166742931772024-02-19T15:15:00.000+07:002024-02-19T15:15:00.651+07:00Selangkah Lagi Menuju Penemuan Planet Kesembilan<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-3L5vIx1k9KNsBdeDUCnJExBtd70F4vCVerFgk-RYXZJUJd5PtRaFR5jn26ILb9BvsXr4FeQPWtGKjT4GQdme-8xnbP2s-2hXVc6YqsDVs5E2ftwkTxmdXhQmf_HS3-CG1ekOJw8vBT8KaLDkiluqrlPP1yTk9uWeyjdKuO65Mmzjkuk1rEx5SqJOK-k/s1920/Planet_nine_artistic_plain.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-3L5vIx1k9KNsBdeDUCnJExBtd70F4vCVerFgk-RYXZJUJd5PtRaFR5jn26ILb9BvsXr4FeQPWtGKjT4GQdme-8xnbP2s-2hXVc6YqsDVs5E2ftwkTxmdXhQmf_HS3-CG1ekOJw8vBT8KaLDkiluqrlPP1yTk9uWeyjdKuO65Mmzjkuk1rEx5SqJOK-k/s16000/Planet_nine_artistic_plain.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi planet kesembilan. Kredit: Wikimedia Commons</td></tr></tbody></table><br /><div><b>InfoAstronomy</b> - Sejak tahun 2006, Pluto yang tadinya merupakan planet kesembilan di tata surya diturunkan statusnya menjadi "planet katai" oleh para astronom. Alhasil, tata surya hanya memiliki 8 planet utama, dari Merkurius hingga Neptunus. Namun, pada tahun 2016, sebuah studi mengungkapkan bahwa tata surya kita kemungkinan punya satu planet lagi, Planet Kesembilan.</div><div><br /></div><div><div>Sebuah studi yang baru-baru ini dikirimkan ke The Astronomical Journal membawa <i>update</i> terkini dari pencarian Planet Kesembilan (yang juga disebut Planet X), yang merupakan planet hipotetis yang berpotensi mengorbit Matahari di bagian terluar tata surya, jauh di luar orbit Pluto.</div><div><br /></div><div>Dengan adanya penelitian terbaru ini, pencarian Planet Kesembilan tinggal selangkah lagi, karena penelitian ini mempersempit kemungkinan lokasi Planet Kesembilan di langit dan berpotensi membantu para astronom dalam lebih memahami susunan tata surya kita, beserta pembentukan dan proses evolusinya.</div><div><br /></div><div>Mike Brown, astronom dari Caltech, yang juga pemimpin utama studi ini, mengatakan, "Kami terus mencoba untuk secara sistematis mencakup seluruh wilayah langit yang kami prediksi akan menjadi letak Planet Kesembilan. Menggunakan data dari Pan-STARRS memungkinkan kami mencakup wilayah terluas hingga saat ini."</div></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBK4B1iuhgnrWzKy5EeIGWTMgrM_eXh-hvns_U7F9ThHMvnqWMkvMYo8hnmXtY32IDe5lvYvO0JFwKyaolAlFUdzNoH6BUlmiXKXKFzH4fO_cmXGazP3Wu799FIIBOo6wlP-D_8CKsQJsZzl7PIPFvbczYXwSMxC8v-h3BNtet2J63Ggr8mDW_sI7fSTg/s1187/space.com_.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="774" data-original-width="1187" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBK4B1iuhgnrWzKy5EeIGWTMgrM_eXh-hvns_U7F9ThHMvnqWMkvMYo8hnmXtY32IDe5lvYvO0JFwKyaolAlFUdzNoH6BUlmiXKXKFzH4fO_cmXGazP3Wu799FIIBOo6wlP-D_8CKsQJsZzl7PIPFvbczYXwSMxC8v-h3BNtet2J63Ggr8mDW_sI7fSTg/s16000/space.com_.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi perbandingan ukuran Planet Kesembilan. Kredit: NASA</td></tr></tbody></table><br /><div><div>Pan-STARRS, yang merupakan akronim dari Panoramic Survey Telescope and Rapid Response System, adalah sistem observasi astronomi kolaboratif yang berlokasi di Observatorium Haleakala, Hawaii dan dioperasikan oleh Institut Astronomi Universitas Hawai'I dengan pembangunan teleskop yang didanai oleh Angkatan Udara AS.</div><div><br /></div><div>Dalam penelitian ini, para astronom menggunakan data dari Data Release 2 (DR2) Pan-STARRS dengan tujuan mempersempit kemungkinan lokasi Planet Kesembilan berdasarkan temuan dari penelitian-penelitian sebelumnya.</div><div><br /></div><div>Berkat data-data ini, Brown dan timnya telah berhasil mempersempit kemungkinan lokasi Planet Kesembilan dengan menghilangkan sekitar 78 persen kemungkinan lokasi yang dihitung dari penelitian sebelumnya.</div><div><br /></div><div>Selain itu, para astronom juga memberikan perkiraan baru untuk sumbu semimayor (jarak Planet Kesembilan dari Matahari), yakni 500 AU (sebelumnya 800 AU) dan ukuran massa Planet Kesembilan, yakni 6,6 kali massa Bumi (sebelumnya 10 kali massa Bumi).</div><div><br /></div><div>Lalu, apa hasil paling signifikan dari penelitian ini, dan penelitian lanjutan apa yang saat ini sedang dilakukan atau direncanakan?</div><div><br /></div><div>Para astronom akan memulai pengamatan Planet Kesembilan di area langit yang sempit dengan menggunakan Legacy Survey of Space and Time, merupakan survei pengamatan langit yang berada di Observatorium Vera C. Rubin di Chile. Targetnya, dalam satu atau dua tahun ke depan, Planet Kesembilan bisa ditemukan.</div><div><br /></div><div>Jika nantinya Planet Kesembilan berhasil ditemukan, ia akan menjadi planet terbesar ke-5 di tata surya kita dan satu-satunya yang memiliki massa antara Bumi dan Uranus. Planet-planet seperti itu biasa ditemukan di sekitar bintang-bintang lain, tetapi tidak ada di tata surya kita.</div></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLEQhkt0lstCH1m_BP1IMbryrrlQ4ASDWojC2Fjbrtr16f6Tig2GshMtpSFBmj4PzDLK_nV7NhSzIyG-DWx-uGuQvWXzj7rRVAWygki8GHJSyziDLqd0qGfHVV6iycu0WcqzT5IjK5CEr7Lyg-KyoZGMlViQVEcmtaRRZwI7NZf9qMv7feUPm2ipAAbOo/s2560/p9_kbo_orbits_labeled_1_.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1440" data-original-width="2560" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLEQhkt0lstCH1m_BP1IMbryrrlQ4ASDWojC2Fjbrtr16f6Tig2GshMtpSFBmj4PzDLK_nV7NhSzIyG-DWx-uGuQvWXzj7rRVAWygki8GHJSyziDLqd0qGfHVV6iycu0WcqzT5IjK5CEr7Lyg-KyoZGMlViQVEcmtaRRZwI7NZf9qMv7feUPm2ipAAbOo/s16000/p9_kbo_orbits_labeled_1_.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi orbit Planet Kesembilan. Kredit: NASA</td></tr></tbody></table><br /><div><div>Walaupun bukti dari planet yang besar dan tak terlihat di tepi luar tata surya kita ini terus meningkat, faktanya kita belum bisa melihat secara langsung wujud planet tersebut, hanya bisa melihat efek yang ditimbulkan oleh gravitasinya yang besar.</div><div><br /></div><div>Salah satu efek gravitasi Planet Kesembilan itu terjadi pada planet kerdil 2015 TG387, yang dikenal sebagai Goblin. Orbit Goblin yang sangat elips dan eksentrik, menurut para astronom, disebabkan oleh pengaruh gravitasi dari sebuah planet yang cukup besar di luar sana, si Planet Kesembilan.</div><div><br /></div><div>"Planet Kesembilan tampaknya memang merupakan satu-satunya penjelasan yang masuk akal untuk semua hal aneh yang kami amati di tepian tata surya," kata Konstantin Batygin, astrofisikawan di Caltech, rekan sejawat Brown.</div><div><br /></div><div>Semua ini diawali pada tahun 2014, ketika dua astronom Caltech, Chad Trujillo dan Scott Sheppard mengusulkan keberadaan sebuah benda besar dan jauh di luar orbit Neptunus. Benda besar seperti itu, masih menurut para astronom ini, dapat menjelaskan keanehan orbit planet-planet kerdil trans-Neptunus seperti Sedna dan 2012 VP113.</div><div><br /></div><div>Lalu pada Januari 2016, Batygin dan Brown mengumpulkan lebih banyak bukti untuk benda besar hipotetis tadi, yang oleh duo ini dijuluki sebagai "Planet Kesembilan".</div></div><div><br /></div><div>Akankah Planet Kesembilan segera diumumkan keberadaannya dalam waktu dekat?</div><div><br /></div><div><b>Sumber & Referensi:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Brown, M. E., Holman, M. J., & Batygin, K. (2024). A Pan-STARRS1 Search for Planet Nine. <i>arXiv preprint arXiv</i>:2401.17977.</li><li>Batygin, K., Adams, F. C., Brown, M. E., & Becker, J. C. (2019). The planet nine hypothesis. <i>Physics Reports</i>, 805, 1-53.</li><li>Brown, M. E., & Batygin, K. (2021). The orbit of planet nine. <i>The Astronomical Journal</i>, 162(5), 219.</li><li>Bailey, E., Batygin, K., & Brown, M. E. (2016). Solar obliquity induced by planet nine. <i>The Astronomical Journal</i>, 152(5), 126.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-61650815845951769032024-02-17T17:22:00.004+07:002024-02-17T17:22:44.768+07:00Wahana Antariksa Voyager 1 Rusak, Siap Kehilangan Sepenuhnya?<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA3TOiZA-9MxcE82mhZ_Ftrv2hHNOwDUuSY_9bznMvwC7sXL8rW_0tnpMHXjl8JrgsXblAuBbF98V0U81rntaPmKUrauzWMchAk05Y86Dn4y-hE8tDL7SC2p0xom5ar7kI5eRHWqTdspFpcmnU8HS9LPUiTAvwQaDUNJUpLNzz-qBTv9On970s3XbpQ5w/s1280/nasasvoyager.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA3TOiZA-9MxcE82mhZ_Ftrv2hHNOwDUuSY_9bznMvwC7sXL8rW_0tnpMHXjl8JrgsXblAuBbF98V0U81rntaPmKUrauzWMchAk05Y86Dn4y-hE8tDL7SC2p0xom5ar7kI5eRHWqTdspFpcmnU8HS9LPUiTAvwQaDUNJUpLNzz-qBTv9On970s3XbpQ5w/s16000/nasasvoyager.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi Voyager 1. Kredit: NASA</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div><b>InfoAstronomy</b> - Voyager 1 adalah objek buatan manusia terjauh yang pernah diluncurkan dari Bumi. Ketika artikel ini diterbitkan, ia telah berada pada jarak lebih dari 24 miliar kilometer dari planet kita, terbang melintasi ruang antarbintang yang jauh di luar tata surya.</div><div><br /></div><div>Sejak diluncurkan pada bulan Agustus 1977, wahana antariksa nirawak ini rutin melakukan kontak dengan Bumi. Namun, selama beberapa bulan terakhir, komunikasi antara Bumi dan Voyager 1 mengalami kendala karena kerusakan yang dialami sang wahana antariksa.</div><div><br /></div><div>Apakah kita akan kehilangan wahana antariksa yang beroperasi paling lama kedua (setelah Voyager 2) dalam sejarah manusia ini?</div><div><br /></div><div><div>NASA telah memantau masalah ini sejak September 2023 ketika Voyager 1 pertama kali mengalami gangguan. Para ilmuwan misi Voyager 1 tahu betul apa akar masalahnya, dan mereka berharap dengan pengetahuan tersebut mereka dapat mengembalikan Voyager 1 ke kondisi semula.</div><div><br /></div><div>Pada bulan September 2023, muncul masalah dengan data yang dikirim dari Voyager 1. Biasanya, data dari Voyager 1 ditransmisikan dalam kode biner, atau rangkaian angka 0 dan 1 yang mewakili barisan kata. Namun, ada gangguan yang menyebabkan Voyager 1 hanya mengirimkan angka 1 dan 0 secara bergantian.</div><div><br /></div><div>Sebenarnya, komunikasi antara wahana antariksa ini dan Bumi masih tersambung, tetapi “suara” Voyager 1 sudah tidak bisa dimengerti lagi. Alhasil, para ilmuwan tidak pernah lagi menerima data ilmiah atau pembaruan apa pun tentang kesehatan dan status wahana antariksa tersebut, termasuk informasi yang mungkin mengungkap sumber masalahnya.</div><div><br /></div><div>Melalui berbagai cara tidak langsung, tim ilmuwan telah menyimpulkan bahwa masalahnya kemungkinan besar ada pada Flight Data System (FDS), salah satu komputer yang terpasang pada wahana antariksa tersebut. Tim ilmuwan pun sedang bekerja keras untuk menyelesaikan masalah ini, namun proses ini mungkin memakan waktu berbulan-bulan.</div></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAvkCuj9SIIhUiwzUn37AD3scWFLaMo1gAnEK8abTca5YdXuBMJ_JRmCV9TGs63-iKv9HVwxFNe19QbtWdbfwQxyY2Nk0533ohIxJvede5r2xVCs19b2rVgu0qPM4gtSUoCJmZiVJf_YCbQjUw0bsdFhgqwEcuv2g9zqeR0vPNJcvSksPR-bPHCl_SMNo/s1280/iNJkfLq8evP5EcbGxvsqhi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="848" data-original-width="1280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAvkCuj9SIIhUiwzUn37AD3scWFLaMo1gAnEK8abTca5YdXuBMJ_JRmCV9TGs63-iKv9HVwxFNe19QbtWdbfwQxyY2Nk0533ohIxJvede5r2xVCs19b2rVgu0qPM4gtSUoCJmZiVJf_YCbQjUw0bsdFhgqwEcuv2g9zqeR0vPNJcvSksPR-bPHCl_SMNo/s16000/iNJkfLq8evP5EcbGxvsqhi.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi Voyager 1 yang menyusuri kegelapan angkasa. Kredit: Getty Images</td></tr></tbody></table><br /><div><div>FDS selama ini adalah mengkonfigurasikan setiap instrumen Voyager 1 dan mengontrol operasinya, serta mengumpulkan semua data yang diambil oleh wahana antariksa. Sistem ini juga memformat data dari Voyager 1 untuk ditransmisikan ke Bumi, jadi sangat disayangkan memang saat ini FDS tidak bisa berfungsi normal.</div><div><br /></div><div>Walau begitu, tim ilmuwan Voyager tidak menyerah. Pekan ini, tim akan mengirimkan lebih banyak data perintah ke wahana antariksa itu untuk mengumpulkan informasi tentang status sistem di dalamnya. Dalam beberapa bulan ke depan, tim akan mulai melakukan upaya yang lebih agresif untuk mengatur ulang berbagai sistem yang mungkin mempengaruhi FDS.</div><div><br /></div><div><div>Tidak ada FDS cadangan, jadi jika tim tidak dapat memperbaiki masalah ini, kemungkinan besar operasi Voyager 1 akan berakhir. Kita akan kehilangan wahana antariksa ini sepenuhnya, melepasnya ke kegelapan ruang angkasa yang dalam.</div><div><br /></div><div>Semoga penjelajah antarbintang kita kembali berkomunikasi dengan Bumi.</div></div></div><div><br /></div><div><b>Sumber & Referensi:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Carpineti, A. (2024). What’s Going On With Voyager 1? NASA’s Interstellar Spacecraft's Future Looks Uncertain. <i>IFLScience</i>.</li><li>Gurnett, D. A., Kurth, W. S., Stone, E. C., Cummings, A. C., Heikkila, B., Lal, N., ... & Burlaga, L. F. (2020). A foreshock model for interstellar shocks of solar origin: Voyager 1 and 2 observations. <i>The Astronomical Journal</i>, 161(1), 11.</li><li>Kohlhase, C. E., & Penzo, P. A. (1977). Voyager mission description. <i>Space science reviews</i>, 21(2), 77-101.</li><li>Rudd, R. P., Hall, J. C., & Spradlin, G. L. (1997). The voyager interstellar mission. <i>Acta astronautica</i>, 40(2-8), 383-396.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-4721614373119564622024-02-10T12:10:00.000+07:002024-02-10T12:10:34.797+07:00Berbasis Bulan, Mengapa Kalender Hijriah dan Tionghoa Berbeda?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRjtVCc-brNWscZ4DABmJJC4hkldNQfcWsdGnod1lOhV-v99hbVi_DWgOuD6P2_d2C06qawY1VyW6E_szLMQ5YUKApOyCdsFzqmMZzfnCWaCW59ncFbuKJXRBkqrNBhDzTH_xEkywcL3M/s2048/kalender+hi-01.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1237" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRjtVCc-brNWscZ4DABmJJC4hkldNQfcWsdGnod1lOhV-v99hbVi_DWgOuD6P2_d2C06qawY1VyW6E_szLMQ5YUKApOyCdsFzqmMZzfnCWaCW59ncFbuKJXRBkqrNBhDzTH_xEkywcL3M/s16000/kalender+hi-01.png" /></a></div><div><b><br /></b></div><div><b>Info Astronomy</b> - Selain kalender Masehi berbasis Matahari yang biasa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, ada pula kalender Hijriah dan kalender Tionghoa yang berbasis Bulan. Nah, kalau sama-sama berbasis Bulan, mengapa penentuan tahun barunya bisa berbeda?</div><div><br /></div><div>Hari ini, 10 Februari 2023, dalam kalender Tionghoa adalah Tahun Baru Imlek 2575. Sementara itu, tahun baru dalam kalender Hijriah yang sama-sama berbasis Bulan baru akan terjadi pada 7 Juli 2024 mendatang, yakni Tahun Baru 1446 H.</div><div><br /></div><div>Perbedaan ini bisa dipahami karena sistem penanggalan merupakan hasil dari kebudayaan dan agama atau kepercayaan masyarakat. Beda budaya tentunya bisa beda sistem penanggalannya, atau bisa dikatakan setiap budaya bisa memiliki sistem penanggalan masing-masing.</div><div><br /></div><div>Nah, walaupun sama-sama memakai pergerakan Bulan sebagai patokan, rupanya ada perbedaan dalam perhitungan kalender Hijriah dengan kalender Tionghoa.</div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Kalender Hijriah</b></h3><div>Sistem penanggalan kalender Hijriah benar-benar murni berbasis periode sinodis Bulan dalam mengelilingi Bumi kita, yaitu 29,5 hari. Tanggal 1 dalam sistem kalender Hijriah dihitung dari saat kenampakan hilal, atau Bulan sabit awal yang sangat tipis setelah fase Bulan Baru.</div><div><br /></div><div>Lama satu tahun dalam kalender Hijriah adalah 354 hari, dengan setiap tahunnya terdiri atas 12 bulan yang lamanya antara 29 dan 30 hari. Dan karena lama satu bulan dalam kalender Hijriah tidak benar-benar tepat dengan periode Bulan mengelilingi Bumi, ada tahun kabisat juga dalam kalender Hijriah. Dengan begitu, ada penambahan satu hari dalam tahun kabisat, menjadi 355 hari.</div><div><br /></div><div>Nah, titik awal kalender Hijriah adalah ditandai dengan peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekah ke Madinah, karena itulah disebut kalender Hijriah. Peristiwa tersebut adalah tahun 1 dalam kalender Hijrah, sehingga tahun ini sudah memasuki tahun ke 1445 H.</div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Kalender Tionghoa</b></h3><div>Kalau sistem penanggalan kalender Hijriah benar-benar berbasis Bulan, sistem penanggalan Tionghoa memasukkan unsur Matahari. Itulah mengapa sistem ini dikenal juga sebagai sistem kalender lunisolar. Penetapan awal bulannya juga berbeda.</div><div><br /></div><div>Patokannya bukan hilal, melainkan waktu konjungsi antara Bulan dan Matahari, atau yang dikenal dengan fase Bulan Baru, peristiwa saat Bulan dan Matahari terletak hampir segaris lurus dari sudut pandang manusia di Bumi.</div><div><br /></div><div>Karena mendasarkan pada waktu konjungsi, penentuan tanggal 1 dalam kalender Tionghoa tidak perlu pengamatan, tetapi cukup dihitung secara matematis. Walau demikian, dalam kalender Hirjiah juga ada kelompok masyarakat yang melakukan hal serupa untuk menentukan tanggal 1 dalam kalendernya.</div><div><br /></div><div>Nah, di sinilah kerumitan muncul. Sementara penentuan tanggal 1 dalam sebulan kalendernya cukup sederhana, perhitungan 1 tahun dalam penanggalan Tionghoa perlu memasukkan unsur musim. Karena jika memakai unsur Bulan saja, tahun baru dalam kalender Tionghoa akan sama dengan tahun baru Hijriah.</div><div><br /></div><div>Orang-orang Tionghoa (khususnya di Tiongkok Daratan) ingin tahun baru dalam penanggalannya terjadi saat musim semi, saat musim panen tiba. Musim semi dinilai sebagai momen keberuntungan.</div><div><br /></div><div>Gerak semu tahunan Matahari adalah penentu musim di Bumi. Sebagai contoh, ketika Matahari berada di 23,5 derajat Lintang Selatan, belahan Bumi selatan akan mengalami musim panas, dan belahan Bumi utara akan mengalami musim dingin. Begitu pun sebaliknya.</div><div><br /></div><div>Dengan memasukkan unsur musim, satu bulan dalam kalender Tionghoa tetap berlangsung antara 29 dan 30 hari seperti sistem kalender Hijriah. Namun, kemudian, akan ada bulan kabisat atau yang dikenal dengan istilah Lun Gwee. Lama bulan kabisat ini juga 29-30 hari. Penambahan bulan kabisat akan dilakukan setiap 2,7 tahun sekali.</div><div><br /></div><div>Dengan begitu, ada satu tahun dalam kalender Tionghoa yang berjumlah 13 bulan setiap 2,7 tahun. Alhasil, selisih 11 hari dengan kalender Masehi bisa diatasi, dan tahun baru Tionghoa tetap jatuh pada musim semi.</div><div><br /></div><div>Itulah yang menyebabkan penanggalan Hijriah dan Tionghoa berbeda walaupun sama-sama memanfaatkan pergerakan Bulan di langit. Yup, inilah salah satu fungsi Bulan yang mengelilingi Bumi kita, untuk memudahkan manusia menentukan kalender dalam budaya masing-masing.</div><div><br /></div><div>Selamat Tahun Baru Imlek!</div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-24973666216844856472024-01-29T12:09:00.001+07:002024-01-29T12:09:05.208+07:00Uap Air Terdeteksi di Atmosfer Planet Terkecil yang Pernah Ditemukan<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpmce3eS9HF3qxJp0iKpEuIXZwVEZslKFIitazFl75cHSxhCa5JjQ9dctWLo94jlOuc6qFMs1R4JlMoXMe9bh94M0vq0gv9co8m-8uRDJ1DxZweksny3r1D8KiyS2sC5AiX8nkX9Y2iRevbzNo4DNyxvys66268LQNWTWqPiLAqev4jStKUMfxad0faa0/s1920/Exoplanet_GJ_9827d_artist_s_concept_pillars%20(1).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpmce3eS9HF3qxJp0iKpEuIXZwVEZslKFIitazFl75cHSxhCa5JjQ9dctWLo94jlOuc6qFMs1R4JlMoXMe9bh94M0vq0gv9co8m-8uRDJ1DxZweksny3r1D8KiyS2sC5AiX8nkX9Y2iRevbzNo4DNyxvys66268LQNWTWqPiLAqev4jStKUMfxad0faa0/s16000/Exoplanet_GJ_9827d_artist_s_concept_pillars%20(1).jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi planet ekstrasurya GJ 9827d dan bintang induknya. Kredit: NASA, ESA, Leah Hustak and Ralf Crawford (STScI)</td></tr></tbody></table><br /><div><b>InfoAstronomy</b> - Sampai artikel ini diterbitkan, para astronom telah mengonfirmasi keberadaan lebih dari 5.000 planet ekstrasurya, planet yang mengitari bintang lain selain Matahari, di seantero galaksi Bimasakti. Salah satu dari planet-planet itu adalah GJ 9827d, planet ekstrasurya yang terdeteksi memiliki uap air!</div><div><br /></div><div><div>Dengan ukuran sekitar dua kali diameter Bumi, GJ 9827d merupakan planet ekstrasurya yang mengorbit bintang katai merah yang berjarak 97 tahun cahaya dari Bumi di arah rasi bintang Pisces. Planet ini ditemukan dengan teleskop antariksa Hubble.</div><div><br /></div><div>Ukurannya yang tidak terlalu besar itu membuat GJ 9827d menyandang predikat sebagai planet bebatuan terkecil yang pernah ditemukan, yang terdeteksi memiliki uap air di atmosfernya.</div><div><br /></div><div>Walau begitu, para astronom di balik temuan planet ini sedang mengkaji dua skenario: apakah planet ini merupakan "Neptunus mini", planet dengan atmosfer kaya hidrogen yang mengandung air, atau apakah planet ini merupakan versi lebih hangat dari salah satu satelit alami Jupiter, Europa, yang mengandung air dua kali lebih banyak daripada Bumi yang tersembunyi di bawah keraknya.</div><div><br /></div><div>Satu hal yang menarik, menurut Bjorn Benneke dari Universite de Montreal, pemimpin studi tentang planet ini, GJ 9827d bisa jadi terdiri dari separuh air dan separuh bebatuan, ditambah kemungkinan besar ada banyak uap air di atas kerak batuannya.</div><div><br /></div><div>Pengamatan dan penelitian terhadap planet ini sendiri tidak hanya semalam atau dua malam saja, melainkan para astronom mengamatinya dengan Hubble selama periode tiga tahun lamanya, dalam 11 kali fenomena transit, momen saat planet melintas di depan bintangnya dalam pandangan dari Bumi.</div><div><br /></div><div>Selama transit, cahaya bintang induknya tersaring melalui atmosfer planet, memungkinkan para astronom menggunakan instrumen Hubble untuk menganalisis pola warna (panjang gelombang), yang mengungkap ciri khas molekul air di atmosfer planet tersebut.</div><div><br /></div><div>Sayangnya, sekalipun GJ 9827d memiliki atmosfer yang kaya akan air, suhunya diketahui sangat panas seperti Venus, yaitu 425 derajat Celcius, karena kedekatan jaraknya dengan bintang induknya. Suhu sepanas ini akan menjadikannya planet beruap yang tidak dapat dihuni, setidaknya oleh bentuk kehidupan seperti manusia.</div><div><br /></div><div>Namun demikian, penemuan Hubble membuka jalan bagi studi masa depan terhadap GJ 9827d dan planet serupa, terutama oleh Teleskop James Webb, yang dapat menggunakan pencitraan inframerah resolusi tinggi untuk mencari lebih banyak molekul di atmosfer termasuk karbon dioksida dan metana.</div><div><br /></div><div>“Air di planet sekecil ini merupakan penemuan penting,” kata salah satu pemimpin studi ini, Laura Kreidberg dari Institut Astronomi Max Planck di Jerman. “Hal ini semakin mendekatkan kita pada karakterisasi planet yang benar-benar mirip Bumi.”</div></div><div><br /></div><div><b>Sumber & Referensi:</b> </div><div><ul style="text-align: left;"><li>Roy, P. A., Benneke, B., Piaulet, C., Gully-Santiago, M. A., Crossfield, I. J., Morley, C. V., ... & Lothringer, J. D. (2023). Water Absorption in the Transmission Spectrum of the Water World Candidate GJ 9827 d. <i>The Astrophysical Journal Letters</i>, 954(2), L52.</li><li>Rodriguez, J. E., Vanderburg, A., Eastman, J. D., Mann, A. W., Crossfield, I. J., Ciardi, D. R., ... & Quinn, S. N. (2018). A System of Three Super Earths Transiting the Late K-Dwarf GJ 9827 at 30 pc. <i>The Astronomical Journal</i>, 155(2), 72.</li><li>Niraula, P., Redfield, S., Dai, F., Barragán, O., Gandolfi, D., Cauley, P. W., ... & Van Eylen, V. (2017). Three super-Earths transiting the nearby star GJ 9827. <i>The Astronomical Journal</i>, 154(6), 266.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-55072627513143163812023-12-20T11:56:00.004+07:002023-12-20T11:56:30.871+07:00Great Attractor: Galaksi Bimasakti Ditarik ke Arah Objek Tak Terlihat<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglvQONJbVoYHuSpOwYbLJqz7B13BQMGHUcfbRZTxztydhvudTRQwL1wR0_x3E6OI6oh1feaZdn0q8FRgx-maeLLyCcoh_h_2GLnTE4Kl6An3g0huENZvhV5e37X6vxACvxVUDPU5kbWUarsDegp99Ce9EwhGEo6UM2KbgoTwnCYyEcxaduwUZeOi3DxSw/s4167/great%20attractor-01.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="2516" data-original-width="4167" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglvQONJbVoYHuSpOwYbLJqz7B13BQMGHUcfbRZTxztydhvudTRQwL1wR0_x3E6OI6oh1feaZdn0q8FRgx-maeLLyCcoh_h_2GLnTE4Kl6An3g0huENZvhV5e37X6vxACvxVUDPU5kbWUarsDegp99Ce9EwhGEo6UM2KbgoTwnCYyEcxaduwUZeOi3DxSw/s16000/great%20attractor-01.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi. Kredit: Tim desain InfoAstronomy.org</td></tr></tbody></table><br /><div><b>InfoAstronomy</b> - Satelit alami mengitari planet, planet mengitari bintang, bintang mengitari pusat galaksi. Uniknya, menurut pengamatan, galaksi tidak mengitari apapun, tetapi galaksi Bimasakti kita dan 400 galaksi lainnya sedang ditarik ke arah suatu objek tak terlihat, Great Attractor!</div><div><br /></div><div>Pada tahun 1929, para astronom menemukan fakta bahwa pergeseran merah, perubahan panjang gelombang cahaya dari suatu objek astronomi ke arah yang lebih merah dalam spektrum elektromagnetik, pada sebuah galaksi berbanding lurus dengan jaraknya, sehingga memberi kita cara untuk mengukur jarak galaksi-galaksi jauh, yang mengarah pada penemuan pemuaian alam semesta.</div><div><br /></div><div>Yup, alam semesta memuai. Dengan kata lain, ruang di antara galaksi-galaksi di alam semesta itu semakin meluas seiring waktu. Kecepatan pemuaiannya diketahui sekitar 70 kilometer per detik per megaparsec. Artinya, setiap jarak 1 megaparsec (3,26 juta tahun cahaya / 30.856.775.812.381.086.000 kilometer), ruang angkasa memuai seluas 70 kilometer.</div><div><br /></div><div>Energi penyebab pemuaian alam semesta belum diketahui dengan jelas. Maka dari itu, para astronom menyebutnya sebagai energi gelap, suatu bentuk energi misterius yang mendorong percepatan pemuaian alam semesta, menyusun sekitar 68% dari total energi-massa alam semesta.</div><div><br /></div><div>Pengetahuan ini, selain membantu kita memelajari tentang bentuk alam semesta dan pemuaiannya, juga menghasilkan penemuan yang masih menjadi teka-teki. Ketika para astronom secara aktif memetakan alam semesta teramati, mereka justru menemukan adanya 400 galaksi di sekitar galaksi Bimasakti, termasuk galaksi Bimasakti kita sendiri, sedang bergerak menuju sesuatu yang tidak dapat kita lihat.</div><div><br /></div><div>Penyebab tidak terlihat? Sesuatu yang menarik 400 galaksi itu rupanya berada di "Zona Penghindaran (<i>Zone of Avoidance</i>)", atau area langit yang tertutup oleh bidang galaksi kita dan debu kosmik di dalamnya, sehingga kita sulit melihatnya dari Bumi. Apapun itu, untuk bisa menarik galaksi dalam jumlah besar, dibutuhkan massa yang besar pula. Kita tidak bisa melihatnya, tapi kita sedang terseret menuju sesuatu yang sangat besar itu.</div><div><br /></div><div>Para astronom menjuluki sesuatu ini sebagai Great Attractor.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipGij7U4OOmWZAnhh0H_b-OOFaaOGvj-SdOd_G9QbImnp1crV38vBlCokWHuLrCfNl6D062tAi_lbyj97xE9Mv3PZH-BnS5-ldoVhLFvLoKhskU3XRjMcSRVgiN4byENeOJEyre73sTgU8Sby2YeofjbEYvC20_Zh3pRLEXwzqYJGH08Le8YDApqpYJfs/s758/great_attractor.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="466" data-original-width="758" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipGij7U4OOmWZAnhh0H_b-OOFaaOGvj-SdOd_G9QbImnp1crV38vBlCokWHuLrCfNl6D062tAi_lbyj97xE9Mv3PZH-BnS5-ldoVhLFvLoKhskU3XRjMcSRVgiN4byENeOJEyre73sTgU8Sby2YeofjbEYvC20_Zh3pRLEXwzqYJGH08Le8YDApqpYJfs/s16000/great_attractor.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi arah pergerakan galaksi menuju Great Attractor. Kredit: Phys.org</td></tr></tbody></table><br /><div><div>Menurut pengamatan terakhir, meskipun sebagian besar apa yang menjadi Great Attractor ini masih terhalang oleh Zona Penghindaran, para astronom telah mempunyai gambaran yang cukup baik tentang apa yang tidak bisa kita lihat itu.</div><div><br /></div><div>Gambaran itu didapat setelah para astronom mengamati galaksi-galaksi lain di sekitar Bimasakti yang menunjukkan bahwa galaksi-galaksi tersebut berkumpul membentuk sebuah supergugus galaksi, kumpulan dari gugusan galaksi, yang disebut Supergugus Galaksi Laniakea.</div><div><br /></div><div>Laniakea terdiri dari gugus galaksi Grup Lokal (tempat Bimasakti berada), gugus galaksi Norma, gugus galaksi Virgo, gugus galaksi Antlia, gugus galaksi Hydra, gugus galaksi Coma, gugus galaksi Centaurus, gugus galaksi NGC 5846, gugus galaksi Abell 3565, gugus galaksi Abell S0753, dan gugus galaksi Abell 3574. </div><div><br /></div><div><div>Nah, pergerakan galaksi-galaksi di seantero Supergugus Galaksi Laniaka teramati kompak menuju ke arah gugus Norma dan Centaurus, mendekati lokasi yang disebut sebagai Great Attractor. Sayangnya, belum diketahui dengan jelas apa dan kenapa bisa ada Great Attractor, penjelasan paling memuaskan sejauh ini adalah adanya akumulasi massa yang begitu besar di gugus galaksi Norma, sehingga menarik gugus-gugus galaksi lain ke arahnya.</div><div><br /></div><div>Maka dari itu, disimpulkanlah bahwa Great Attractor adalah area di mana galaksi-galaksi di area alam semesta lokal kita akan berkumpul, menjadi titik gravitasi pusatnya.</div><div><br /></div><div><h3 style="text-align: left;"><b>Apakah Bahaya Bagi Galaksi Kita?</b></h3><div><div>Pertanyaan yang mungkin ada di pikiran kamu sekarang adalah, apakah Great Attractor berbahaya bagi galaksi Bimasakti kita? Akankah galaksi Bimasakti bertabrakan dengan galaksi-galaksi lain nantinya?</div><div><br /></div><div>Sayangnya, (atau untungnya?) tidak. Great Attractor ternyata fana, tidak akan bertahan lama. Memuainya alam semesta sehingga semakin meluasnya alam semesta pada akhirnya akan memisahkan galaksi Bimasakti dan 400 galaksi lainnya dari pengaruh Great Attractor.</div><div><br /></div><div>Dengan kata lain, dalam perlombaan "tarik tambang" antara gravitasi antargalaksi dengan pemuaian alam semesta, pemuaian akan menang kali ini. Energi gelap yang merupakan penyebab pemuaian alam semesta akan merobek supergugus ini dan menjauhkan mereka satu sama lain. Galaksi kita tidak akan pernah mencapai titik penarik utama Great Attractor.</div></div><div><br /></div><div><b>Sumber:</b></div><div><ul><li>https://www.scienceabc.com/nature/universe/what-is-the-great-attractor-and-how-will-it-destroy-us.html</li><li>https://phys.org/news/2016-05-great-attractor-milky.html</li><li>https://www.nasa.gov/mission_pages/hubble/science/great-attractor.html</li></ul></div><div><br /></div><div><b>Sumber Jurnal:</b></div><div><ul><li>Mutabazi, T. (2021). Does the Great Attractor partake in large scale motions?. New Astronomy, 87, 101597.</li><li>Riddle, B. (2018). Motions of the Earth and beyond. Science Scope, 41(7), 96-101.</li><li>Thévenot, M., Cornen, C., Goodwin, B. L., Macmillan, C., Stenner, A. G., & Téglás, B. (2020). Galaxies in the Zone of Avoidance with the Spitzer Space Telescope. Research Notes of the AAS, 4(9), 159.</li><li>Quintana, H., Proust, D., Dünner, R., Carrasco, E. R., & Reisenegger, A. (2020). A redshift database towards the Shapley supercluster region. Astronomy & Astrophysics, 638, A27.</li></ul></div></div></div></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-16707108764171202652023-12-11T13:55:00.006+07:002023-12-11T14:07:15.844+07:00Komet Halley Mencapai Jarak Terjauh dari Matahari dalam Orbitnya<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisuuIC3yGWnF8II-mlYXKoaLQO0hmyTFwb_aqJvOHJqnHvlDxQo1YT8QTOjnD_4QuqML7aK0_-jKzJ-bqsbH0-Rf6Hb64wrvr6cqM9eobZwRpOg3UPupjIxMdJyDimebaCmKC-hRi5SjpoG2xjnvjpm1cyDXdG4yxncvpwrZCrYfAXAfLvTCt2YM2rXoA/s1000/halleyy.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="621" data-original-width="1000" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisuuIC3yGWnF8II-mlYXKoaLQO0hmyTFwb_aqJvOHJqnHvlDxQo1YT8QTOjnD_4QuqML7aK0_-jKzJ-bqsbH0-Rf6Hb64wrvr6cqM9eobZwRpOg3UPupjIxMdJyDimebaCmKC-hRi5SjpoG2xjnvjpm1cyDXdG4yxncvpwrZCrYfAXAfLvTCt2YM2rXoA/s16000/halleyy.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi Komet Halley. Kredit: Shutterstock</td></tr></tbody></table><br /><b>InfoAstronomy</b> - Menjadi komet paling terkenal di antara ratusan komet lainnya, Komet Halley per hari ini akan memulai perjalanannya kembali mendekati Matahari untuk hampir 40 tahun ke depan. Penyebabnya? Ia baru saja mencapai aphelion.<div><br /></div><div>Aphelion adalah istilah astronomi yang berarti "jarak terjauh dari Matahari". Dengan kata lain, Komet Halley, pada 9 Desember 2023 kemarin, telah sampai pada titik terjauhnya dari Matahari, titik-kembali-dalam-orbitnya yang membawanya melampaui orbit Neptunus.</div><div><br /></div><div>Setelah aphelion ini, Komet Halley akan mulai bergerak kembali menuju Matahari, dan kelak akan mencapai perihelion – jarak terdekatnya dengan Matahari – pada bulan Juni tahun 2061, atau 38 tahun lagi dari sekarang. Komet Halley kembali!</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihdvBhdKxM87hWbdmKlvC9xEbc3Jp3dVj4Gy9p2KW9PmvE3TEWaY-dIfVjkrKljlqWD8En8t_eWUYuyXPiRoEF1cEKB1f3IyCuyRNPDyj8aBUC40BtqaM1eLqqdtufA421aJ5sAEqWe3WT2DfaYcedZYjPAg6nuylhlbt93wGhze77g7YkHn_4zaVF3Sc/s1000/halley%202061%20new.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1000" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihdvBhdKxM87hWbdmKlvC9xEbc3Jp3dVj4Gy9p2KW9PmvE3TEWaY-dIfVjkrKljlqWD8En8t_eWUYuyXPiRoEF1cEKB1f3IyCuyRNPDyj8aBUC40BtqaM1eLqqdtufA421aJ5sAEqWe3WT2DfaYcedZYjPAg6nuylhlbt93wGhze77g7YkHn_4zaVF3Sc/s16000/halley%202061%20new.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi jalur orbit Komet Halley. Kredit: InfoAstronomy.org</td></tr></tbody></table><br /><div>Komet ini sebenarnya telah terlihat berkali-kali sepanjang sejarah. Namun, astronom asal Inggris bernama Edmond Halley-lah yang pertama kali menghitung dan memastikan orbitnya bahwa komet tersebut akan kembali sekali setiap 76 tahun sekali. Itulah mengapa namanya "Komet Halley".</div><div><br /></div><div>Terakhir kali Komet Halley terlihat di langit Bumi adalah pada tahun 1986. Pada saat itu, ekor Komet Halley yang panjang telah memukau banyak orang di dunia, termasuk di Indonesia.</div><div><br /></div><div><div>76 tahun sekali mungkin terasa lama sekali, tetapi sebenarnya orbit Komet Halley cukup pendek dibandingkan dengan kebanyakan komet lainnya. Dalam nama resminya, 1P/Halley, "P" berarti "periodik", mengacu pada komet dengan periode orbit kurang dari 200 tahun, yang dianggap pendek oleh para astronom.</div><div><br /></div><div>Meskipun usia 76 tahun sering kali merupakan usia hidup yang panjang bagi kita manusia, Komet Halley tampaknya tetap mempertahankan masa mudanya. Menurut para astronom, meskipun diperkirakan telah mengorbit setidaknya selama 16.000 tahun, pengamatan tidak menunjukkan tanda-tanda penuaan yang jelas pada komet tersebut.</div><div><br /></div><div>Jadi, sudah siap melihat Komet Halley? Jika berumur panjang, dini hari pada bulan Juni tahun 2061 mendatang kamu bisa melihat kenampakan Komet Halley di langit timur seperti ini:</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNqTgKLRw4cJ6J1MoBbr0eM1hZBmzm5r-vpTc0mmu9FY9YEHaOix3jGXbrnIlJU9gQ-Kwjpwot3IxyNlO1VbU42VloxeRDRf_cvbiaugu0a_-dZCFvX4VV5pJgA4mJ3hanbj6pV6aQf9wJvKL0k3obf-2Wjh4z_TkjU_-VvnpL0XfBoFgTYSGA4mhaiLc/s1000/ha.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1000" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNqTgKLRw4cJ6J1MoBbr0eM1hZBmzm5r-vpTc0mmu9FY9YEHaOix3jGXbrnIlJU9gQ-Kwjpwot3IxyNlO1VbU42VloxeRDRf_cvbiaugu0a_-dZCFvX4VV5pJgA4mJ3hanbj6pV6aQf9wJvKL0k3obf-2Wjh4z_TkjU_-VvnpL0XfBoFgTYSGA4mhaiLc/s16000/ha.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi kenampakan Komet Halley, Juni 2061. Kredit: Stellarium</td></tr></tbody></table><br /><div>Sampai jumpa pada tahun 2061, teman lama.</div></div><div><br /></div><div><b>Referensi:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Grewing, M., Praderie, F., & Reinhard, R. (Eds.). (2012). Exploration of Halley’s comet. Springer Science & Business Media.</li><li>Rao, J. (2023). Halley's Comet begins its 38-year journey back toward Earth tonight. SPACE.com.</li><li>Whitt, K. K. (2023). Comet Halley to reach farthest point from sun on December 9. EarthSky.org.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-81042511790530562942023-12-08T15:09:00.002+07:002023-12-08T15:09:35.888+07:00Bumi Dihantam Sinar Kosmis Kuat yang Sumbernya Tak Diketahui<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcO4PzfwOkzL6n8dZxpmzQK3oMz0xwOMeuYpBnRFLmdnY0cw-cMGHpmpkKxJnsZoyIGtZwmhSqHNQql2s31hWcSWOGjaVknA8hc9CXh1qwiAlLZ6LCxuY7_HoAChBW9rYacVfGn19_kPksiraSfFA9rVPE4hyhvG-iX7F5lUikO7iuxBz_Os8lepCd3Vo/s900/amaterasu.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="900" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcO4PzfwOkzL6n8dZxpmzQK3oMz0xwOMeuYpBnRFLmdnY0cw-cMGHpmpkKxJnsZoyIGtZwmhSqHNQql2s31hWcSWOGjaVknA8hc9CXh1qwiAlLZ6LCxuY7_HoAChBW9rYacVfGn19_kPksiraSfFA9rVPE4hyhvG-iX7F5lUikO7iuxBz_Os8lepCd3Vo/s16000/amaterasu.webp" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi. Kredit: Osaka Metropolitan University/L-INSIGHT, Kyoto University/Ryuunosuke Takeshige</td></tr></tbody></table><br /><div><b>InfoAstronomy</b> - Sebuah sinar kosmis berenergi tinggi menghantam Bumi kita pada 27 Mei 2023, mengirimkan pancaran udara mengandung muon, gluon, dan partikel sekunder lainnya ke detektor sinar kosmis Telescope Array, yang tersebar di gurun seluas 700 kilometer persegi di Utah, AS. Asalnya? Tidak diketahui!</div><div><br /></div><div>Sinar kosmis ini dijuluki Amaterasu, diambil dari nama dewi Matahari asal Jepang. Ketika para astronom pertama kali menemukan Amaterasu ini, mereka sempat berpikir tampaknya ada kesalahan pengamatan, karena sinar kosmis yang satu ini menunjukkan tingkat energi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam tiga dekade terakhir.</div><div><br /></div><div>Memang seberapa kuat energinya? Amaterasu memiliki energi 244 exaelektronvolt, setara dengan energi yang terbentuk ketika kamu menjatuhkan batu bata ke jari kakimu dari ketinggian pinggang, atau terkena lemparan bola bisbol yang dilempar oleh atlet bisbol profesional.</div><div><br /></div><div>Partikel kosmis dengan energi yang tinggi ini biasanya dihasilkan oleh peristiwa alam yang sangat langka, seperti ledakan supernova atau tabrakan lubang hitam. Namun, anehnya, tidak ada peristiwa alam yang diketahui terjadi pada saat Amaterasu menghantam Bumi.</div><div><br /></div><div>Keberadaan Amaterasu pun menimbulkan pertanyaan tentang asal-usulnya. Ada beberapa kemungkinan penjelasan, artikel ini akan menjelaskannya satu per satu.</div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Dari Bintang yang Dilahap Lubang Hitam</b></h3><div>Lubang hitam merupakan objek dengan massa yang luar biasa besar, sehingga gravitasinya juga sangat kuat. Saking kuatnya, tidak ada apapun, termasuk cahaya, yang bisa lolos dari tarikannya.</div><div><br /></div><div>Gravitasi yang kuat dapat membuat lubang hitam melahap bintang-bintang yang terlalu dekat dengannya. Peristiwa seperti itu dikenal sebagai gangguan pasang surut, di mana sebuah bintang terkoyak oleh lubang hitam supermasif, yang kemudian menghasilkan sinar kosmis kuat yang memancar ke seantero alam semesta.</div><div><br /></div><div>Peristiwa semacam itu dianggap umum terjadi di galaksi dan dapat menjelaskan mengapa sumber partikel kosmis berenergi tinggi tersebar luas di langit. Hubungannya dengan Amaterasu? Kemungkinan ia terbentuk pada bintang berada cukup dekat dengan lubang hitam supermasifnya, sehingga langsung menghilang dan tidak dapat dideteksi.</div><div><br /></div><div>Sayangnya, ada satu masalah di sini: Bintang sebesar apa yang menghasilkan energi sekuat Amaterasu? Di mana posisi lubang hitam yang menelannya? Kedua pertanyaan itu belum ada jawabannya.</div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Alam Semesta Lain dan Lubang Cacing</b></h3><div>Salah satu penjelasan yang paling menarik untuk keberadaan Amaterasu adalah bahwa partikel kosmis itu berasal dari alam semesta lain yang dibawa melalui lubang cacing. Lubang cacing adalah terowongan yang menghubungkan dua titik di ruang dan waktu.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-_fYzTXB0aV14foiHxzhuFmmyVdjNSHiR-U_N_bUhJ_cCI9qGFFr1dcAEQYsW7CAbkCdJ0Ynz21h4l2Je06snmHr8FmJ2af7S9RlldcfW41b8vgWE5F4Iz3sMsVe6HOXe_H2gbVih0ticLTEYKsPjIvCvf3QYJhkrCQg-eiaKIMvn6zxWkfI-blBOILs/s900/wormhole-mark-garlickscience-photo-library.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="620" data-original-width="900" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-_fYzTXB0aV14foiHxzhuFmmyVdjNSHiR-U_N_bUhJ_cCI9qGFFr1dcAEQYsW7CAbkCdJ0Ynz21h4l2Je06snmHr8FmJ2af7S9RlldcfW41b8vgWE5F4Iz3sMsVe6HOXe_H2gbVih0ticLTEYKsPjIvCvf3QYJhkrCQg-eiaKIMvn6zxWkfI-blBOILs/s16000/wormhole-mark-garlickscience-photo-library.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi lubang cacing. Kredit: Mark Garlick/science Photo Library</td></tr></tbody></table><br /><div><div>Lubang cacing pertama kali diusulkan oleh ahli matematika Jerman, Karl Schwarzschild, pada tahun 1916 sebagai solusi dari persamaan teori relativitas umum Albert Einstein. Teori relativitas umum menjelaskan bahwa ruang dan waktu bukanlah hal-hal yang terpisah, tetapi merupakan bagian dari ruang-waktu kontinum. Ruang-waktu kontinum ini dapat digambarkan sebagai lembaran kain yang ditarik dan digulung oleh gaya gravitasi.</div><div><br /></div><div>Lubang cacing terbentuk ketika dua titik di ruang-waktu dihubungkan oleh terowongan. Terowongan ini bisa sangat kecil, bahkan lebih kecil dari atom. Namun, jika lubang cacing cukup besar, maka benda-benda fisik dapat melewatinya.</div><div><br /></div><div>Terowongan lubang cacing juga tidak selalu terbuka. Saat energinya habis, lubang cacing akan kembali tertutup. Nah, momen tertutupnya lubang cacing membuatnya tidak dapat dideteksi lagi oleh detektor apapun di Bumi (setidaknya dengan teknologi kita saat ini).</div><div><br /></div><div>Walau begitu, kemungkinan Amaterasu berasal dari alam semesta lain melalui lubang cacing sejauh ini baru sebatas hipotesis saja. Perlu bukti lanjutan untuk penelitiannya. Tapi jika Amaterasu memang berasal dari alam semesta lain melalui lubang cacing, maka ini akan menjadi bukti pertama keberadaan lubang cacing. Ini akan menjadi penemuan yang sangat penting, karena akan mengubah pemahaman kita tentang alam semesta.</div></div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Distorsi Medan Magnet</b></h3><div>Penjelasan lain yang mungkin untuk keberadaan Amaterasu adalah bahwa partikel kosmis itu terdistorsi oleh medan magnet. Medan magnet galaksi kita dapat membelokkan partikel kosmis, sehingga membuat mereka tampak berasal dari arah yang tidak biasa.</div><div><br /></div><div><div>Penjelasan ini lebih mungkin daripada penjelasan lubang cacing, karena lubang cacing adalah objek hipotetis yang belum pernah diamati secara langsung. Namun, penjelasan ini juga tidak sepenuhnya memuaskan, karena tidak dapat menjelaskan energi yang sangat besar dari Amaterasu.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigrxT3udNPY1O9jtof2mt5y_Qv6Nck8w-la0TvRYGPppV2RyNHfoMws5q1GTwYYY-GhC0G9qQEggupNtf7sHVVjNGkAtbkMDt-8yNfLjMJqMccpg6pJvq1YG3PV9lSlxRXKNTf8m0Uxpa_oSwuE7dM-Lbvxhyphenhyphen8vqDMBPiWED7v3GwWRvLSMEtykgakf_s/s1200/mf.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="1200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigrxT3udNPY1O9jtof2mt5y_Qv6Nck8w-la0TvRYGPppV2RyNHfoMws5q1GTwYYY-GhC0G9qQEggupNtf7sHVVjNGkAtbkMDt-8yNfLjMJqMccpg6pJvq1YG3PV9lSlxRXKNTf8m0Uxpa_oSwuE7dM-Lbvxhyphenhyphen8vqDMBPiWED7v3GwWRvLSMEtykgakf_s/s16000/mf.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Peta medan magnet Bimasakti. Kredit: ESA/Planck Collaboration</td></tr></tbody></table><br /><div>Penemuan Amaterasu memiliki dampak yang signifikan terhadap pemahaman kita tentang alam semesta. Partikel kosmis ini menunjukkan bahwa alam semesta kita masih menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan.</div><div><div><br /></div><div>Jika Amaterasu memang berasal dari alam semesta lain melalui lubang cacing, maka ini akan menunjukkan bahwa alam semesta kita dapat terhubung dengan alam semesta lain, sekaligus membuktikan bahwa alam semesta lain itu memang ada dan kita hidup di <i>multiverse</i>. Ini akan menjadi penemuan yang sangat penting, karena akan mengubah pemahaman kita tentang asal-usul dan struktur alam semesta.</div><div><br /></div><div>Penemuan Amaterasu juga menunjukkan bahwa partikel kosmis dapat memiliki energi yang sangat besar. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk mengembangkan teknologi baru, seperti propulsi ruang angkasa yang lebih efisien.</div></div></div><div><br /></div><div>Untuk saat ini, asal-usul Amaterasu masih menjadi misteri. Satu hal yang benar-benar pasti adalah bahwa hujan deras sinar kosmis berenergi sangat tinggi seperti Amaterasu akan terus berlanjut.</div><div><br /></div><div><b>Sumber:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Conroy, G. (2023). The most powerful cosmic ray since the Oh-My-God particle puzzles scientists. Nature.</li><li>Kim, J., & Lundquist, J. P. (2023). Anisotropies in the arrival direction distribution of ultra-high energy cosmic rays measured by the Telescope Array surface detector. In 38th International Cosmic Ray Conference.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-52539550841666505402023-12-06T11:37:00.003+07:002023-12-06T11:37:51.318+07:003 Teleskop yang Cocok untuk Pemula dalam Astronomi<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi26ifPiHsc1QBoEBTK2iWMlo1XmoN-N1tf6a8um8m3WlealA7Z_3Cjofhslt2nH7PcYEFLgIHXJEMF59aoymS6Cw7GOtWiE3MdvB8odSgzTQXsawSD902KLTQGkOMHtp5033T_1LCT8CjGkkD0WG869vLWRs6n4KCCqWxhiKFfhuXeXIZDERp6j-B3Pqg/s2000/used-telescopes.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1333" data-original-width="2000" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi26ifPiHsc1QBoEBTK2iWMlo1XmoN-N1tf6a8um8m3WlealA7Z_3Cjofhslt2nH7PcYEFLgIHXJEMF59aoymS6Cw7GOtWiE3MdvB8odSgzTQXsawSD902KLTQGkOMHtp5033T_1LCT8CjGkkD0WG869vLWRs6n4KCCqWxhiKFfhuXeXIZDERp6j-B3Pqg/s16000/used-telescopes.jpeg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Teleskop. Kredit: Shutterstock</td></tr></tbody></table><br /><div><b>InfoAstronomy</b> - Hobi astronomi dan punya teleskop adalah hal yang paling seru. Mengamati objek langit seperti Bulan, planet, bahkan nebula jauh lebih jelas lewat teleskop. Namun, sebagai pemula, terkadang sulit menentukan seperti apa teleskop yang cocok dan bagus. Artikel ini akan memandu kamu mendapatkan teleskop pertamamu.</div><div><br /></div><div>Sebelum membeli teleskop, perlu tahu dulu apa sebenarnya teleskop itu beserta kegunaannya, agar jangan sampai kamu membeli sesuatu yang kamu sendiri tidak tahu kegunaannya. Nah, teleskop sendiri bukan alat yang bisa membuat kamu "zoom-in" ke objek-objek langit. Sebenarnya, kegunaan utama teleskop adalah untuk mengumpulkan cahaya.</div><div><br /></div><div><div>Apa maksudnya? Teleskop memungkinkan kamu untuk mengamati objek yang redup saat kamu melihatnya dengan mata telanjang menjadi jauh lebih terang. Dengan kata lain, teleskop bisa mengumpulkan lebih banyak cahaya dari objek langit daripada yang mata kamu bisa lakukan.</div><div><br /></div><div>Hal itu bisa terjadi tergantung seberapa lebar sebuah teleskop. Cermin teleskop yang berdiameter 4 inci memiliki empat kali pengumpulan cahaya lebih banyak dari teleskop dengan cermin berdiameter 2 inci. Semakin besar teleskop, semakin terang objek langitnya, tapi harganya juga semakin mahal.</div></div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Jenis Teleskop untuk Pemula</b></h3><div>Ada dua jenis teleskop yang disarankan bagi pemula, yaitu teleskop jenis refraktor dan jenis reflektor. Apa bedanya?</div><div><br /></div><div>Kita kenalan dulu dengan jenis refraktor.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgb27tYQ_vtsTAeFowYJLDksKt7kKyPIPaWsrh7ZBsjJlCqBxsgproMYVzyxhnsKuJqrZ7uiqM-yxDk7EPzQDcHGJg-TGgBCj5rz5d4ishKXt4YvTONFGacgtrCT9JDstGtUdhx2lggr1TwDDEt6o2ew4Sa6aCXhmDIpP_xrOvXQRut8OS_VDDVawqlRGQ/s1080/refraktor%20ia.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgb27tYQ_vtsTAeFowYJLDksKt7kKyPIPaWsrh7ZBsjJlCqBxsgproMYVzyxhnsKuJqrZ7uiqM-yxDk7EPzQDcHGJg-TGgBCj5rz5d4ishKXt4YvTONFGacgtrCT9JDstGtUdhx2lggr1TwDDEt6o2ew4Sa6aCXhmDIpP_xrOvXQRut8OS_VDDVawqlRGQ/s16000/refraktor%20ia.png" /></a></div><br /><div>Refraktor adalah jenis teleskop yang menggunakan dua lensa untuk mengumpulkan cahaya dari objek langit yang diamati. Bisa kamu lihat pada infografik di atas, teleskop refraktor bekerja dengan cara mengumpulkan cahaya lewat lensa objektifnya, kemudian cahaya itu difokuskan sesuai panjang tabung teleskopnya, hingga akhirnya dipantulkan ke mata kita sebagai pengamat lewat lensa okuler.</div><div><br /></div><div><div><b>Kelebihan Teleskop Refraktor:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li><b>Tidak Memerlukan Perawatan yang Intensif: </b>Refraktor cenderung memerlukan perawatan yang lebih sedikit karena tidak ada elemen optik yang perlu disentuh atau dibersihkan secara rutin.</li><li><b>Hasil Pengamatan yang Tajam:</b> Refraktor dapat memberikan gambar yang tajam dan kontras, terutama pada objek-objek terang seperti planet.</li><li><b>Portabilitas:</b> Refraktor seringkali memiliki desain yang lebih kompak dan portabel dibandingkan dengan reflektor dengan ukuran aperture yang sama.</li></ul></div><div><br /></div><div><b>Kekurangan Teleskop Refraktor:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li><b>Harga Mahal untuk Aperture yang Besar:</b> Refraktor dengan aperture besar dapat menjadi sangat mahal dibandingkan dengan teleskop reflektor dengan ukuran aperture yang setara.</li><li><b>Aberrasi Kromatik:</b> Beberapa refraktor mengalami aberrasi kromatik, yang dapat menyebabkan efek warna pelangi pada pinggiran objek yang terang, misalnya Bulan.</li></ul><div>Sekarang, mari kenalan dengan jenis reflektor.</div></div></div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG5dQdY0PE6eSWkmOpj1kHV8UW8cHgLqZeo7-wqJ6vhuwarOWXFk7_kG5m8JZ_FWVMAS2bGBNGqFGpWQv9qrxkAXqPWYG895QVQcpuijm23c11HKPpdTTkym2tSR5-5R8bn_1iyBgxx-usm5ZO9We1pkoIE6RzX36-tK9oyxbt8EEsfza-j1Z2ko-IQ48/s1080/reflektor%20ia.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG5dQdY0PE6eSWkmOpj1kHV8UW8cHgLqZeo7-wqJ6vhuwarOWXFk7_kG5m8JZ_FWVMAS2bGBNGqFGpWQv9qrxkAXqPWYG895QVQcpuijm23c11HKPpdTTkym2tSR5-5R8bn_1iyBgxx-usm5ZO9We1pkoIE6RzX36-tK9oyxbt8EEsfza-j1Z2ko-IQ48/s16000/reflektor%20ia.png" /></a></div><br /><div>Sesuai namanya, jenis reflektor memanfaatkan cara kerja pemantulan (refleksi) untuk mengumpulkan cahaya dari objek langit yang diamati. Reflektor menggunakan cermin. Semakin besar cerminnya, semakin jelas dan detail objek langit yang diamati, semakin mahal harganya.</div><div><br /></div><div><div><b>Kelebihan Teleskop Reflektor:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li><b>Harga Lebih Terjangkau untuk Aperture yang Besar:</b> Reflektor seringkali memberikan aperture yang lebih besar dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan refraktor, membuatnya cocok untuk pengamatan objek langit jauh seperti nebula dan galaksi.</li><li><b>Tidak Ada Aberrasi Kromatik:</b> Reflektor tidak mengalami aberrasi kromatik, sehingga dapat memberikan hasil pengamatan yang bebas dari efek warna pelangi pada objek yang terang.</li></ul></div><div><br /></div><div><b>Kekurangan Teleskop Reflektor:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li><b>Memerlukan Perawatan yang Lebih Intensif: </b>Cermin pada teleskop reflektor memerlukan perawatan dan pembersihan yang lebih intensif untuk menjaga kualitas gambar.</li><li><b>Gambar Cenderung Kurang Tajam pada Objek Terang: </b>Pada objek yang sangat terang, seperti planet, gambar yang dihasilkan oleh reflektor mungkin kurang tajam dibandingkan refraktor.</li></ul><h3 style="text-align: left;"><b>Mana yang Cocok untuk Pemula?</b></h3></div></div><div>Pemilihan antara refraktor dan reflektor tergantung pada preferensi pribadi, jenis pengamatan yang diinginkan, dan <i>budget</i>. Untuk pemula, terutama yang memiliki <i>budget</i> terbatas, teleskop reflektor seringkali menjadi pilihan yang baik karena memberikan aperture yang lebih besar dengan harga yang lebih terjangkau.</div><div><br /></div><div>Namun, jika preferensi lebih condong pada pengamatan planet dan objek terang lainnya, serta portabilitas yang lebih baik, refraktor mungkin menjadi pilihan yang sesuai.</div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>3 Teleskop yang Cocok untuk Pemula</b></h3><div>Nah, sekarang waktunya cari tahu teleskop apa aja yang cocok kamu miliki nih.</div><div><br /></div><h4 style="text-align: left;"><b>Teleskop Celestron StarSense Explorer LT 80AZ</b></h4><div><b><br /></b></div><div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjerhdkqdMQKX_l-SuSiyCsx4MqnyaXl8PNSvkuP4RKmG2zDKp7J6sMf9jTlViRFHCVrXOYkGdgQBaPczu1PMiI3-1p_BaZtPrNOP9gew8hd8nBOhmfH_hysuaRKTX2WxzkzD5f5lTYYblFtgVUculEUCKTgNlvI5lkOFldHhjre0S_U_IrvJiOc2Bs04Y/s1125/22451_StarSense_Explorer_LT_80_04_570x380_2x.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="760" data-original-width="1125" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjerhdkqdMQKX_l-SuSiyCsx4MqnyaXl8PNSvkuP4RKmG2zDKp7J6sMf9jTlViRFHCVrXOYkGdgQBaPczu1PMiI3-1p_BaZtPrNOP9gew8hd8nBOhmfH_hysuaRKTX2WxzkzD5f5lTYYblFtgVUculEUCKTgNlvI5lkOFldHhjre0S_U_IrvJiOc2Bs04Y/s16000/22451_StarSense_Explorer_LT_80_04_570x380_2x.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Celestron StarSense Explorer LT 80AZ</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div>Teleskop Celestron StarSense Explorer LT 80AZ merupakan jenis refraktor, teleskop rekomendasi kami bagi siapa pun yang baru pertama kali membeli teleskop.</div><div><br /></div><div>StarSense adalah generasi baru dari Celestron. Teknologi StarSense memiliki perbedaan besar dalam tingkat kenikmatan yang akan kamu dapatkan dari teleskop sebagai pemula. Teleskop ini bisa membuat ponsel kamu sebagai peta langit digital, memungkinkan kamu untuk hanya fokus mengamati objek langit alih-alih menghabiskan waktu pada malam hari untuk mencoba mencari tahu di mana objek langit berada.</div><div><br /></div><div>Kualitas optik teleskop Celestron StarSense Explorer LT 80AZ sendiri sangat baik. Meskipun StarSense LT 80AZ bukanlah teleskop level tinggi, lensa dan material teleskopnya berkualitas tinggi.</div><div><br /></div><div>Jika dibandingkan dengan teleskop refraktor sekelasnya, menurut kami StarSense Explorer LT 80AZ memiliki kinerja di atas rata-rata. Ia menawarkan gambar yang cerah, tajam, dan kontras tinggi.</div></div><div><br /></div><div>Berikut hasil pengamatannya:</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeDThALDoUHaI_DPMHkKkyLD7URhh9fMrRqFvgcPWLUi5NFqhPWmQbCfJuXCrObf4O8ids7_JETOU9H1XODC25Ac-LEtapjqpu1zydqCced4mK2SKkHJPIzMd0UlTvbaTXCycqFyJIhhkDqmqmlFM6V6BRTAH_gaqmEnGroZrI1Ne5G6N9B2IsL30jUY4/s2000/bulan%20stasense.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="2000" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeDThALDoUHaI_DPMHkKkyLD7URhh9fMrRqFvgcPWLUi5NFqhPWmQbCfJuXCrObf4O8ids7_JETOU9H1XODC25Ac-LEtapjqpu1zydqCced4mK2SKkHJPIzMd0UlTvbaTXCycqFyJIhhkDqmqmlFM6V6BRTAH_gaqmEnGroZrI1Ne5G6N9B2IsL30jUY4/s16000/bulan%20stasense.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bulan lewat Celestron StarSense Explorer LT 80AZ. Kredit: Celestron</td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjX3qtHychRxBSKqk6QMc4yq11OFA0UMPy6OxNTGj29jqJBnWaK-NBNVM5tjG-mP_cguU6TKtCYm4rlg-n9AFMLVvyqbJuKF3FU7wr0PQCVf9quinH0gajPQ3ikeUzxAEQWjJM3gGG5wtjh_CPTSg99jDAhG6qZ8YJfZdsYuH3dk0hUxmGRWPjVDRyqAA8/s800/saturnus%20starsense.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjX3qtHychRxBSKqk6QMc4yq11OFA0UMPy6OxNTGj29jqJBnWaK-NBNVM5tjG-mP_cguU6TKtCYm4rlg-n9AFMLVvyqbJuKF3FU7wr0PQCVf9quinH0gajPQ3ikeUzxAEQWjJM3gGG5wtjh_CPTSg99jDAhG6qZ8YJfZdsYuH3dk0hUxmGRWPjVDRyqAA8/s16000/saturnus%20starsense.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saturnus lewat Celestron StarSense Explorer LT 80AZ. Kredit: Celestron</td></tr></tbody></table><br /><div>Tertarik membeli Celestron StarSense Explorer LT 80AZ?</div><div><ul style="text-align: left;"><li><a href="https://infoastronomystore.com/product/teleskop-starsense-explorer-lt-80az-refraktor/" target="_blank">Beli di InfoAstronomy Store, klik di sini.</a></li><li><a href="https://www.tokopedia.com/infoastronomystore/teleskop-celestron-starsense-explorer-lt-80az-refraktor" target="_blank">Beli di Tokopedia, klik di sini.</a></li></ul><h4 style="text-align: left;"><b>Teleskop Celestron PowerSeeker 70AZ</b></h4></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3SjwCH8_eQpUTOi0npYVEfrl8GNmFtmMCcIgRcuvo4mXozapNcfLjK5yYX2vwMmLq4ESJUjmEy7S8J0nebwc2ui78ogmflu_q8Fr7dYXGeSFtDlWfLEMooESU06mcFadIPbKj9aswpAmuZzhicEciMO186Ykw8-_cjpvdDw-E8FUmsuuREsObnSjx-6M/s1500/ps7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1000" data-original-width="1500" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3SjwCH8_eQpUTOi0npYVEfrl8GNmFtmMCcIgRcuvo4mXozapNcfLjK5yYX2vwMmLq4ESJUjmEy7S8J0nebwc2ui78ogmflu_q8Fr7dYXGeSFtDlWfLEMooESU06mcFadIPbKj9aswpAmuZzhicEciMO186Ykw8-_cjpvdDw-E8FUmsuuREsObnSjx-6M/s16000/ps7.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Celestron PowerSeeker 70AZ. Kredit: Celestron</td></tr></tbody></table><br /><div>Teleskop kedua yang direkomendasikan untuk pemula adalah Celestron PowerSeeker 70AZ. Teleskop ini adalah jenis refraktor dengan aperture 70mm dan memiliki dudukan altazimuth yang terbuat dari logam dan memiliki stabilitas baik, lebih dari yang mungkin kamu harapkan dari teleskop ini.</div><div><br /></div><div>Dari saat kamu membuka kotak Celestron Powerseeker 70AZ, kamu akan langsung dapat mengetahui bahwa ini adalah teleskop yang jauh lebih baik daripada teleskop-teleskop lain yang lebih murah. Perakitannya cukup mudah bahkan untuk kamu yang belum pernah merakit teleskop sama sekali.</div><div><br /></div><div><div>Optik teleskop ini juga lumayan bagus, walaupun masih di bawah seri StarSense, tapi sekali lagi hal ini bisa dimaafkan mengingat betapa jauh lebih murahnya harga teleskop PowerSeeker. Hasil pengamatan Bulan sangat mengesankan, Saturnus dan Jupiter juga dapat dikenali dengan jelas dan menyenangkan untuk diamati, begitu pula nebula Orion dan galaksi Andromeda.</div></div><div><br /></div><div>Berikut hasil pengamatannya:</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbkxXV4eoutfd3SkxCobciiBOHDD9R2LlmsrZHGY5MaHHSxR6GMeiMaD5WlikiB-ohxm4DdE3szvSULqmkhgBp8Adq8M0s-e7IsmFdVzTttDlfbIKy0uIKCI_iBgtYZtA_4OvQgAMLZoQsar2wsZrTyUVx9uHxPVC-bHc2Lgw09p52KA0WkDwTf6yT2Rc/s1476/Jupiter_081420.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1476" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbkxXV4eoutfd3SkxCobciiBOHDD9R2LlmsrZHGY5MaHHSxR6GMeiMaD5WlikiB-ohxm4DdE3szvSULqmkhgBp8Adq8M0s-e7IsmFdVzTttDlfbIKy0uIKCI_iBgtYZtA_4OvQgAMLZoQsar2wsZrTyUVx9uHxPVC-bHc2Lgw09p52KA0WkDwTf6yT2Rc/s16000/Jupiter_081420.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jupiter lewat Celestron PowerSeeker 70AZ. Kredit: Celestron</td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_LEhpazekO3SZrqSOe7MqXKKfs7_PqWakhxK6puyuFSI7EKsMCcZ9i_gySc_GZ6EeCEE2K_hayx8VJRpjPz3of9QQrz59uq2AqVK-mc5TlFlq1ALCJ_XrMkHhj75OrLz0Y_xGPE5rx4JkdqLLkM808RzSEA4RBxWE8K8x47UgIBtPec8FZDPZPdlrGl4/s3708/ap2282_6142014.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="2966" data-original-width="3708" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_LEhpazekO3SZrqSOe7MqXKKfs7_PqWakhxK6puyuFSI7EKsMCcZ9i_gySc_GZ6EeCEE2K_hayx8VJRpjPz3of9QQrz59uq2AqVK-mc5TlFlq1ALCJ_XrMkHhj75OrLz0Y_xGPE5rx4JkdqLLkM808RzSEA4RBxWE8K8x47UgIBtPec8FZDPZPdlrGl4/s16000/ap2282_6142014.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bulan lewat Celestron PowerSeeker 70AZ. Kredit: Celestron</td></tr></tbody></table><br /><div><div>Tertarik membeli Celestron PowerSeeker 70AZ?</div><div><ul><li><a href="https://infoastronomystore.com/product/teleskop-celestron-powerseeker-70az/" target="_blank">Beli di InfoAstronomy Store, klik di sini.</a></li><li><a href="https://www.tokopedia.com/infoastronomystore/teleskop-celestron-powerseeker-70az?extParam=src%3Dshop%26whid%3D16638582" target="_blank">Beli di Tokopedia, klik di sini.</a></li></ul><h4 style="text-align: left;">Celestron AstroMaster 130EQ</h4></div></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGIiJ0SQi_SVJ2FWQm8WMzoOkiUPOU6YE_BRZNoSeY5FYo2eHm0YH4W4ZMoVcCRwCZ4hrAtecSgq5Y94880nY8oVlJ-gEfZeFlcjSNDSMQBUoibAicoTxnbhBUK0QLB6aNnoKHiUAAT2RtY0wk9z13pmsH0NNiIw6lMwAFKjMCw4syA7p522zRqcyYy38/s1140/31051_AstroMaster_130EQ_MD_1_570x380_2x_18940586-012a-454f-a850-0aa5e024e92c.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="760" data-original-width="1140" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGIiJ0SQi_SVJ2FWQm8WMzoOkiUPOU6YE_BRZNoSeY5FYo2eHm0YH4W4ZMoVcCRwCZ4hrAtecSgq5Y94880nY8oVlJ-gEfZeFlcjSNDSMQBUoibAicoTxnbhBUK0QLB6aNnoKHiUAAT2RtY0wk9z13pmsH0NNiIw6lMwAFKjMCw4syA7p522zRqcyYy38/s16000/31051_AstroMaster_130EQ_MD_1_570x380_2x_18940586-012a-454f-a850-0aa5e024e92c.webp" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Celestron AstroMaster 130EQ. Kredit: Celestron</td></tr></tbody></table><br /><div>Dari tampilan teleskopnya di atas, Celestron AstroMaster 130EQ cukup ganteng. Berbeda dari dua teleskop sebelumnya, yang satu ini adalah jenis reflektor. Sebagus apa sih?</div><div><br /></div><div><div>Celestron Astromaster 130EQ, dengan desain yang ramah pengguna dan optik yang kuat, menawarkan keseimbangan yang baik antara keterjangkauan harga dan kinerjanya. Teleskop ini bisa memberikan hasil pengamatan objek langit yang tajam dan jelas. Dilengkapi dengan dudukan equatorial pula yang memudahkan pelacakan objek langit saat bergerak melintasi langit malam.</div><div><br /></div><div>Ditambah lagi, ukuran aperture teleskop yang selebar 130mm memberikan kekuatan pengumpulan cahaya yang amat sangat baik, sehingga memungkinkan kamu untuk melihat objek redup seperti nebula dan galaksi.</div></div><div><br /></div><div><div>Karena merupakan jenis reflektor, kamu perlu melakukan kolimasi, proses menyelaraskan optik teleskop, sangat penting untuk mencapai fokus optimal dan menghasilkan gambar yang tajam dan jernih. Proses ini mungkin diperlukan pada saat awal penerimaan teleskop dan dilakukan secara berkala selama penggunaannya. Tenang, kolimasi itu sangat mudah, dan banyak tutorial tersedia untuk membantu kamu.</div><div><br /></div><div>Berikut hasil pengamatannya:</div></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7JKkhtk-mOKSOBSM4sy5EajL0_RcEbDP7EK7cy3xF_IWqOMTzN8-j4Wn5l4QZo1TxiRdSximhY49fHK2QtDbKQWl-nLYOf-DeC1vsgCuELvyFADRFVVxmnbpyUeGz-JoOzvxbjJil3YWlP5t566GdVz5YFL_NO26DnZbwQ2m4VO3DPChxk5ZW39OykNA/s1200/sat%20130.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7JKkhtk-mOKSOBSM4sy5EajL0_RcEbDP7EK7cy3xF_IWqOMTzN8-j4Wn5l4QZo1TxiRdSximhY49fHK2QtDbKQWl-nLYOf-DeC1vsgCuELvyFADRFVVxmnbpyUeGz-JoOzvxbjJil3YWlP5t566GdVz5YFL_NO26DnZbwQ2m4VO3DPChxk5ZW39OykNA/s16000/sat%20130.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saturnus lewat Celestron AstroMaster 130EQ. Kredit: Celestron</td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdE2GvRZvyE7UgTHHDEyhaiKuZ6JMuyzlUWxIl4SiwMcbLRoUSjEZV4kSTQjckTNLcurMHEJdssO7dweux4fcWp6BFC8XsWb-dAAEr2aPVhke1OL3NGZA3MV2P4c0XdIfrGAixPiK7J7z3FUDSRqUBCasweKSz73xf1u0VyMwVxvbKIgVtSKMTQt7NmBc/s4752/M31_2min_50D.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3168" data-original-width="4752" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdE2GvRZvyE7UgTHHDEyhaiKuZ6JMuyzlUWxIl4SiwMcbLRoUSjEZV4kSTQjckTNLcurMHEJdssO7dweux4fcWp6BFC8XsWb-dAAEr2aPVhke1OL3NGZA3MV2P4c0XdIfrGAixPiK7J7z3FUDSRqUBCasweKSz73xf1u0VyMwVxvbKIgVtSKMTQt7NmBc/s16000/M31_2min_50D.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Andromeda lewat Celestron AstroMaster 130EQ. Kredit: Celestron</td></tr></tbody></table><br /><div><div>Tertarik membeli Celestron AstroMaster 130EQ?</div><div><ul><li><a href="https://infoastronomystore.com/product/teleskop-celestron-astromaster-130eq/" target="_blank">Beli di InfoAstronomy Store, klik di sini.</a></li><li><a href="https://www.tokopedia.com/infoastronomystore/teleskop-celestron-astromaster-130eq" target="_blank">Beli di Tokopedia, klik di sini.</a></li></ul><div>Nah, itulah 3 teleskop yang cocok untuk pemula. Kamu bisa mulai mempertimbangkan nih mau beli teleskop yang mana sebagai teleskop pertama. Hobi astronomi tanpa teleskop seperti makan sate Madura tanpa bumbu kacang, ada yang kurang.</div></div></div><div><br /></div><div>Selamat mengamati langit!</div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-74207130862529777142023-12-01T15:41:00.003+07:002023-12-01T15:41:29.741+07:00Ukuran Matahari Mengalami Perbedaan, Sudah Membesar?<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTmEHJifn2jwJ_yG3Z8kcCX8Rs6nz-C45RPBurynJnAE90iv73ItUWfAyIH1t-LWwakY7Cjn38Q4OMaDRnBolFRiTpO0jFqAZCgyxKdvI_l6zZXzEEZuZNXy6xAd_kCnoHiYI0geTJnqb1aCvYtjJsMg3ukGKyZD8ELjLxN5I4VKnJnBq9QOb9wnJFi-Q/s1200/sun-l%20(2).webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="683" data-original-width="1200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTmEHJifn2jwJ_yG3Z8kcCX8Rs6nz-C45RPBurynJnAE90iv73ItUWfAyIH1t-LWwakY7Cjn38Q4OMaDRnBolFRiTpO0jFqAZCgyxKdvI_l6zZXzEEZuZNXy6xAd_kCnoHiYI0geTJnqb1aCvYtjJsMg3ukGKyZD8ELjLxN5I4VKnJnBq9QOb9wnJFi-Q/s16000/sun-l%20(2).webp" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Matahari dipotret Solar Dynamics Observatory. Kredit: NASA</td></tr></tbody></table><br /><div><b>InfoAstronomy</b> - Dengan teknologi perhitungan yang semakin canggih, ternyata kita belum mengetahui seberapa besar persisnya diameter Matahari. Berbagai cara untuk mengukur ukurannya menghasilkan jawaban yang tidak selalu sama. Matahari sudah membesar?</div><div><br /></div><div><div>Radius Matahari yang diterima secara resmi di kalangan para astronom adalah 695.700 kilometer. Angka ini ditetapkan pada tahun 2015 oleh International Astronomical Union (IAU) yang dihitung dengan mengamati fotosfer, lapisan terdalam pada atmosfer terluar Matahari. Fotosfer biasanya dianggap sebagai permukaan Matahari.</div><div><br /></div><div>Namun, ini bukan satu-satunya cara mengukur ukuran Matahari. Para astronom telah menggunakan beragam metode berbeda untuk memperkirakan ukuran bintang kita. Dalam karya ilmiah terbaru, hasil perhitungan ukuran Matahari ada perbedaan kecil; penulis karya ilmiah ini percaya bahwa radius Matahari beberapa ratus persen lebih besar dari radius resmi IAU.</div><div><br /></div><div>Karya ilmiah itu ditulis oleh Minoru Takata dan Douglas Gough, masing-masing dari Universitas Kyoto dan Astronomy Institute. Dalam karya ilmiahnya, mereka menjelaskan bahwa telah meneliti Matahari melalui asteroseismologi.</div><div><br /></div><div>Maksudnya seperti apa tuh? Jadi, Takata dan Gough melacak pergerakan gelombang di dalam Matahari, atau osilasi Matahari secara harafiah. Osilasi ini diketahui dengan sangat presisi sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan sifat umum Matahari, termasuk ukurannya.</div><div><br /></div><div>Gelombang suara yang disebut gelombang-f pernah digunakan pada masa lalu untuk memperkirakan radius Matahari. Gelombang ini cukup dekat dengan permukaan dan dengan menggunakannya, para astronom menemukan nilai yang berbeda dari perkiraan ukuran fotosfer. Dalam studi baru, Takata dan Gough mengamati gelombang-p, gelombang yang melewati keseluruhan Matahari, termasuk intinya.</div></div><div><br /></div><div><div>"Ini adalah metode yang berbeda. Saya tidak mengatakan metode ini lebih baik. Metode ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Gelombang-p adalah gelombang suara yang merambat melalui keseluruhan Matahari, sehingga gelombang ini dapat menjadi klu untuk ukuran Matahari," kata Gough.</div><div><br /></div><div>"Sedangkan gelombang-f hanya gelombang yang menjalar di permukaan Matahari, sehingga lebih cocok untuk mengukur lapisan permukaan Matahari saja."</div><div><br /></div><div>Hasil perhitungan Takata dan Gough menemukan bahwa radius Matahari sekitar 695.780 kilometer, sekitar 80 kilometer lebih besar dari perhitungan resmi IAU. Perbedaannya memang kecil, akan tetapi hal ini cukup penting mengingat analisis presisi tinggi yang dilakukan umat manusia terhadap Matahari dan sekitarnya. Dan ini mungkin berarti model penelitian Matahari saat ini tidak sepenuhnya benar.</div><div><br /></div><div><div>Mengapa metode gelombang (yang dilakukan Takata dan Gough) dan metode visual (yang dilakukan IAU) memberikan hasil yang berbeda? Saat ini jawabannya masih tidak jelas. Salah satu kemungkinan yang Takata dan Gough teliti berkaitan dengan siklus Matahari, variasi aktivitas yang dialami bintang kita setiap 11 tahun.</div><div><br /></div><div>Ada kemungkinan bahwa siklus ini memengaruhi permukaan dan kecerahan Matahari, sehingga mengubah pengukuran dalam gelombang-f dan fotosfer. Namun, ini hanya sebatas kemungkinan saja, bisa jadi ada fenomena lain yang lebih dalam yang belum diketahui.</div><div><br /></div><div>Ada banyak hal yang terjadi di Matahari dan kita tidak sepenuhnya memahami bintang kita. Studi ini menegaskan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk memecahkan banyak misteri seputar Matahari.</div><div><br /></div><div>Variasi kecil dalam radius Matahari dapat memengaruhi disiplin ilmu lain di luar astronomi. Neutrino surya, misalnya, berasal dari inti Matahari dan dipelajari di Bumi, memberikan wawasan tentang fisika nuklir. Jumlah mereka sangat sensitif terhadap ukuran Matahari. Jika Matahari sedikit lebih besar atau lebih kecil, fluksnya akan jauh lebih besar atau lebih kecil – sesuatu yang sangat penting dalam banyak teori.</div></div></div><div><br /></div><div>Yang jelas, Matahari adalah bintang yang akan terus membesar seiring waktu. Meski demikian, ia baru akan membesar menjadi bintang raksasa merah, menelan Merkurius, Venus, bahkan Bumi, dalam sekitar 5 miliar tahun lagi.</div><div><br /></div><div><b>Sumber:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Lamy, P., Prado, J. Y., Floyd, O., Rocher, P., Faury, G., & Koutchmy, S. (2015). A Novel Technique for Measuring the Solar Radius from Eclipse Light Curves–Results for 2010, 2012, 2013, and 2015. Solar Physics, 290, 2617-2648.</li><li>Mamajek, E. E., Prsa, A., Torres, G., Harmanec, P., Asplund, M., Bennett, P. D., ... & Stewart, S. G. (2015). IAU 2015 resolution B3 on recommended nominal conversion constants for selected solar and planetary properties. arXiv preprint arXiv:1510.07674.</li><li>Takata, M., & Gough, D. O. (2023). The acoustic size of the Sun. Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, 527(1), 1283-1300.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-18673956422946602572023-11-29T13:42:00.000+07:002023-11-29T13:42:00.614+07:00Stasiun Luar Angkasa Internasional Akan Dijatuhkan ke Bumi Tahun 2031<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvbmqB8yI0r1HjhKbX0e7Y6N6IRcDrl51qTZu03chaDkaDXphLTqNTB2stlvIyqEmv9Ia9CFcmXejHkHBaoq23TrJzmSan0pJY9x-VV0uoonCFMa4KLJIHop1l0tv2wlXFGFyWvoKZhTA2UMXHz2I94guruKZ0ZaHero5eJ2h_KaMxGe2w2D9fvFJpXS8/s1920/iss%20n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1196" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvbmqB8yI0r1HjhKbX0e7Y6N6IRcDrl51qTZu03chaDkaDXphLTqNTB2stlvIyqEmv9Ia9CFcmXejHkHBaoq23TrJzmSan0pJY9x-VV0uoonCFMa4KLJIHop1l0tv2wlXFGFyWvoKZhTA2UMXHz2I94guruKZ0ZaHero5eJ2h_KaMxGe2w2D9fvFJpXS8/s16000/iss%20n.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Stasiun Luar Angkasa Internasional. Kredit: NASA</td></tr></tbody></table><br /><div><b>InfoAstronomy</b> - Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) merupakan satelit terbesar buatan manusia yang selama ini menjadi laboratorium ilmiah yang berada di orbit rendah Bumi, ketinggian sekitar 380 kilometer. Ia tidak akan selamanya di sana. Kelak, ISS akan dijatuhkan kembali ke Bumi.</div><div><br /></div><div>Pada Januari 2031 mendatang, masa kerja ISS akan berakhir. Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA) berencana untuk melakukan <i>deorbit </i>ISS, atau menjatuhkan kembali ISS melalui atmosfer Bumi menuju wilayah yang sangat terpencil di Samudera Pasifik, Titik Nemo.</div><div><br /></div><div>Ini akan menjadi akhir dari sebuah era di mana selalu ada manusia yang berada di orbit rendah Bumi sejak ISS mulai muat untuk dihuni manusia pada bulan November 2000. Meski begitu, ISS bukan satu-satunya stasiun luar angkasa yang ada, sehingga keberadaan manusia di luar angkasa tidak berakhir begitu saja.</div><div><br /></div><div>Apa saja stasiun luar angkasa lainnya?</div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Tiangong</b></h3><div><div>Saat ini, satu-satunya stasiun luar angkasa yang mengorbit secara permanen dan dapat dihuni oleh beberapa astronaut adalah Stasiun Luar Angkasa Tiangong milik Tiongkok. Pembangunannya dimulai pada April 2021 dan terdiri dari tiga modul.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-1-R0Yzk0yBvhoUgaI7C2P7eOJYhRCyk6u9x4zke947ioOwzpOdge6_tKsE7HOZPObzy_oHXgo2Umx7yyb8oFsnjfcpKerjIHGNi0SRazH5e1ihmHoUfkCDVWOZ3oMHCLm3JLAKp_U531IzpyideZOkIP5kFPQqyyfbQbJKYZ0c_kX8kIRLhoEbeVESg/s2953/tiangong.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="2126" data-original-width="2953" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-1-R0Yzk0yBvhoUgaI7C2P7eOJYhRCyk6u9x4zke947ioOwzpOdge6_tKsE7HOZPObzy_oHXgo2Umx7yyb8oFsnjfcpKerjIHGNi0SRazH5e1ihmHoUfkCDVWOZ3oMHCLm3JLAKp_U531IzpyideZOkIP5kFPQqyyfbQbJKYZ0c_kX8kIRLhoEbeVESg/s16000/tiangong.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Stasiun luar angkasa Tiangong. Kredit: China Manned Space Agency</td></tr></tbody></table><br /><div>Agensi Antariksa Tiongkok (CMSA) mengumumkan bahwa Tiangong, yang saat ini volumenya sepertiga volume ISS, akan semakin diperluas hingga tahun 2027, dengan penambahan tiga modul lagi. Tiangong diperkirakan akan bertahan setidaknya 10 tahun ke depan.</div><div><br /></div><div>Dengan kata lain, tidak lama setelah ISS di-<i>deorbit</i>-kan, Tiangong kemungkinan besar juga akan dijatuhkan kembali ke Bumi.</div></div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Stasiun Luar Angkasa Rusia</b></h3><div><div>Adanya konflik antara Rusia dan Ukraina sehingga mereka menerima sanksi oleh pemerintah negara-negara Barat, membuat negara bekas Uni Soviet tersebut mengumumkan bahwa mereka akan meninggalkan ISS setelah tahun 2024 dan memulai stasiun luar angkasanya sendiri pada tahun 2027.</div><div><br /></div><div>Stasiun luar angkasa Rusia akan dinamai Russian Orbital Service Station (ROSS). Uniknya, modul ROSS awalnya direncanakan Rusia untuk diluncurkan menjadi bagian dari ISS. Modul tersebut, yang disebut NEM-1, saat ini dijadwalkan untuk diluncurkan pada tahun 2027, dan modul kedua akan menyusul pada tahun 2028, hingga pada tahun 2035 akan ada total tujuh modul.</div><div><br /></div><div>Berbeda dari ISS yang berada di orbit rendah Bumi, ROSS akan ditempatkan lebih jauh, rencananya pada orbit sinkron Matahari, orbit hampir kutub yang memungkinkan akses lebih cepat ke ROSS dari Rusia dibandingkan dengan ISS.</div></div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Lunar Gateway</b></h3><div>Stasiun luar angkasa lainnya yang akan dibangun adalah Lunar Gateway.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMNeGMC9c6eKlbt13iUR2fZ1XZecK-aORNlc_LLocyB_YwX1mA6U3PiwGW2Ta0zw_6PIU5TOVr9sqdfpzwHH848P0zBbzov6_RBjPq7v9Q8GgzCR_WvwUosPFTBprBTQSBdD8qjjEFVgS0fy0XoOMLPsGhzPHJmY44929K1EqqN17cgctlnkxwoqtM6Ds/s1190/160927-boeing-cislunar2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1190" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMNeGMC9c6eKlbt13iUR2fZ1XZecK-aORNlc_LLocyB_YwX1mA6U3PiwGW2Ta0zw_6PIU5TOVr9sqdfpzwHH848P0zBbzov6_RBjPq7v9Q8GgzCR_WvwUosPFTBprBTQSBdD8qjjEFVgS0fy0XoOMLPsGhzPHJmY44929K1EqqN17cgctlnkxwoqtM6Ds/s16000/160927-boeing-cislunar2.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi Lunar Gateway. Kredit: NASA</td></tr></tbody></table><br />Setelah ISS, proyek besar stasiun luar angkasa internasional berikutnya adalah Lunar Gateway, sebuah stasiun luar angkasa yang akan menjadi "pintu gerbang (<i>gateway</i>)" ke Bulan, dan bahkan mungkin untuk misi ke Mars.<div><br /></div><div>Mulai dari akhir dekade ini, Lunar Gateway akan mulai dikembangkan oleh anggota ISS yang ada saat ini yaitu NASA (AS), ESA (Eropa), JAXA (Jepang), dan CSA (Kanada). Lunar Gateway akan berfungsi sebagai pusat komunikasi bertenaga surya, laboratorium sains, dan modul tempat tinggal jangka pendek untuk astronaut, serta tempat penampungan bagi wahana antariksa.</div><div><br /></div><div>Lunar Gateway direncanakan akan ditempatkan dalam orbit halo hampir bujursangkar berperiode tujuh hari yang sangat elips di sekitar Bulan, yang akan membuat Lunar Gateway hanya berjarak 1.500 km di atas permukaan kutub utara Bulan pada jarak terdekatnya dan sejauh sekitar 70.000 km di atas kutub selatan Bulan pada jarak terjauhnya.</div><div><br /></div><div>Dengan berakhirnya misi ISS kelak dan dibangunnya stasiun-stasiun luar angkasa baru, tampaknya umat manusia akan terus memiliki misi luar angkasa pada masa mendatang. Akankah ada astronaut dari Indonesia nantinya?</div><div><br /></div><div><b>Sumber:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Haws, T. D., Zimmerman, J. S., & Fuller, M. E. (2019, March). SLS, the Gateway, and a Lunar Outpost in the Early 2030s. In 2019 IEEE aerospace conference (pp. 1-15). IEEE.</li><li>Murtazin, R., Menkin, E., Gray, C., Ovchinnikov, A., & Grigorjev, K. (2017). ISS controlled deorbit: challenges and solutions. In International Astronautical Congress. Paris, France: International Astronautical Federation (IAF).</li><li>Ott, E., Kölbl, D., Milojevic, T., Rabbow, E., & Rettberg, P. (2022). Advances in the Space Station. Advances in the Space Station, 142.</li><li>Razoumny, Y. N., Baranov, A. A., Agrawal, B., Dula, A. M., Kreisel, J., Kupreev, S. A., ... & Yasaka, T. (2022). The concept of on-orbit-servicing for next generation space system development and its key technologies. RUDN Journal of Engineering Research, 23(4), 269-282.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-4491821669016421662023-11-27T14:19:00.001+07:002023-11-27T14:19:10.853+07:00Bintik Merah Besar di Planet Jupiter Mencapai Ukuran Terkecilnya<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ_jFh9eML058gayz0fe2MdMNf0Qv8ljxSLtX1rO_DfXgimp0DD9v7NZtHPgWQum8ebqtk2vx2JbVfLcEwYD-U4hAepp4BCFLUhmfo9PQeYoKN5Jvh2Euf7ih9a_qOeIDlAjvOO4gy8ZKIqkAXRA079TH0ffjecp1JwrAyItOuIh3jUJTf0xeRHQnWj_A/s1600/great%20red%20spot.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ_jFh9eML058gayz0fe2MdMNf0Qv8ljxSLtX1rO_DfXgimp0DD9v7NZtHPgWQum8ebqtk2vx2JbVfLcEwYD-U4hAepp4BCFLUhmfo9PQeYoKN5Jvh2Euf7ih9a_qOeIDlAjvOO4gy8ZKIqkAXRA079TH0ffjecp1JwrAyItOuIh3jUJTf0xeRHQnWj_A/s16000/great%20red%20spot.webp" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bintik Merah Besar di permukaan Jupiter. Kredit: NASA/JPL-Caltech</td></tr></tbody></table><br /><b>InfoAstronomy</b> - Bintik Merah Besar, badai abadi yang teramati di permukaan teratas planet Jupiter, ternyata ukurannya menyusut dari waktu ke waktu. Dan kini, kita sedang mengamati ukuran terkecilnya dalam sejarah pengamatan. Apa penyebabnya?<div><br /></div><div><div>Alasan ilmiah di balik menyusutnya salah satu keunikan alam ini belum sepenuhnya dipahami oleh para astronom. Walau begitu, kumpulan awan badai raksasa ini tidak akan hilang dalam waktu dekat. Jadi walaupun menyusut, ia tidak akan hilang.</div><div><br /></div><div>Bintik Merah Besar adalah badai raksasa yang berputar-putar di belahan selatan Jupiter. Diameternya sangat besar sehingga bisa muat beberapa planet seukuran Bumi sekaligus. Di dalam hamparan awan badai raksasa yang dahsyat ini, angin berputar berlawanan arah jarum jam dengan kecepatan melebihi 643 kilometer per jam.</div><div><br /></div><div>Asal-usulnya pembentukannya tidak diketahui, bahkan kapan terbentuknya pun kita tidak tahu. Hanya ada catatan suatu fitur permukaan Jupiter yang berasal dari abad ke-17 saat manusia mulai mengamati sang planet terbesar di tata surya itu. Namun apakah itu Bintik Merah Besar sejauh ini masih diperdebatkan karena catatan pengamatannya kurang lengkap.</div><div><br /></div><div>Yang jelas, badai raksasa tersebut telah menyusut selama satu abad terakhir. Seiring dengan penyusutan ini, bentuk badai tersebut pun menjadi tidak terlalu lonjong lagi, melainkan lebih melingkar.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyJx3u0Ho6y6da9qKNWoTbG28g3WdudbEvwnobYW2BzBFDcbh62Y26aNr2fnEIl2N9rezNFagkRPi6NjJnGIZZ0Si1DHz-dbtQLSweYURmQDgNpQI8buy049YCeYqTcUklmEGXb1aIjWcYHix4dnq2F2ORfbZstj_rnvueGOyNZYZxvoTH2H4Ox-QPvPA/s2800/F_uMG44XsAAVL9_.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="2800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyJx3u0Ho6y6da9qKNWoTbG28g3WdudbEvwnobYW2BzBFDcbh62Y26aNr2fnEIl2N9rezNFagkRPi6NjJnGIZZ0Si1DHz-dbtQLSweYURmQDgNpQI8buy049YCeYqTcUklmEGXb1aIjWcYHix4dnq2F2ORfbZstj_rnvueGOyNZYZxvoTH2H4Ox-QPvPA/s16000/F_uMG44XsAAVL9_.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Perubahan ukuran Bintik Merah Besar tahun 1891, 1961, 2003, dan 2023. Kredit: Lick Observatory/Catalina Observatory/Damian Peach</td></tr></tbody></table><br /><div>Pada abad ke-19, para astronom memperkirakan bahwa Bintik Merah Besar membentang dengan diameter sekitar 41.000 kilometer. Ketika wahana antariksa Voyager terbang lintas dekat Jupiter pada tahun 1979 dan 1980, lebar badai tersebut mengecil menjadi 23.335 kilometer. Dan pada tahun 2014, teleskop antariksa Hubble mengukur bahwa diameter badai tersebut hanya di bawah 16.500 kilometer.</div></div><div><br /></div><div><div>Lalu bagaimana dengan diameternya pada tahun 2023 ini? Menurut pengamatan terbaru yang dilakukan oleh pengamat planet yang juga merupakan seorang astrofotografer, Damian Peach, diketahui bahwa ukuran Bintik Merah Besar saat ini hanya 12.500 kilometer. Ukuran terkecil dalam sejarah pengamatan!</div><div><br /></div><div>Dari ukurannya yang masih besar hingga menjadi kecil seperti sekarang, Bintik Merah Besar merupakan sebuah teka-teki. Kita bahkan belum sepenuhnya memahami ramuan kimiawi apa yang membuatnya memancarkan warna merah-oranye yang begitu kaya. Dengan teleskop super tajam saat ini, mustahil untuk mengintip jauh ke dalam badai untuk melihat ada apa di baliknya.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB8Y0E0Z8dhJYeHUHTVJMfQyXRSy_kVyz9My6xJMlQRu76rMyJP-FpX3ff9Kgyq1NVgv8DYwsPl8ALKXxGKXhGizjzo5XM_tXVy-IeaEVnaWLFed2jG99A6e4UBTW-frL0LFVhBO4xUH8wMvsWBV7waNaHjW5dK2QyaDCq3mUyic-jh4VAWQjGBqUEH2c/s2000/5967e7b8c50c2935008b48e0.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1500" data-original-width="2000" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB8Y0E0Z8dhJYeHUHTVJMfQyXRSy_kVyz9My6xJMlQRu76rMyJP-FpX3ff9Kgyq1NVgv8DYwsPl8ALKXxGKXhGizjzo5XM_tXVy-IeaEVnaWLFed2jG99A6e4UBTW-frL0LFVhBO4xUH8wMvsWBV7waNaHjW5dK2QyaDCq3mUyic-jh4VAWQjGBqUEH2c/s16000/5967e7b8c50c2935008b48e0.webp" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bintik Merah Besar dipotret dari dekat oleh wahana antariksa Juno, 2016. Kredit: NASA/SwRI/MSSS</td></tr></tbody></table><br /><div>Uniknya, meskipun ukurannya menyusut, tampaknya Bintik Merah Besar tidak akan punah. Pada tahun 2021, penelitian menunjukkan bahwa angin terluar Bintik Merah Besar semakin cepat. Beberapa astronom percaya bahwa badai tersebut bisa ada karena akan terus dipicu oleh pola pemanasan dan pendinginan di sekitar pusaran.</div></div><div><br /></div><div>Jadi, jika kamu ingin melihat Bintik Merah Besar sebelum semakin menyusut lagi, inilah waktu yang tepat. Kamu bisa melihatnya dengan teleskop dari permukaan Bumi. Beberapa teleskop yang cocok tersedia di InfoAstronomy Store, lho!</div><div><br /></div><div>Dapatkan teleskopnya di sini: <a href="https://infoastronomystore.com/promo-teleskop" target="_blank">InfoAstronomystore.com</a></div><div><br /></div><div><b>Sumber:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Galanti, E., Kaspi, Y., Simons, F. J., Durante, D., Parisi, M., & Bolton, S. J. (2019). Determining the depth of Jupiter’s great red spot with Juno: A Slepian approach. The Astrophysical Journal Letters, 874(2), L24.</li><li>Reneke, D. (2015). Jupiter's great red spot is shrinking. Australasian Science, 36(10), 45.</li><li>Simon, A. A., Tabataba-Vakili, F., Cosentino, R., Beebe, R. F., Wong, M. H., & Orton, G. S. (2018). Historical and contemporary trends in the size, drift, and color of Jupiter's great red spot. The Astronomical Journal, 155(4), 151.</li><li>Simon, A. A., Wong, M. H., Rogers, J. H., Orton, G. S., De Pater, I., Asay-Davis, X., ... & Marcus, P. S. (2014). Dramatic change in Jupiter's Great Red spot from spacecraft observations. The Astrophysical Journal Letters, 797(2), L31.</li><li>Wong, M. H., Marcus, P. S., Simon, A. A., de Pater, I., Tollefson, J. W., & Asay‐Davis, X. (2021). Evolution of the horizontal winds in Jupiter's Great Red Spot from one Jovian year of HST/WFC3 maps. Geophysical Research Letters, 48(18), e2021GL093982.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-74127182784541944932023-11-21T11:27:00.002+07:002023-11-21T11:27:14.279+07:00Mengenal Lubang Cacing, Jalan Pintas di Alam Semesta<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXlsoVe7m55fdHl0Z3-n3qkPE_3Cs-qwNTXh76gqTBjcjAO-ZE47c1hbi8cHEpDdzIfPi-MsObHd3hYLwwDwENuxaZCIhuSWnHsN0uZcfGy9PG2H7goOocnro9SQgPCMwH3yirOwl9Jo8IXID2SAyBqw72COTWduN3rGOsOea6EaDWpGSA5i6ASAi9w-Y/s1200/28-aug_traversable-wormholes.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXlsoVe7m55fdHl0Z3-n3qkPE_3Cs-qwNTXh76gqTBjcjAO-ZE47c1hbi8cHEpDdzIfPi-MsObHd3hYLwwDwENuxaZCIhuSWnHsN0uZcfGy9PG2H7goOocnro9SQgPCMwH3yirOwl9Jo8IXID2SAyBqw72COTWduN3rGOsOea6EaDWpGSA5i6ASAi9w-Y/s16000/28-aug_traversable-wormholes.webp" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi lubang cacing. Kredit: Rost9/Shutterstock</td></tr></tbody></table><br /><div><b>InfoAstronomy</b> - <i>Wormhole</i> atau lubang cacing dikenal sebagai jalan pintas terbaik di alam semesta. Secara teoritis, lubang cacing dapat menghubungkan sudut-sudut yang jauh di alam semesta (atau bahkan alam semesta yang berbeda), sehingga memungkinkan kita untuk pergi ke suatu tempat yang jauh di alam semesta dalam waktu singkat.</div><div><br /></div><div>Ya, lubang cacing adalah solusi sempurna untuk mengatasi masalah kecepatan cahaya yang sangat terbatas (hanya 300.000 kilometer per detik), yang merupakan hambatan untuk melakukan perjalanan cepat melintasi alam semesta. Sebagai contoh, dengan kecepatan cahaya, mengunjungi galaksi Andromeda masih butuh waktu 2,5 juta tahun perjalanan. Lubang cacing bisa mempersingkatnya.</div><div><br /></div><div>Namun, sayang sekali, sejauh yang diketahui para astronom, lubang cacing tidak eksis di alam semesta.</div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Latar Belakang Ilmiah</b></h3><div><div>Lubang cacing mungkin saja ada, akan tetapi para astronom tidak tahu proses ilmiah seperti apa yang dapat membuat lubang cacing bisa ada. Atau, dalam hal ini, para astronom belum yakin apakah memang benar lubang cacing berguna bagi kita untuk menjadi jalan pintas yang potensial.</div><div><br /></div><div>Albert Einstein memperkenalkan Teori Relativitas Umum pada tahun 1915. Teori ini mendeskripsikan gravitasi sebagai lengkungan ruang-waktu yang disebabkan oleh massa dan energi. Persamaan medan gravitasi Einstein yang kompleks menjadi dasar untuk memahami fenomena di alam semesta.</div></div><div><br /></div><div>Pada tahun 1935, Einstein dan fisikawan Nathan Rosen bekerja sama untuk mencari solusi persamaan medan gravitasi Einstein yang menggambarkan sesuatu yang disebut "jembatan" atau "lubang cacing". Mereka menemukan solusi yang mengejutkan yang menggambarkan struktur yang menghubungkan dua ruang-waktu yang berbeda.</div><div><br /></div><div>Lahirlah istilah "Jembatan Einstein-Rosen", hal membentuk struktur seperti lubang cacing. Ini adalah semacam saluran yang menghubungkan dua wilayah ruang-waktu yang terpisah. Pada dasarnya, ini juga merupakan jalan pintas melalui dimensi keempat (waktu dan tiga dimensi ruang) yang memungkinkan perjalanan antar ruang-waktu.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1VRfyVzQAmDPmrjjx7Oz1ze4GdgDztp2nNxO-riYeZFMa_MqMdDEs5NvArkY2nQPZUepiCVYpRsH-_F0AY10EP-d6YocBz14DMAPBgU5J-pTHJyDAauMHqjgrc_LdPGJyKYrIuIAXpq6s68o3-8PeuLXNTpSVq59UYofM-FItzGbFXf-vKLXiyyqKTd0/s1000/shutterstock_25016035.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="750" data-original-width="1000" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1VRfyVzQAmDPmrjjx7Oz1ze4GdgDztp2nNxO-riYeZFMa_MqMdDEs5NvArkY2nQPZUepiCVYpRsH-_F0AY10EP-d6YocBz14DMAPBgU5J-pTHJyDAauMHqjgrc_LdPGJyKYrIuIAXpq6s68o3-8PeuLXNTpSVq59UYofM-FItzGbFXf-vKLXiyyqKTd0/s16000/shutterstock_25016035.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi jembatan Einstein-Rosen. Kredit: edobric/Shutterstock</td></tr></tbody></table><br /><h3 style="text-align: left;"><b>Sekadar Hipotesis, atau Memang Eksis?</b></h3><div>Nah, pertanyaannya sekarang adalah: Apakah manusia bisa memanfaatkan lubang cacing? Apakah kita bisa berpergian ke lokasi yang jauh di alam semesta dengan cepat lewat lubang cacing? Atau bahkan, apakah kita bisa menjelajah waktu dengan lubang cacing ini?</div><div><br /></div><div><div>Masalah pertama yang dihadapi siapapun yang ingin menggunakan lubang cacing adalah menemukannya. Meskipun penelitian Einstein menyatakan bahwa lubang cacing mungkin saja ada, saat ini kita belum menemukan satu pun.</div><div><br /></div><div>Permasalahan kedua adalah, meskipun telah dilakukan penelitian selama bertahun-tahun, para ilmuwan masih belum yakin bagaimana cara kerja lubang cacing. Bisakah teknologi yang kita miliki sekarang menciptakan dan memanipulasi lubang cacing, atau apakah lubang cacing itu murni bagian dari alam semesta? Apakah lubang cacing dapat tetap terbuka selamanya, atau hanya dapat dilintasi dalam waktu terbatas? Dan mungkin yang paling penting, apakah mereka cukup stabil untuk memungkinkan manusia melakukan perjalanan di dalamnya?</div><div><br /></div><div>Jawaban atas semua ini: Para ilmuwan tidak tahu.</div><div><br /></div><div>Namun bukan berarti para ilmuwan tidak menelitinya lebih lanjut. Meskipun tidak ada lubang cacing yang eksis saat ini untuk dipelajari, para ilmuwan masih dapat memodelkan dan menguji persamaan Einstein yang terkait lubang cacing.</div><div><br /></div><div>Jadi, sampai kita menemukan satu saja lubang cacing yang sebenarnya untuk dipelajari, atau menyadari bahwa lubang cacing tidak dapat membantu kita menjelajahi alam semesta, kita masih harus melakukan perjalanan luar angkasa dengan cara lama: Menggunakan roket.</div></div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Pelajari Lebih Jauh</b></h3><div>Tertarik belajar lebih jauh tentang lubang cacing, memelajari rumus-rumus fisika terkait lubang cacing, bahkan latihan praktik memahami potensi perjalanan melalui lubang cacing?</div><div><br /></div><div>Ikuti kelas astronomi online <b><a href="https://belajarastro.com/kelasastro/lubang-hitam-putih-dan-cacing/" target="_blank">Memahami Lubang Hitam, Lubang Putih, dan Lubang Cacing</a></b> di BelajarAstro.com yuk. <a href="https://belajarastro.com/kelasastro/lubang-hitam-putih-dan-cacing/" target="_blank">Klik di sini</a>.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://belajarastro.com/kelasastro/lubang-hitam-putih-dan-cacing/" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="250" data-original-width="1000" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiI62q0pYJ0zPNzf2LzgzCmcJWcxIoAPkKsUcmvzae2PCmi64mpPToh3r9CwocK2tLSeBr2a7Zk7y77nKMvX8WwZK3euBWcHUdj5IoldG4XqIw6kMvbqj-H3ztECthNnnHah4dPGqao0GJutzfjCpZGrUAhhwJi87v3FoUEdIGVle9rjYTjMDMdRziFUi0/s16000/kelas%20online%20belajarastro%20banner%20web%20ia.png" /></a></div><br /><div><br /></div><div><b>Sumber:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Dai, D. C., & Stojkovic, D. (2019). Observing a wormhole. Physical Review D, 100(8), 083513.</li><li>James, O., von Tunzelmann, E., Franklin, P., & Thorne, K. S. (2015). Visualizing Interstellar's wormhole. American Journal of Physics, 83(6), 486-499.</li><li>Maldacena, J., & Qi, X. L. (2018). Eternal traversable wormhole. arXiv preprint arXiv:1804.00491.</li><li>Rodrigo, E. (2010). The physics of stargates: Parallel universes, time travel, and the enigma of wormhole physics. Eridanus Press.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-73598482341137993702023-11-17T09:50:00.001+07:002023-11-17T09:50:09.403+07:00Jupiter Ditabrak Objek Raksasa untuk Kedua Kalinya di Tahun 2023<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI4NaPsA03FXW8QEJNKofJTy-pyzAaSWImMcJ-LQLCFdG04bEZCTBkJP_EvWkBfa60ql_oreR40BXZ5Yp-Y_XXTte9ZhSR2N4XvbmxL1jZEW9hZLZTYusCx7E9J6iBPWb4uVWp60RrinwSZ9_aShZCBpkmD30F2Rnjh6zVNukNeAhHAtS4q8mSLzExE2E/s643/jupiter%20ditabrak.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="397" data-original-width="643" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI4NaPsA03FXW8QEJNKofJTy-pyzAaSWImMcJ-LQLCFdG04bEZCTBkJP_EvWkBfa60ql_oreR40BXZ5Yp-Y_XXTte9ZhSR2N4XvbmxL1jZEW9hZLZTYusCx7E9J6iBPWb4uVWp60RrinwSZ9_aShZCBpkmD30F2Rnjh6zVNukNeAhHAtS4q8mSLzExE2E/s16000/jupiter%20ditabrak.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jupiter ditabrak objek raksasa, 15 November 2023 19:41 WIB. Kredit: Kunihiko Suzuki, via X</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div><b>InfoAstronomy</b> - Jupiter, raksasa gas yang megah, bukan hanya penguasa tata surya kita, tetapi juga bagaikan magnet untuk objek-objek raksasa yang mengembara di ruang angkasa. Dengan gravitasinya yang kuat dan posisinya yang strategis, Jupiter sering menjadi sasaran tabrakan asteroid dan komet.</div><div><br /></div><div>Baru-baru ini, 15 November 2023 pukul 19:41 WIB, seorang astronom amatir di Jepang berhasil merekam momen ketika planet Jupiter ditabrak sebuah objek raksasa. Sayangnya, belum diketahui apa jenis objek ini, apakah itu asteroid atau komet. Apapun itu, ukurannya pastilah besar karena efek ledakannya yang juga besar.</div><div><br /></div><div>Jupiter, planet terbesar di tata surya, mendominasi dengan massa yang jauh melebihi semua planet lainnya. Terletak di luar sabuk asteroid, Jupiter memiliki gravitasi yang kuat yang menciptakan zona pengaruh yang luas. Gravitasi Jupiter memainkan peran sentral dalam menarik objek-objek yang melintas di sekitarnya, baik itu asteroid maupun komet, sehingga planet ini menjadi tempat tabrakan yang sering.</div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Zona Pengaruh dan Gravitasi Jupiter</b></h3><div><div>Zona pengaruh gravitasi Jupiter membentang jauh melebihi batas orbitnya. Objek-objek yang mendekati atau melintasi jalur Jupiter dapat merasakan pengaruh gravitasinya yang kuat, terutama ketika mereka berada dalam jarak yang cukup dekat.</div><div><br /></div><div>Gravitasi Jupiter tidak hanya menarik objek-objek ke arahnya, tetapi juga dapat memantulkan atau mengalihkan beberapa objek yang mendekat. Fenomena ini dapat mempengaruhi jalur lintasan objek, yang dapat berubah akibat interaksi gravitasi dengan Jupiter.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKxfulsPJC-LQqFq1omdcj3rQNB41TnFf4F8GyqciBf9Ex1Hx8MnK_Q_gcb6yRwrowk-wWUGSJN5GKmGcTf5I-ZndTUbUvUhn0LWeblixT9-I5UqGZhkLF9kJRkCxBs-5hEgNnJwEx8pykmuXlCBgah3Fm6-almrmSTsa3WPs_LYSLaZP1XwBaXZdEg-0/s1600/BGRpic-Recovered-Recovered-Recovered-2.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1035" data-original-width="1600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKxfulsPJC-LQqFq1omdcj3rQNB41TnFf4F8GyqciBf9Ex1Hx8MnK_Q_gcb6yRwrowk-wWUGSJN5GKmGcTf5I-ZndTUbUvUhn0LWeblixT9-I5UqGZhkLF9kJRkCxBs-5hEgNnJwEx8pykmuXlCBgah3Fm6-almrmSTsa3WPs_LYSLaZP1XwBaXZdEg-0/s16000/BGRpic-Recovered-Recovered-Recovered-2.webp" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Planet Jupiter dipotret dari orbitnya oleh wahana antariksa Juno. Kredit: NASA/JPL-Caltech/STScI</td></tr></tbody></table><br /><div>Asteroid yang mendekati Jupiter dapat berasal dari kelompok Apollo atau Amor, yang melintasi orbit bumi. Saat melewati zona pengaruh gravitasi Jupiter, jalur lintasan mereka bisa dimodifikasi atau diubah sepenuhnya.</div><div><br /></div><div>Komet dengan orbit panjang yang membawa mereka ke bagian terjauh tata surya sering kali terpengaruh oleh gravitasi Jupiter ketika mereka kembali ke arah Matahari. Interaksi ini dapat mengubah lintasan komet dan menyebabkan tabrakan atau pengaruh lainnya saat mendekati Jupiter.</div></div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Dampak Terhadap Jupiter</b></h3><div><div>Tabrakan objek raksasa dengan Jupiter bisa menciptakan luka besar di atmosfernya. Kejadian-kejadian ini sering kali diamati oleh para astronom dan dapat memberikan wawasan tentang dinamika atmosfer Jupiter.</div><div><br /></div><div>Beberapa tabrakan dapat menciptakan kilatan cahaya yang teramati dari Bumi. Ini adalah bukti visual bahwa sesuatu telah bertabrakan dengan atmosfer Jupiter dan menghasilkan energi yang cukup untuk memancarkan cahaya yang dapat terlihat dari jarak yang jauh.</div></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigSdJyjf2aKGlFfotzHJVBNhzUJv4CM74OFUM1iyxfV5OjiT28zxGcnNLx7mFLnQPeWM7n82TQVov7bESBHDNUHM4WAjBNfEUINUBtjg37h9rIr7xbtJhPq8Ew98kJSUHN8szxfrxO3-gmEqRNRXoxfn-7XsCtRyXocs_ZOo85S8CKu0_8olQVvMDFqUs/s3000/sl9.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1895" data-original-width="3000" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigSdJyjf2aKGlFfotzHJVBNhzUJv4CM74OFUM1iyxfV5OjiT28zxGcnNLx7mFLnQPeWM7n82TQVov7bESBHDNUHM4WAjBNfEUINUBtjg37h9rIr7xbtJhPq8Ew98kJSUHN8szxfrxO3-gmEqRNRXoxfn-7XsCtRyXocs_ZOo85S8CKu0_8olQVvMDFqUs/s16000/sl9.webp" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">"Luka" pada permukaan Jupiter setelah ditabrak komet Shoemaker-Levy 9 pada tahun 1994. Kredit: ESA/Hubble, NASA</td></tr></tbody></table><br /><h3 style="text-align: left;"><b>Dampak Bagi Tata Surya</b></h3><div><div>Jupiter sering dianggap sebagai "penjaga" tata surya karena gravitasinya yang kuat membantu menjaga stabilitas orbit planet-planet di sekitarnya. Meskipun tabrakan terjadi di Jupiter, kehadiran planet ini dapat mengarahkan objek-objek tersebut menjauh dari lintasan yang dapat membahayakan planet-planet bagian dalam tata surya.</div><div><br /></div><div>Beberapa astronom berspekulasi bahwa kehadiran Jupiter mungkin telah memainkan peran dalam melindungi Bumi dari serangan objek-objek raksasa yang dapat menyebabkan dampak besar dan berbahaya. Gravitasi Jupiter dapat bertindak sebagai benteng pertahanan alam semesta yang secara tidak langsung melibatkan keamanan Bumi.</div></div><div><br /></div><div>Jupiter, dengan gravitasinya yang megah, terus menjadi subjek penelitian intensif. Dengan dampak yang sering kali terlihat dan pengaruhnya pada objek-objek raksasa di tata surya, Jupiter memberikan pelajaran berharga tentang evolusi dan stabilitas tata surya kita. Penelitian masa depan yang menggunakan teknologi canggih dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang peran unik Jupiter dalam menjaga keamanan tata surya dan planet-planet di dalamnya.</div><div><br /></div><div><b>Sumber:</b></div><div><div><ul style="text-align: left;"><li>Horner, J., & Jones, B. W. (2008). Jupiter–friend or foe? I: the asteroids. International Journal of Astrobiology, 7(3-4), 251-261.</li><li>Nesvorny, D., Dones, L., De Pra, M., Womack, M., & Zahnle, K. J. (2023). Impact Rates in the Outer Solar System. arXiv preprint arXiv:2307.15670.</li><li>Sinclair, J. A., Lisse, C. M., ... & Hayward, T. (2023). A retrospective analysis of mid-infrared observations of the Comet D/Shoemaker-Levy 9 and Wesley impacts on Jupiter. Icarus, 394, 115404.</li></ul></div></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-12665459402184949862023-11-16T13:50:00.001+07:002023-11-16T13:50:02.433+07:00Yuk Bersiap Mengamati Hujan Meteor Leonid 2023<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6anY78osAvlhgFYdwBMI_ZRWIu8Jc4ihRMeiAX2KemHZMYTh4VG6MFxWJhiaip34e6EFaM6GEAjYjS9SHylWJXanZmkKADJ9fX-HgjrmI4r-q1nv6ybY4TpBDdBvnJheUW5h-wDvmk6mFjoZ4VIS6-pV4QvSzfI6bVlF7yStaEcDpG-szRUTwtlnk6QM/s1024/hujan%20meteor%20ai.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="638" data-original-width="1024" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6anY78osAvlhgFYdwBMI_ZRWIu8Jc4ihRMeiAX2KemHZMYTh4VG6MFxWJhiaip34e6EFaM6GEAjYjS9SHylWJXanZmkKADJ9fX-HgjrmI4r-q1nv6ybY4TpBDdBvnJheUW5h-wDvmk6mFjoZ4VIS6-pV4QvSzfI6bVlF7yStaEcDpG-szRUTwtlnk6QM/s16000/hujan%20meteor%20ai.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi hujan meteor. Kredit: Dibuat dengan AI</td></tr></tbody></table><br /><div><b>InfoAstronomy</b> - Jumat dini hari, 17 November 2023, amati langit timur arah rasi bintang Leo. Hujan meteor Leonid dengan intensitas 15 meteor per jam akan muncul dan dapat diamati hingga menjelang Matahari terbit dengan mata telanjang!</div><div><br /></div><div>Hujan meteor adalah salah satu fenomena alam paling menakjubkan yang dapat dinikmati oleh pengamat langit di seluruh dunia. Meskipun istilah "hujan" mungkin menimbulkan gambaran air yang turun dari langit, hujan meteor sebenarnya melibatkan lapisan langit yang diterangi oleh serangkaian kilatan cahaya yang disebut meteor atau bintang jatuh.</div><div><br /></div><div>Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi selama fenomena hujan meteor, bagaimana hal itu terjadi, dan beberapa hujan meteor terkenal yang dapat dinikmati oleh pengamat langit.</div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Apa Itu Meteor?</b></h3><div>Sebelum kita memahami fenomena hujan meteor, penting untuk memahami apa yang sebenarnya dimaksud dengan "meteor" dulu nih.</div><div><br /></div><div>Meteor adalah partikel kecil atau debu (disebut meteoroid) yang memasuki atmosfer Bumi dan terbakar akibat gesekan dengan udara. Saat memasuki atmosfer, partikel ini bergerak dengan kecepatan yang tinggi dan menghasilkan panas yang cukup untuk membuatnya bersinar, menciptakan efek kilatan cahaya yang kita kenal sebagai meteor.</div><div><br /></div><div>Nah, hujan meteor terjadi ketika Bumi melintasi jalur partikel atau debu di angkasa, yang ditinggalkan oleh komet atau asteroid dalam perjalanannya sepanjang orbitnya. Ketika Bumi melintasi jalur ini, partikel atau debu tersebut masuk ke atmosfer dan menyebabkan serangkaian meteor yang bersinar.</div><div><br /></div><div>Hujan meteor tidak berbahaya, lho. Itu karena sebagian besar meteor tidak pernah mencapai permukaan Bumi. Sebaliknya, mereka terbakar sepenuhnya selama perjalanan melalui atmosfer, dan yang terlihat oleh pengamat langit hanyalah jejak cahaya yang memudar dengan cepat.</div><div><br /></div><div>Walau begitu, jika sebuah meteoroid cukup besar dan kuat untuk mencapai permukaan Bumi, bagian yang tidak terbakar dapat ditemukan sebagai meteorit di permukaan Bumi.</div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Hujan Meteor Leonid</b></h3><div>Sesuai namanya, hujan meteor Leonid muncul dari arah rasi bintang Leo. Bagi kamu yang tidak tahu di mana letak rasi bintang Leo, kamu dapat menggunakan aplikasi peta langit, atau cukup mengamati langit timur pada pukul 02:00 dini hari besok pagi, 17 November 2023.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpgdTSl44MVjVtzt8AYP_6AC97ANwnDT7xsTiFN6nQaFqOrI6nMP6KnzE0T4OyRb2EuZ_oerdWxhqPKWBt4PH2xUlXzFD0qi69B0vDhMvFjeyVbJ9pIAbj8pLtGZYSIUHyHHKCi_E-xTIjIAjKtrGBL2P9CW21vp0HcH4qlKPLm0FmC1HLc906c4OI3qY/s1366/leoni.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="538" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpgdTSl44MVjVtzt8AYP_6AC97ANwnDT7xsTiFN6nQaFqOrI6nMP6KnzE0T4OyRb2EuZ_oerdWxhqPKWBt4PH2xUlXzFD0qi69B0vDhMvFjeyVbJ9pIAbj8pLtGZYSIUHyHHKCi_E-xTIjIAjKtrGBL2P9CW21vp0HcH4qlKPLm0FmC1HLc906c4OI3qY/s16000/leoni.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Titik radian hujan meteor Leonid. Kredit: Timeanddate.com</td></tr></tbody></table><br /><div>Meteor-meteor memang sebenarnya akan muncul dari segala penjuru langit, akan tetapi jika kita melihat ke arah rasi bintang Leo, akan terlihat jauh lebih banyak meteor dibandingkan di arah langit lainnya. Jadi pastikan kamu menemukan rasi bintang Leo, ya!</div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Tips dan Trik Melihat Hujan Meteor</b></h3><div>Hujan meteor berbeda dari hujan air yang munculnya keroyokan. Untuk Leonid, akan terlihat maksimum 15 meteor per jam. Itu artinya, rata-rata akan ada 1 meteor per 4 menit. Jumlah ini akan tampak sedikit jika kamu tidak sabaran.</div><div><br /></div><div>Melihat hujan meteor perlu kesabaran tinggi. Kamu perlu mengamatinya sepanjang malam juga. Karena jika pengamatan cuma 5-10 menit, sudah pasti tidak akan ada meteor yang bisa kamu amati. Ditambah lagi, sebenarnya kita perlu adaptasi mata dengan gelapnya langit minimum 30 menit.</div><div><br /></div><div>Oh iya, satu lagi, ketika mengamati hujan meteor di malam hari, pastikan untuk membawa pakaian yang hangat dan selimut agar tetap nyaman.</div><div><br /></div><div>Selamat berburu meteor!</div><div><br /></div><div><b>Sumber:</b></div><div><div><ul style="text-align: left;"><li>Dick, S. J., & Dick, S. J. (2020). Observation and Interpretation of the Leonid Meteors Over the Last Millennium. Space, Time, and Aliens: Collected Works on Cosmos and Culture, 549-569.</li><li>Egal, A., Wiegert, P., Brown, P. G., Moser, D. E., Campbell-Brown, M., Moorhead, A., ... & Moticska, N. (2019). Meteor shower modeling: Past and future Draconid outbursts. Icarus, 330, 123-141.</li><li>Norman, N. (2022). Meteor Showers in 2023. Yearbook of Astronomy 2023, 191.</li><li>Sergienko, M. V., Sokolova, M. G., Andreev, A. O., & Nefedyev, Y. A. (2020, December). The study of near Earth objects and meteor showers. In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1697, No. 1, p. 012036). IOP Publishing.</li></ul></div></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-30401861360762556142023-11-15T13:22:00.002+07:002023-11-15T13:22:11.775+07:00Planet Pengembara: Ketika Sebuah Planet Melayang Bebas Tanpa Bintang<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFDl5RVr4MruSDMSN0gqMT1VRK5TfujU9DiouCbKNhSSNxI9VbA3-0e3ZvCeI4NMuJeQ4-KNJaXwEZW2XC9dX1xWtYgUTOVAnwQUQEPKkAMOK6jGdj3zePk63KabLnJp0vWQvikkW9Uz2hW-4yB7nANIJNllgj5RfXussUWhKtoQMMJxDhK_topaXzJQM/s954/planet%20pengembara.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="572" data-original-width="954" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFDl5RVr4MruSDMSN0gqMT1VRK5TfujU9DiouCbKNhSSNxI9VbA3-0e3ZvCeI4NMuJeQ4-KNJaXwEZW2XC9dX1xWtYgUTOVAnwQUQEPKkAMOK6jGdj3zePk63KabLnJp0vWQvikkW9Uz2hW-4yB7nANIJNllgj5RfXussUWhKtoQMMJxDhK_topaXzJQM/s16000/planet%20pengembara.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi planet pengembara. Kredit: Dibuat dengan AI</td></tr></tbody></table><b><br /></b><div><b>InfoAstronomy</b> - Tidak semua bintang diorbiti planet, pun tidak semua planet mengorbit bintang. Dalam kegelapan luasnya alam semesta, terdapat planet-planet misterius yang mengembara di antara bintang-bintang. Secara kolektif, mereka dikenal sebagai planet pengembara.</div><div><br /></div><div>Planet pengembara telah lama menjadi pusat perhatian para astronom karena mereka menyimpan rahasia tentang pembentukan dan evolusi sistem bintang. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi konsep planet pengembara, bagaimana para astronom menemukannya, dan beberapa contoh signifikan dari planet pengembara yang telah ditemukan.<div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Apa Itu Planet Pengembara?</b></h3><div><div>Planet pengembara adalah objek yang melayang-layang secara bebas di alam semesta, tidak terikat oleh gravitasi bintang tertentu. Mereka tidak mengelilingi bintang seperti planet-planet dalam tata surya kita. Sebaliknya, planet pengembara mengembara sendirian di ruang angkasa, terlepas dari ikatan gravitasi yang mengikat planet-planet di tata surya kita ke Matahari.</div><div><br /></div><div>Planet pengembara menjadi objek yang sangat menarik bagi para astronom, karena mereka menawarkan wawasan yang berbeda tentang pembentukan dan evolusi planet. Studi tentang planet pengembara juga dapat memberikan wawasan baru tentang populasi planet di luar tata surya kita.</div></div></div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Kok Bisa Ada Planet Pengembara?</b></h3><div>Umumnya, sebuah planet adalah objek yang mengitari sebuah bintang. Lalu, bagaimana bisa ada planet pengembara yang tidak punya bintang sama sekali?</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiH1V3N2uPF4f5MW7uAtLz-TgKvhTPwlIHztN_c1mSd1a2rXWXwPi2kFue7l_38DURIfS738xcRFBQf5zY7uznl8inI4_-tEjDBXbQd2STxTtXFoFcNyyn57u5Bn4eUc4lYNdGn6aYvuTKz8RBFJY0RmqPfNAfIwoOHdYgwNvjelIJTE9Uv4UbRtd3F_TU/s2300/rogueplanet.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1300" data-original-width="2300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiH1V3N2uPF4f5MW7uAtLz-TgKvhTPwlIHztN_c1mSd1a2rXWXwPi2kFue7l_38DURIfS738xcRFBQf5zY7uznl8inI4_-tEjDBXbQd2STxTtXFoFcNyyn57u5Bn4eUc4lYNdGn6aYvuTKz8RBFJY0RmqPfNAfIwoOHdYgwNvjelIJTE9Uv4UbRtd3F_TU/s16000/rogueplanet.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi planet pengembara yang gelap tanpa bintang. Kredit: NASA</td></tr></tbody></table><br /><div>Proses pembentukan planet pengembara masih menjadi misteri dalam dunia astronomi. Beberapa teori yang diajukan untuk menjelaskan pembentukan mereka adalah seperti:</div><div><br /></div><div><b>Pembentukan di Sistem Bintang: </b>Planet pengembara mungkin terbentuk di sekitar bintang lain dalam sebuah sistem tata suryanya sendiri. Namun, suatu hal terjadi di mana mereka bisa terlepas dari sistem bintangnya, salah satunya lewat interaksi gravitasi dengan bintang-bintang lain yang berada dekat dengannya, sehingga ia terbawa atau tertarik keluar dari sistem bintangnya.</div><div><br /></div><div><b>Pembentukan di Luar Sistem Bintang:</b> Planet pengembara juga bisa terbentuk di ruang antarbintang, tanpa terkait dengan bintang tertentu. Ini bisa terjadi melalui pembentukan mirip dengan pembentukan bintang, di mana awan gas dan debu antarbintang mulai menggumpal. Namun, alih-alih menjadi bintang, gumpalan awan gas dan debu itu malah membentuk planet.</div><div><br /></div><div><b>Ditendang dari Sistem Bintangnya:</b> Selain karena adanya bintang lain yang lewat, planet pengembara juga bisa eksis karena ia ditendang oleh planet lain dalam sistem bintangnya. Gravitasi antarplanet dalam sistem bintang bisa menyebabkan planet lain dalam sistem itu tertendang keluar.</div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Bagaimana Planet Pengembara Ditemukan?</b></h3><div><div>Menemukan planet pengembara bukanlah tugas yang mudah bagi para astronom. Planet-planet ini sering kali terlalu jauh dan terlalu redup untuk terdeteksi dengan metode observasi langsung yang digunakan untuk mendeteksi planet-planet asing lain yang mengitari bintang.</div><div><br /></div><div>Namun, ada beberapa metode yang telah digunakan untuk menemukan planet pengembara:</div><div><br /></div><div><b>Pemantauan Gerak Sendiri:</b> Metode ini melibatkan pemantauan posisi bintang-bintang di langit selama periode waktu tertentu. Planet pengembara dapat diidentifikasi berdasarkan geraknya yang berbeda dari bintang-bintang di latar belakangnya. Pemantauan ini dapat dilakukan dengan teleskop atau instrumen pencitraan yang canggih.</div><div><br /></div><div><b>Efek Gravitasi:</b> Jika planet pengembara melintasi garis pandang antara Bumi dan bintang latar belakang, efek gravitasinya dapat menyebabkan perubahan sementara dalam cahaya bintang tersebut. Metode ini dikenal sebagai microlensa, dan dapat memberikan petunjuk tentang keberadaan planet pengembara.</div><div><br /></div><div><b>Pencitraan Langsung:</b> Dalam beberapa kasus, planet pengembara dapat terdeteksi melalui pengamatan langsung menggunakan teleskop. Namun, ini lebih sulit dilakukan karena kebanyakan planet pengembara terlalu redup dan jauh.</div></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho_WXCNwlhL4CgDXKCocoTOdSYtxMG3D8HmNrKSnZV6DklR7PqUtI4iuLBS_i7wR_c2DL379dt-WlLffcjlMbKnaZCY7m18tTb_a2WRRvMQB2MTkJQzW2vxjkvxY5CScBttP3VSo4WTrbS4x4QBioryK9bHZfeFJyxt3xe637Z6HSYLD8sCe0CnaO3XJM/s2560/rogue-planet.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1440" data-original-width="2560" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho_WXCNwlhL4CgDXKCocoTOdSYtxMG3D8HmNrKSnZV6DklR7PqUtI4iuLBS_i7wR_c2DL379dt-WlLffcjlMbKnaZCY7m18tTb_a2WRRvMQB2MTkJQzW2vxjkvxY5CScBttP3VSo4WTrbS4x4QBioryK9bHZfeFJyxt3xe637Z6HSYLD8sCe0CnaO3XJM/s16000/rogue-planet.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi planet pengembara. Kredit: Space.com</td></tr></tbody></table><br /><h3 style="text-align: left;"><b>Planet Pengembara yang Telah Ditemukan</b></h3><div>Keberadaan planet pengembaran bukan lagi sekadar hipotesis belaka, melainkan sudah ditemukan bukti-bukti planet-planetnya. Setidaknya, ada dua planet pengembara yang telah dikonfirmasi keberadaannya di alam semesta.</div><div><br /></div><div><b>Planet PSO J318.5-22</b></div><div>Objek ini adalah planet pengembara pertama yang ditemukan menggunakan teknik pencitraan langsung. PSO J318.5-22 tidak memiliki bintang induk dan ditemukan mengembara sendirian di ruang angkasa.</div><div><br /></div><div>Menurut pengamatan awal yang dilakukan oleh para astronom, planet ini memiliki massa yang setara beberapa kali lipat dari massa Jupiter dan terletak sekitar 80 parsec (lebih dari 260 tahun cahaya) dari Bumi.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKZ-QV_oVpKBUGv3X6UtF5-zrhQTh05YIicW19ygPqb7lj9N7T9i_nAZjaDcYv3UiGEemRcbuN5PuPeLq7EK8mgpxxs6sXBipzWPWpTSDvWHGQGVWBZHFZJZ0F8rk0x5F2fzoS2x6BTr4qdf-MoKAKFNJ0agWiyYIcPTR9nB-jy6UfHRSWz05qjBEH3ko/s800/800px-PSO_J318.5-22_image_from_the_Pan-STARRS1_telescope.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="496" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKZ-QV_oVpKBUGv3X6UtF5-zrhQTh05YIicW19ygPqb7lj9N7T9i_nAZjaDcYv3UiGEemRcbuN5PuPeLq7EK8mgpxxs6sXBipzWPWpTSDvWHGQGVWBZHFZJZ0F8rk0x5F2fzoS2x6BTr4qdf-MoKAKFNJ0agWiyYIcPTR9nB-jy6UfHRSWz05qjBEH3ko/s16000/800px-PSO_J318.5-22_image_from_the_Pan-STARRS1_telescope.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Planet pengembara PSO J318.5-22. Kredit: N. Metcalfe & Pan-STARRS 1 Science Consortium</td></tr></tbody></table><br /><div>PSO J318.5-22 bisa menjadi planet pengembara kemungkinan akibat adanya gangguan gravitasi dari planet tetangganya pada sistem bintangnya, yang telah menendang planet tersebut sehingga menjadi melayang bebas di luar angkasa.</div><div><br /></div><div>Melalui pengamatan spektral terhadapnya, diperkirakan suhu di dalam awan planet PSO J318.5-22 ini melebihi 800 °C. Awannya diketahui terbuat dari debu panas dan besi cair.</div><div><br /></div><div><b>Planet OGLE-2016-BLG-1928</b></div><div>OGLE-2016-BLG-1928 adalah salah satu planet pengembara yang menarik perhatian para astronom. Ditemukan melalui metode microlensa, planet ini memperlihatkan karakteristik yang membedakannya dari planet pengembara lainnya.</div><div><br /></div><div>Dengan massa sekitar dua kali massa Bumi, OGLE-2016-BLG-1928 terletak dalam kisaran massa yang relatif ringan untuk planet pengembara. Penemuannya dianggap penting karena ukurannya yang kecil memberikan informasi berharga tentang variasi massa planet pengembara.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzk0iD5PWy99nQnvswEKK1UNVqng9AM-2ZzFQPnT15I9SwA-PR2DbKWRc60WQGO51BgDzkgOgCbbzlKLQzdf_-JHUbEb0VugkZsanph2QHmFfXmcCbuv_Z6dQVVl-6drmWWUMWdkimzebIGXKF5V6dlNvlbNjVkEzlV-WkNXnlWwtBaP7W29Ae8HUxP8U/s800/q4utviq00yh0w3hwqcvd.gif" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="405" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzk0iD5PWy99nQnvswEKK1UNVqng9AM-2ZzFQPnT15I9SwA-PR2DbKWRc60WQGO51BgDzkgOgCbbzlKLQzdf_-JHUbEb0VugkZsanph2QHmFfXmcCbuv_Z6dQVVl-6drmWWUMWdkimzebIGXKF5V6dlNvlbNjVkEzlV-WkNXnlWwtBaP7W29Ae8HUxP8U/s16000/q4utviq00yh0w3hwqcvd.gif" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi planet OGLE-2016-BLG-1928 yang ditemukan dengan mikrolensa. Kredit: NASA</td></tr></tbody></table><br /><div>Dengan metode microlensa, planet ini terdeteksi ketika melewati garis pandang antara Bumi dan bintang latar belakang, menyebabkan perubahan sementara dalam cahaya bintang tersebut. Meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan, OGLE-2016-BLG-1928 menjadi bagian dari kumpulan data yang memperkaya pemahaman kita tentang planet pengembara dan dapat membuka jendela pada karakteristik unik objek-objek ini di alam semesta.</div><div><br /></div><div>Jadi, itulah planet pengembara. Planet pengembara adalah objek misterius di alam semesta yang menantang para ilmuwan untuk menjelajahi lebih jauh. Meskipun deteksinya sulit, penemuan planet pengembara menawarkan wawasan yang berharga tentang beragamnya objek di luar tata surya kita.</div><div><br /></div><div>Dengan setiap penemuan baru, kita mendekati pemahaman yang lebih baik tentang asal usul, evolusi, dan mungkin keberadaan kehidupan di alam semesta yang luas ini. Planet pengembara menjadi satu lagi bab dalam kisah panjang eksplorasi luar angkasa manusia, membuka pintu untuk lebih banyak misteri yang menanti untuk dipecahkan.</div><div><br /></div><div><b>Sumber:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Abbot, D. S., & Switzer, E. R. (2011). The Steppenwolf: a proposal for a habitable planet in interstellar space. The Astrophysical Journal Letters, 735(2), L27.</li><li>Huang, Y., & Gladman, B. (2022, December). Effect of a Rogue Planet on the Early Solar System. In AAS/Division for Planetary Sciences Meeting Abstracts (Vol. 54, No. 8, pp. 511-01).</li><li>Kohler, S. (2020). A Terrestrial-Mass Planet on the Run?. AAS Nova Highlights, 7245.</li><li>Mróz, P., Poleski, R., Gould, A., Udalski, A., Sumi, T., Szymański, M. K., ... & KMT Collaboration. (2020). A terrestrial-mass rogue planet candidate detected in the shortest-timescale microlensing event. The Astrophysical Journal Letters, 903(1), L11.</li><li>Scholz, A., Muzic, K., Jayawardhana, R., Quinlan, L., & Wurster, J. (2022). Rogue planets and brown dwarfs: predicting the populations free-floating planetary mass objects observable with JWST. Publications of the Astronomical Society of the Pacific, 134(1040), 104401.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-1655619753522651502023-11-13T16:12:00.001+07:002023-11-13T16:12:26.611+07:00Bumi Lebih Mudah Dideteksi oleh Alien pada Era Jurasik<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7m8LnjCz-VV5wgcMegbEfxf0eXZzeuDn00zFGtpF7-2cJaFb8jcB9SXld1c0j8KiyRhCSSuJG4-J3sCM2u7iMotZ9gNiXFmT9FzdCzRtYefFP9ALL0YFdNBWTTiKkZQ49ce9_DM_4qqBxSa0d6XNYMTLTnT1xNms7-E4SMKYIujJ6jguzTKAcTq0ZEC4/s1024/bumi%20era%20jura.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="638" data-original-width="1024" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7m8LnjCz-VV5wgcMegbEfxf0eXZzeuDn00zFGtpF7-2cJaFb8jcB9SXld1c0j8KiyRhCSSuJG4-J3sCM2u7iMotZ9gNiXFmT9FzdCzRtYefFP9ALL0YFdNBWTTiKkZQ49ce9_DM_4qqBxSa0d6XNYMTLTnT1xNms7-E4SMKYIujJ6jguzTKAcTq0ZEC4/s16000/bumi%20era%20jura.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi Bumi era Jurasik. Kredit: Dibuat dengan AI</td></tr></tbody></table><br /><div><b>InfoAstronomy</b> - Pernahkah kamu membayangkan, di saat kita saat ini sibuk mencari planet lain yang mungkin memiliki kehidupan atau bahkan peradaban maju, kehidupan asing cerdas di planet-planet lain itu justru sudah menemukan kita lebih dulu sejak ratusan juta tahun yang lalu ketika planet kita masih dihuni reptil raksasa yang disebut dinosaurus?</div><div><br /></div><div>Sebuah makalah ilmiah terbaru yang diteliti oleh para astronom menunjukkan bahwa hal tersebut mungkin saja bisa terjadi, karena Bumi ternyata jauh lebih mudah terdeteksi pada masa dinosaurus dibandingkan dengan saat ini!</div><div><br /></div><div>Perburuan kehidupan asing, selain mencari sinyal potensial yang sengaja atau tidak sengaja dikirim ke luar angkasa oleh peradaban asing, para astronom selama ini juga betul-betul memanfaatkan metode transit, yakni memindai bintang untuk mencari penurunan kecil cahayanya yang menunjukkan bahwa ada sebuah planet ekstrasurya yang telah menghalangi pandangan kita terhadap bintang tersebut.</div><div><br /></div><div>Setelah kita menemukan sebuah planet ekstrasurya dengan metode transit ini, kita dapat melihat faktor-faktor ilmiah seperti lokasi planet tersebut di sistem bintangnya, untuk kemudian mengetahui apakah planet tersebut berada di zona laik huni atau tidak.</div><div><br /></div><div>Menariknya lagi, gas-gas di atmosfer planet dapat menghalangi panjang gelombang cahaya tertentu, yang artinya jika kita mengukur spektrumnya, kita bisa mendapatkan gambaran tentang komposisi kimiawi planet tersebut.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCLJAW8vRtShEd-kBTyuM_aWZuy3DIimztYKgB86vOEQVDZ7_FL-N6Sf3RKbI0yhluHRi4XeJW7SQYex_5dKMLu-y38sfp1CAzbXiboz_scsjYXpeB-WILvRIk-mbGBmIlZBCoqf__jtJScgak4LpcZ9BFEmhYx9FI3cXVCnn4nrVVtg4OpawVqUunJ-8/s740/exoplanet_spectrum_740.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="417" data-original-width="740" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCLJAW8vRtShEd-kBTyuM_aWZuy3DIimztYKgB86vOEQVDZ7_FL-N6Sf3RKbI0yhluHRi4XeJW7SQYex_5dKMLu-y38sfp1CAzbXiboz_scsjYXpeB-WILvRIk-mbGBmIlZBCoqf__jtJScgak4LpcZ9BFEmhYx9FI3cXVCnn4nrVVtg4OpawVqUunJ-8/s16000/exoplanet_spectrum_740.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi bagaimana transit planet membuat kita mengamati spektrumnya. Kredit: ESO</td></tr></tbody></table><br /><div>Karena kita hanya pernah menemukan bukti kehidupan di satu planet (yang mana saat ini kamu tinggal dan hidup di planet tersebut), maka selama ini para astronom mencari planet dengan kandungan kimiawi yang dapat mendukung kehidupan seperti yang ada di planet kita sendiri. Kita tidak punya gambaran lain tentang seperti apa kehidupan itu selain yang ada di Bumi. Itulah sebabnya para astronom hanya fokus mencari "planet mirip Bumi".</div><div><br /></div><div>Namun, dalam sebuah makalah ilmiah yang diterbitkan oleh sekelompok ilmuwan di Cornell University, dalam kondisi planet Bumi kita saat ini, kita mungkin tidak bisa mendeteksi adanya kehidupan. Atau dengan kata lain, kalau kita fokus mencari planet asing yang mirip dengan kondisi Bumi saat ini, saat kamu membaca artikel ini, kita akan sulit menemukan kehidupannya.</div><div><br /></div><div>Kok bisa begitu?</div><div><br /></div><div><div><div>Ahli astrobiologi Rebecca Payne dan astronom Lisa Kaltenegger dari Cornell University memodelkan evolusi 540 juta tahun terakhir sejarah bumi – Eon Fanerozoikum – untuk melihat bagaimana berbagai penanda biologis yang digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda kehidupan dalam jarak yang sangat jauh mungkin telah berubah.</div><div><br /></div><div>Mereka menemukan bahwa dua pasangan penanda biologis utama, yakni oksigen dan metana serta ozon dan metana, mungkin lebih kuat sekitar 100 hingga 300 juta tahun yang lalu, terutama saat era Jurasik. Hal ini terutama disebabkan oleh menjamurnya tanaman hijau yang menghasilkan tingkat oksigen yang jauh lebih tinggi ke atmosfer pada saat itu.</div></div></div><div><br /></div><div>Ditambah lagi, dinosaurus mulai berkembang biak saat oksigen di Bumi mencapai puncaknya sekitar 30 persen, hal ini dapat menjadi indikasi bahwa jika kita menemukan tingkat oksigen setinggi itu di planet lain, maka planet tersebut dapat menjadi tempat tinggal bagi makhluk-makhluk besar semacam dinosaurus.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2eRGg0nhiLmOiHgueu0Z8AT81zXDtvIb_h16_dM_jd1fyHq_Y51vZdy8e4SpCBVN2VN397tG29UO6n7ydddUTyPMbdDBRIomGZupZ6ZSZ4YtIn7o1Yd6rP2BibJZWzv2yJggWl18Ay92vHf-LxPBDAKRQdzo5J5ZYP64rERvPa8fafunUnPxF6egkGF8/s642/JurassicChart.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="434" data-original-width="642" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2eRGg0nhiLmOiHgueu0Z8AT81zXDtvIb_h16_dM_jd1fyHq_Y51vZdy8e4SpCBVN2VN397tG29UO6n7ydddUTyPMbdDBRIomGZupZ6ZSZ4YtIn7o1Yd6rP2BibJZWzv2yJggWl18Ay92vHf-LxPBDAKRQdzo5J5ZYP64rERvPa8fafunUnPxF6egkGF8/s16000/JurassicChart.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Perubahan kadar oksigen selama jutaan tahun terakhir. Kredit: Rebecca Payne/Institut Carl Sagan</td></tr></tbody></table><br /><div><div>Artinya, jika ada alien cerdas di planet lain yang punya teleskop canggih yang digunakan untuk mengamati Bumi dalam rangka mencari kehidupan lain di alam semesta, mereka akan mendeteksi kehidupan di planet kita jauh lebih mudah selama era Jurasik dibandingkan saat ini.</div><div><br /></div><div>Berbagai macam faktor memengaruhi jumlah oksigen di atmosfer, mulai dari tingkat tutupan hutan di darat hingga berbagai jenis spesies laut di lautan, dan pola cuaca yang mendominasi.</div><div><br /></div><div>Selama sekitar 400 juta tahun terakhir, tingkat oksigen di atmosfer Bumi diperkirakan berada dalam kisaran 16-35 persen. Hal ini dikenal sebagai 'jendela api': jika semakin kecil maka api tidak akan menyala, jika semakin besar maka akan sangat sulit untuk memadamkannya.</div><div><br /></div><div>Jadi, dengan kata lain, jika kita ingin menemukan kehidupan lebih mudah pada planet-planet lain, kita semestinya mencari kondisi planet yang mirip dengan kondisi Bumi pada era Jurasik.</div></div><div><br /></div><div>Ke depannya semoga saja para astronom akan menemukan planet-planet yang memiliki lebih banyak oksigen daripada Bumi saat ini, karena hal itu akan membuat pencarian kehidupan sedikit lebih mudah. Dan siapa tahu, mungkin saja kita menemukan kehidupan dinosaurus alien di planet lain.</div><div><br /></div><div><b>Sumber:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Dean, J. (2023). Jurassic worlds might be easier to spot than modern Earth. Cornell University.</li><li>Jones, T. P., & Chaloner, W. G. (1991). Fossil charcoal, its recognition and palaeoatmospheric significance. Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology, 97(1-2), 39-50.</li><li>Payne, R. C., & Kaltenegger, L. (2023). Oxygen bounty for Earth-like exoplanets: spectra of Earth through the Phanerozoic. Monthly Notices of the Royal Astronomical Society: Letters, slad147.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-3187026923360864392023-11-11T15:43:00.002+07:002023-11-11T15:43:12.853+07:00Teleskop Hubble dan James Webb Berkolaborasi Memotret Semesta<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZn41zKksRrI0_VULAljxYN3F9cD_cOL8P9Mb-iHlWik2HndzEtVlDK9PgXsjkfUWiGCIytkAbQQhxeeqNNgoBTg58WezZYj8b60-DMOJkWnes-P6SVN3YBWRRsbSsjKR8-xwPfC2yXwPu-qdJHFZxZKYunC0bCbyNx8KitIYxE1y4zby-vj-nwlHzPc4/s1536/webb-stsci-01hdhavm4k4220z79ytmp1k7vm-4k.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1424" data-original-width="1536" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZn41zKksRrI0_VULAljxYN3F9cD_cOL8P9Mb-iHlWik2HndzEtVlDK9PgXsjkfUWiGCIytkAbQQhxeeqNNgoBTg58WezZYj8b60-DMOJkWnes-P6SVN3YBWRRsbSsjKR8-xwPfC2yXwPu-qdJHFZxZKYunC0bCbyNx8KitIYxE1y4zby-vj-nwlHzPc4/s16000/webb-stsci-01hdhavm4k4220z79ytmp1k7vm-4k.webp" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gugus galaksi MACS0416 hasil jepretan gabungan Hubble dan Webb. Kredit: NASA, ESA, CSA, STScI</td></tr></tbody></table><br /><div><b>InfoAstronomy</b> - Teleskop antariksa Hubble dan teleskop antariksa James Webb adalah dua teleskop terkuat buatan manusia yang pernah ada sejauh ini. Baru-baru ini, keduanya berkolaborasi untuk memotret dan memelajari gugus galaksi MACS0416 (sebut saja "Mawar" kalau malas membaca namanya). Penasaran bagaimana hasilnya?</div><div><br /></div><div>Hasil kolaborasi Hubble dan Webb bisa kamu lihat di atas. Gambar pankromatik yang dihasilkan menggabungkan cahaya tampak dan inframerah untuk menghasilkan pemandangan alam semesta terlengkap dan penuh warna yang pernah diambil.</div><div><br /></div><div>Terletak sekitar 4,3 miliar tahun cahaya dari Bumi, MACS0416 adalah sepasang gugus galaksi yang sedang bertabrakan, yang kelak pada akhirnya akan bergabung membentuk gugus galaksi yang jauh lebih besar.</div><div><br /></div><div><div>Gambar kolaborasi Hubble-Webb tersebut mengungkap banyak detail yang hanya mungkin ditangkap dengan menggabungkan kekuatan kedua teleskop yang beroperasi di luar angkasa tersebut. Sebut saja adanya sejumlah galaksi di luar gugus dan sejumlah sumber cahaya yang bervariasi dalam hal jarak, yang dapat diamati akibat adanya pelensaan gravitasi – distorsi dan penguatan cahaya dari sumber cahaya latar belakang yang jauh.</div><div><br /></div><div>Gugus galaksi MACS0416 pertama kali diamati dan dipotret oleh teleskop antariksa Hubble pada tahun 2014 silam. Ia adalah yang pertama dari serangkaian pemandangan alam semesta yang belum pernah diamati sebelumnya dalam program kolaboratif Hubble yang ambisius yang disebut Frontier Fields.</div><div><br /></div><div>Program Hubble tersebut memelopori pencarian beberapa galaksi paling redup dan termuda yang pernah terdeteksi. Kini, pengamatan lewat panjang gelombang inframerah dari Webb secara signifikan memperdalam hasil jepretan Hubble, sampai bisa melihat galaksi yang sangat jauh dari kita.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtMCzX6KkWNyW3Vxpdgtt63w3fkoZGLvJYmbmwLJTxvMSDxWWwn9if4cgbyT8Ra2TaslBMWjLfThq2271Qt5aKjSpIf5ePU3KwL20t0sImmNbyJIBhIEcKkDHH3wvqqi_vPQWgPSkbnPE6QCuWodRBGkjpDyoXie1AmrPEdAexW8RoD8yfjGYN0ey9DQY/s1536/webb-stsci-01hdhht5tg6sd9tf1v2peatm3f-8k.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="712" data-original-width="1536" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtMCzX6KkWNyW3Vxpdgtt63w3fkoZGLvJYmbmwLJTxvMSDxWWwn9if4cgbyT8Ra2TaslBMWjLfThq2271Qt5aKjSpIf5ePU3KwL20t0sImmNbyJIBhIEcKkDHH3wvqqi_vPQWgPSkbnPE6QCuWodRBGkjpDyoXie1AmrPEdAexW8RoD8yfjGYN0ey9DQY/s16000/webb-stsci-01hdhht5tg6sd9tf1v2peatm3f-8k.webp" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Perbedaan hasil jepretan Hubble (kiri) dan Webb (kanan) pada gugus MACS0416. Kredit: NASA, ESA, CSA, STScI</td></tr></tbody></table><h4 style="text-align: left;"><b>Beda Warna, Beda Jarak</b></h4></div><div><div>Untuk memahami gambar hasil kolaborasi Hubble-Webb, secara umum panjang gelombang cahaya terpendek diberi warna biru, panjang gelombang terpanjang berwarna merah, dan panjang gelombang menengah berwarna hijau. Kisaran panjang gelombang yang luas, dari 0,4 hingga 5 mikron, menghasilkan lanskap galaksi yang sangat jelas.</div><div><br /></div><div>Warna-warna tersebut memberikan petunjuk mengenai jarak galaksi: Galaksi paling biru terletak relatif dekat dan sering kali menunjukkan pembentukan bintang yang intens, sedangkan galaksi yang lebih merah cenderung lebih jauh. Meski begitu, ada beberapa galaksi yang juga tampak sangat merah bukan karena jaraknya jauh, tetapi karena mengandung banyak debu kosmik yang cenderung menyerap warna cahaya bintang yang lebih biru.</div><div><br /></div><h4 style="text-align: left;"><b>Berburu Transien</b></h4><div>Menariknya, pengamatan kolaborasi Hubble-Webb ini bukan hanya tentang melihat warna-warni galaksi, para astronom juga tertarik pada peristiwa transien yang dapat berubah-ubah dan menghilang dengan relatif cepat. Dari hasil gambar ini saja, para astronom melaporkan ada 14 transien, dengan 12 di antaranya adalah bintang yang diperbesar secara singkat namun masif, dan dua sisanya adalah supernova.</div><div><br /></div><div>Peristiwa transien pada pelensaan gravitasi dari gugus galaksi merujuk pada peristiwa sementara atau berubah-ubah yang terlihat dalam gambar-gambar pelensaan gravitasi saat gugus galaksi bertindak sebagai lensa gravitasi terhadap objek-objek di latar belakang.</div><div><br /></div><div>Pelensaan gravitasi adalah fenomena di mana gravitasi dari suatu massa, seperti gugus galaksi, membelokkan cahaya dari objek di belakangnya. Ini menciptakan distorsi atau pembesaran pada citra objek latar belakang dan menghasilkan efek serupa lensa. Ketika ada peristiwa transien, itu berarti ada perubahan dalam cahaya yang diamati dari objek di belakang gugus galaksi tersebut.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2fLqHhBaOzGL7gqpSeQA9v_237NT0utDzCjOYbV0qXPwtlEDqsH0AONTXFnLVkO9ubuZmKv-fAnd-h26oks3nIXLjCgy2cYLTRlexRp7T17K_s7c9ZmYxbQJ1xOvfMBGGdU-lB1kMjW5DOUcmr6nW7IcaryhOU24BYSdrekggX_v8FpBG_HBlxnSNehU/s1200/mothra-l.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1113" data-original-width="1200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2fLqHhBaOzGL7gqpSeQA9v_237NT0utDzCjOYbV0qXPwtlEDqsH0AONTXFnLVkO9ubuZmKv-fAnd-h26oks3nIXLjCgy2cYLTRlexRp7T17K_s7c9ZmYxbQJ1xOvfMBGGdU-lB1kMjW5DOUcmr6nW7IcaryhOU24BYSdrekggX_v8FpBG_HBlxnSNehU/s16000/mothra-l.webp" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Peristiwa transien Mothra. Kredit: NASA, ESA, CSA, STScI</td></tr></tbody></table><br /><div><div>Di antara transien bintang yang diamati dalam gambar kolaborasi Hubble-Webb, ada satu yang sangat menonjol. Dijuluki Mothra, diambil dari nama serangga Kaiju di Godzilla "Monsterverse", bintang ini naik kecerahannya setidaknya 4.000 kali lipat akibat pelensaan gravitasi.</div><div><br /></div><div>Satu hal yang aneh adalah Mothra muncul juga dalam gambar Hubble yang diabadikan sembilan tahun lalu, yang mana seharusnya peristiwa transien sudah hilang kurang dari jangka waktu itu, hal menunjukkan bahwa ada sesuatu yang aneh yang membuat bintang ini mendapatkan perbesaran ekstra.</div><div><br /></div><div>Penjelasan yang paling mungkin adalah keberadaan sebuah gugus bintang bola yang terlalu redup untuk dilihat secara langsung, baik oleh Hubble maupun Webb, yang menjadi lensa tambahan untuk menaikkan cahaya Mothra.</div></div><div><br /></div><div>Bagaimana? Menarik sekali kan kolaborasi antara Hubble dan James Webb? Ini baru kolaborasi, bukan cuma <i>numpang</i> promosi.</div></div><div><br /></div><div><b>Sumber:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Diego, J. M., Sun, B., Yan, H., Furtak, L. J., Zackrisson, E., Dai, L., ... & Bhatawdekar, R. (2023). JWST’s PEARLS: Mothra, a new kaiju star at z= 2.091 extremely magnified by MACS0416, and implications for dark matter models. Astronomy & Astrophysics, 679, A31.</li><li>Yan, H., Ma, Z., Sun, B., Wang, L., Kelly, P., Diego, J. M., ... & Grogin, N. A. JWST's PEARLS: Transients in the MACS J0416. 1-2403 Field (No. arXiv: 2307.07579).</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-17748901031432203932023-11-08T15:07:00.004+07:002023-11-08T15:07:31.560+07:00Teleskop Pemburu Materi Gelap Rilis Foto-foto Semesta Pertamanya<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilCateZfItPUc3TDjAPO24_FKgTsBz7hBqdIZPwDnk1wuUL6jC2Mw_ZOjxbFRZPzbqkcaXQRQrwLad5TGm-UVipIENLCYl64bmcq3D-J-cUu8zCCLJqARvrLgA0W_A5eUNwfu0TfysTbjda7OquJMCkNB6M97lX57ttGUhvIS63-WD8VldJVeq_Q9TCd4/s1920/eulcid.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1081" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilCateZfItPUc3TDjAPO24_FKgTsBz7hBqdIZPwDnk1wuUL6jC2Mw_ZOjxbFRZPzbqkcaXQRQrwLad5TGm-UVipIENLCYl64bmcq3D-J-cUu8zCCLJqARvrLgA0W_A5eUNwfu0TfysTbjda7OquJMCkNB6M97lX57ttGUhvIS63-WD8VldJVeq_Q9TCd4/s16000/eulcid.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi Euclid, teleskop antariksa baru Eropa. Kredit: ESA</td></tr></tbody></table><br /><div><b>InfoAstronomy</b> - Diluncurkan sejak 1 Juli 2023, teleskop pemburu materi gelap milik Badan Antariksa Eropa (ESA) kini sudah mulai beroperasi di titik Lagrange-2 (L2), sekitar 1,5 juta kilometer jauhnya dari Bumi kita. Menariknya, Euclid baru saja merilis foto-foto pertamanya!</div><div><br /></div><div><div>Euclid mempunyai tugas yang luar biasa: mengamati dan mengukur bentuk, jarak, dan pergerakan bermiliar-miliar galaksi pada rentang jarak 10 miliar tahun cahaya dari Bumi kita. Nantinya, data-data pengamatanini akan disatukan, yang kelak akan menjadi peta tiga dimensi terbesar alam semesta yang pernah dibuat, dan akan membantu para astronom menjawab soalan penting tentang sifat materi gelap dan energi gelap.</div><div><br /></div><div>Nah, dalam rangka percobaan pengamatannya, tim astronom Euclid telah memilih empat objek langit sekaligus untuk diabadikan. Hasilnya, ternyata sangat luar biasa.</div></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWDTVmORbpEUvNBTOftSCJ6DrS1HHq4qVDxSnUNqTmixz4y5iAfAPqWJI_XGWwqgU9NVCRELjRSyCT3_sppxqPYNy7S-cyMiYxLF6WZc3iYTWT2MBZ__ispiVuH2CfjZAD1YCNfdnuLwU4y0XXBQLQ62TPq5NVq0O4rq-oyjIRfRNfttOY-2laKDQLRXg/s1320/1-Perseus-cluster_1oEasJg.width-1320.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1320" data-original-width="1320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWDTVmORbpEUvNBTOftSCJ6DrS1HHq4qVDxSnUNqTmixz4y5iAfAPqWJI_XGWwqgU9NVCRELjRSyCT3_sppxqPYNy7S-cyMiYxLF6WZc3iYTWT2MBZ__ispiVuH2CfjZAD1YCNfdnuLwU4y0XXBQLQ62TPq5NVq0O4rq-oyjIRfRNfttOY-2laKDQLRXg/s16000/1-Perseus-cluster_1oEasJg.width-1320.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gugus Perseus hasil jepretan Euclid. Kredit: ESA/Euclid/Euclid Consortium/NASA</td></tr></tbody></table><br /><div><div>Gambar pertama hasil jepretan Euclid yang dirilis adalah sekelompok galaksi dalam gugus galaksi Perseus, salah satu objek yang akan menjadi fokus ilmiah Euclid ke depannya. Gugus Perseus adalah salah satu kelompok galaksi paling masif yang diketahui dengan sekitar 1.000 anggota galaksi yang terletak sekitar 240 juta tahun cahaya jauhnya.</div><div><br /></div><div>Menariknya, gambar gugus Perseus dari Euclid di atas ini tidak hanya menunjukkan semua galaksi yang menjadi anggota gugus Perseus saja, tetapi juga menunjukkan adanya 100.000 galaksi lain yang terbentang hingga 10 miliar tahun cahaya jauhnya. Banyak dari galaksi-galaksi jauh yang redup tersebut benar-benar baru bagi ilmu pengetahuan.</div><div><br /></div><div>Euclid mengamati alam semesta dalam cahaya tampak dan inframerah, menghadirkan tingkat detail dan kejelasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam satu pengamatan. Pemandangan galaksi spiral IC 342 atau galaksi tak beraturan lokal NGC 6822 menunjukkan betapa tajamnya pandangan mata mereka terhadap langit.</div></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE1GZI9g1nPYbceICEUXJpmtrzizLl4XT_bZbZPSpETAPmO-ZtUmx5nFlVI6TEYiKcHmOpMm7EC45a2IiXssQHMdx9N4kjt0cfVkm0_nvHkAgYuapqt7JpT0zibLs-kMVjka2Ou9TkgyZ5p1nNo-gDwxQtBInh2zZEhsRnZ_wxRdoe1q0LiNJE6Af7SJQ/s1320/2-Spiral-galaxy-IC-342.width-1320.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1320" data-original-width="1320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE1GZI9g1nPYbceICEUXJpmtrzizLl4XT_bZbZPSpETAPmO-ZtUmx5nFlVI6TEYiKcHmOpMm7EC45a2IiXssQHMdx9N4kjt0cfVkm0_nvHkAgYuapqt7JpT0zibLs-kMVjka2Ou9TkgyZ5p1nNo-gDwxQtBInh2zZEhsRnZ_wxRdoe1q0LiNJE6Af7SJQ/s16000/2-Spiral-galaxy-IC-342.width-1320.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Galaksi IC 342 hasil jepretan Euclid. Kredit: ESA/Euclid/Euclid Consortium/NASA</td></tr></tbody></table><br /><div><div>"Kita belum pernah melihat gambar astronomi sedetail ini sebelumnya, yang berisi begitu banyak objek langit. Hasil foto Euclid ini bahkan lebih indah dan tajam dari yang kita harapkan, menunjukkan kepada kita banyak objek semesta yang belum pernah terlihat sebelumnya di wilayah langit yang sudah cukup terkenal," kata René Laureijs, Ilmuwan Proyek Euclid ESA.</div><div><br /></div><div>Euclid bukan hanya tentang galaksi jauh dan misteri terbesar dalam kosmologi, ia adalah instrumen serbaguna. Ia adalah teleskop pertama yang dapat melihat seluruh gugus bola – kumpulan bintang berbentuk bola yang terikat oleh gravitasi – dalam satu pengamatan sambil membedakan setiap bintang di dalamnya, seperti hasil jepretannya terhadap NGC 6397 di bawah ini, gugus bola terdekat kedua dengan Bumi yang berjarak 7.800 tahun cahaya.</div></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-eCSaQJknQ3uB1kFxIIKeXH5RtPIFI2WUdktHX3hHO1ZcnK0LOmQr0rLyp0JjxpCEPf4-Fva2wyR-VtVuI7Ij8dwiKDtCCw6V6MnBPHEjm7SbcMPO5C8cQe9Ga3DNsEuHmZ-aqi1TCYiDqlFCFtkV-dFMYCOJinTBs0eGYnJ2liubKPiFNE8tcCav8SA/s1320/e2-Globular-cluster-NGC-6397.width-1320.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1320" data-original-width="1320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-eCSaQJknQ3uB1kFxIIKeXH5RtPIFI2WUdktHX3hHO1ZcnK0LOmQr0rLyp0JjxpCEPf4-Fva2wyR-VtVuI7Ij8dwiKDtCCw6V6MnBPHEjm7SbcMPO5C8cQe9Ga3DNsEuHmZ-aqi1TCYiDqlFCFtkV-dFMYCOJinTBs0eGYnJ2liubKPiFNE8tcCav8SA/s16000/e2-Globular-cluster-NGC-6397.width-1320.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gugus bola NGC 6397 hasil jepretan Euclid. Kredit: ESA/Euclid/Euclid Consortium/NASA</td></tr></tbody></table><br /><div><div>Euclid juga dapat berburu planet gas raksasa, bintang katai cokelat, dan bayi bintang yang tersembunyi di dalam nebula – objek yang terlalu pekat dan padat bagi banyak teleskop optik untuk melihatnya.</div><div><br /></div><div>Dengan Euclid, yang mengandalkan pengamatan dengan infamerah, melihat nebula bisa dengan mudah "menembus" debu kosmis tebal, sehingga bisa melihat apa yang ada di dalam debu tersebut, seperti hasil jepretannya terhadap Nebula Kepala Kuda (di bawah).</div><div><br /></div><div>"Standar tinggi kami terhadap teleskop ini membuahkan hasil: terdapat begitu banyak detail dalam gambar-gambar hasil jepretannya, semua berkat desain optik khusus, manufaktur, serta perakitan teleskop dan instrumen yang sempurna," tambah Giuseppe Racca , Manajer Proyek Euclid ESA.</div></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2xaVR4uH2kCw8gCHt4YaQzddSc1aAXe5XlEz8kvWgY-gD_ogF8V1_bMF4tg9mgYzezF-oD5MwW3-udNmU7K8vwP-Dm4nJjDDZr-Y-bVD8j1ntuwrO1RNi4BydAYMJpBxElYnkoZBFYx-OKzJLgWgkODVonv3NDhNyuzSlimcHEjgbUq6QogZXznQCSKs/s1320/e1-Horsehead-Nebula.width-1320.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1320" data-original-width="1320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2xaVR4uH2kCw8gCHt4YaQzddSc1aAXe5XlEz8kvWgY-gD_ogF8V1_bMF4tg9mgYzezF-oD5MwW3-udNmU7K8vwP-Dm4nJjDDZr-Y-bVD8j1ntuwrO1RNi4BydAYMJpBxElYnkoZBFYx-OKzJLgWgkODVonv3NDhNyuzSlimcHEjgbUq6QogZXznQCSKs/s16000/e1-Horsehead-Nebula.width-1320.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nebula Kepala Kuda hasil jepretan Euclid. Kredit: ESA/Euclid/Euclid Consortium/NASA</td></tr></tbody></table><br /><div>Gambar-gambar hasil jepretan Euclid tidak hanya indah, tetapi juga penuh dengan ilmu pengetahuan yang sedang dikembangkan saat ini. Konsorsium Euclid memperkirakan akan banyak makalah yang dihasilkan hanya dari gambar-gambar pertama dari Euclid ini.</div><div><br /></div><div><div>Materi gelap menyatukan galaksi-galaksi dan menyebabkannya berputar lebih cepat daripada yang bisa dijelaskan oleh materi tampak; sedangkan energi gelap mendorong percepatan perluasan alam semesta. Hadirnya Euclid akan memungkinkan para kosmolog untuk mempelajari bersama-sama misteri materi dan energi gelap yang ada di alam semesta kita ini.</div><div><br /></div><div>Siap mengungkap apa itu materi gelap dan energi gelap?</div></div><div><br /></div><div><b>Sumber:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Carpinetti, A. (2023). Dark Matter-Hunting Euclid Reveals Astonishing First Full-Color Images Of The Cosmos. IFLScience.com.</li><li>Cofield, C. & Landau, E. (2023). First Science Images Released From ESA Mission With NASA Contributions. NASA's Jet Propulsion Laboratory.</li><li>Waugh, S. (2023). Euclid telescope will revolutionize science, overthrow ruling scientific theories, and usher paradigm shift in science. Scientist.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4468582513485981638.post-69973540865389981442023-11-07T09:10:00.001+07:002023-11-07T09:10:18.198+07:00Lubang Hitam Supermasif Terjauh dan Tertua di Alam Semesta Ditemukan<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt0sVXQg-fO5GpFYc-HT5q1hwVdxdEb0EQ306GmDn8XFQDa2mU8wvNF5L79A4C8uyJ-XAaZ9D79JQTMH1o-NtD_QID3wShGvli7mkLLoWk5p6Pmg4FeT8Ul6iv7jfDdC76GvLl3El6l4IROysHgKxPg7aPej5iFyoY2g9pn-D6-Dc-EqCizZHpm7ddnak/s1536/uhz1.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1168" data-original-width="1536" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt0sVXQg-fO5GpFYc-HT5q1hwVdxdEb0EQ306GmDn8XFQDa2mU8wvNF5L79A4C8uyJ-XAaZ9D79JQTMH1o-NtD_QID3wShGvli7mkLLoWk5p6Pmg4FeT8Ul6iv7jfDdC76GvLl3El6l4IROysHgKxPg7aPej5iFyoY2g9pn-D6-Dc-EqCizZHpm7ddnak/s16000/uhz1.webp" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Galaksi UHZ1 dan lubang hitamnya. Kredit: NASA/CXC/SAO/Ákos Bogdá/L. Frattare & K. Arcand</td></tr></tbody></table><br /><div><b>InfoAstronomy</b> - Melalui sebuah pengamatan intensif, para astronom berhasil menemukan lubang hitam supermasif terjauh dan tertua di alam semesta. Saking jauhnya, cahayanya dipancarkan ketika alam semesta baru berusia 470 juta tahun!</div><div><br /></div><div>Objek tersebut disebut UHZ1 dan ditemukan berkat pelensaan gravitasi, fenomena dalam fisika yang terjadi ketika cahaya dari objek langit yang jauh lewat di depan medan gravitasi yang sangat kuat, yang dihasilkan oleh objek-objek besar seperti gugus galaksi, lubang hitam, bintang, atau galaksi besar. Efek pelensaan gravitasi ini adalah salah satu prediksi relativitas umum Albert Einstein.</div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Proses Penemuan</b></h3><div>Dalam menemukan UHZ1, tim astronom yang dipimpin Akos Bogdan dari Pusat Astrofisika Harvard & Smithsonian (CfA) dan menerbitkan hasil studinya di jurnal Nature Astronomy ini mengarahkan Observatorium Sinar-X Chandra milik NASA dan teleskop antariksa James Webb menuju gugus galaksi Abell 2744, yang terletak 3,5 miliar tahun cahaya dari Bumi.</div><div><br /></div><div>Gugus tersebut sangat padat sehingga membengkokkan ruang-waktu sedemikian rupa sehingga ruang-waktu itu sendiri bertindak sebagai lensa, yang pada gilirannya memperbesar cahaya objek di belakang gugus galaksi tersebut. Nah, di antara objek tersebut adalah galaksi induk UHZ1.</div><div><br /></div><div>Dengan memanfaatkan kecanggihan Webb, Bogdan dan rekan-rekannya dapat mengukur seberapa jauh jarak galaksi ini, yang mana diketahui sekitar 13,2 miliar tahun cahaya dari Bumi, atau ketika alam semesta baru berusia 3% dari usianya saat ini.</div><div><br /></div><div>Nah, pengamatan selama dua pekan berturut-turut dengan Chandra mengungkapkan tanda-tanda pertumbuhan lubang hitam supermasif pada inti galaksi tersebut, yang dideteksi dari gas super panas yang bersinar dalam sinar-X.</div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;"><b>Apa sih Pentingnya Belajar Hal Ini?</b></h3><div>Pertama, memang tidak semua hal di alam semesta itu harus ada kepentingan bagi kehidupan kita sebagai manusia di planet Bumi. Sebab Bumi memang tidak sespesial itu.</div><div><br /></div><div><div>Penemuan ini penting untuk memahami bagaimana beberapa lubang hitam supermasif – yang memiliki massa hingga miliaran massa Matahari dan berada di pusat galaksi – dapat mencapai massa yang teramat besar segera setelah Big Bang.</div><div><br /></div><div>Penemuan ini dapat menjawab apakah mereka terbentuk langsung dari keruntuhan awan gas raksasa, sehingga menciptakan lubang hitam yang berbobot antara sepuluh ribu hingga seratus ribu Matahari? Atau apakah mereka berasal dari ledakan bintang-bintang pertama yang menciptakan lubang hitam yang massanya hanya antara sepuluh dan seratus Matahari?</div><div><br /></div><div>Bogdan dan rekan-rekannya menemukan bukti kuat bahwa lubang hitam yang baru ditemukan di UHZ1 memang terlahir masif. Mereka memperkirakan massanya berkisar antara 10 hingga 100 juta kali massa Matahari, berdasarkan kecerahan dan energi sinar-X yang dihasilkannya.</div><div><br /></div><div>Kisaran massa ini mirip dengan rentang massa semua bintang di galaksi tempat ia tinggal, sangat kontras dengan lubang hitam di pusat galaksi di alam semesta lokal yang biasanya hanya sekitar sepersepuluh persen massa bintang-bintang galaksi induknya.</div><div><br /></div><div>Besarnya massa lubang hitam pada alam semesta yang baru berusia muda, ditambah jumlah sinar-X yang dihasilkannya dan kecerahan galaksi yang terdeteksi oleh Webb, semuanya sesuai dengan prediksi teoretis pada tahun 2017 untuk “Lubang Hitam Besar” yang terbentuk langsung dari runtuhnya awan gas yang sangat besar.</div></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcA-Lp_Rvi2d2ldpDLoyJott8HX-CHte9pOr573nBdudoCyaIXxf4AKGkVOu762qMV-rLCNiZNOJiE5CeWgZ7gxn2jMOzFct8Cw5qKaJJIeNu78ELEhJtgixxDC3bVZJr5E3l8QPjvSAMzavRoPPBxhn2At36oDga2v5CeP8592roBwjpnDRiGwhXlW7w/s864/uhz1_illus.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="488" data-original-width="864" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcA-Lp_Rvi2d2ldpDLoyJott8HX-CHte9pOr573nBdudoCyaIXxf4AKGkVOu762qMV-rLCNiZNOJiE5CeWgZ7gxn2jMOzFct8Cw5qKaJJIeNu78ELEhJtgixxDC3bVZJr5E3l8QPjvSAMzavRoPPBxhn2At36oDga2v5CeP8592roBwjpnDRiGwhXlW7w/s16000/uhz1_illus.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Proses terbentuknya lubang hitam besar di alam semesta muda. Kredit: NASA/STScI/Leah Hustak</td></tr></tbody></table><br /><h3 style="text-align: left;">Adakah Dampaknya Bagi Bumi?</h3><div>Tidak ada.</div><div><br /></div><div><b>Sumber:</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Bogdan, A., Goulding, A., Natarajan, P., Kovacs, O., Tremblay, G., Chadayammuri, U., ... & Jones, C. Evidence for heavy seed origin of early supermassive black holes from az~ 10 X-ray quasar (No. arXiv: 2305.15458).</li><li>Natarajan, P., Pacucci, F., Ricarte, A., Bogdan, A., Goulding, A. D., & Cappelluti, N. (2023). First Detection of an Over-Massive Black Hole Galaxy: UHZ1--Evidence for Heavy Black Hole Seeds From Direct Collapse?. arXiv preprint arXiv:2308.02654.</li><li>Whalen, D. J., Latif, M. A., & Mezcua, M. (2023). Radio Emission From az= 10.1 Black Hole in UHZ1. The Astrophysical Journal, 956(2), 133.</li></ul></div>Riza Miftah Muharramhttp://www.blogger.com/profile/17233854467475006430noreply@blogger.com0