Saran pencarian

Meneliti "DNA" Bintang untuk Menemukan Saudara Matahari yang Hilang

Bintang-bintang tidak terbentuk sendiri-sendiri, melainkan terbentuk bersama-sama dalam sebuah gugus bintang, begitupun Matahari kita. Dengan memetakan "DNA" dari 350.000 bintang di galaksi kita, para astronom kini sibuk menemukan saudara-saudara Matahari kita yang hilang.
Matahari. Kredit: Wikimedia Commons
Info Astronomy - Bintang-bintang tidak terbentuk sendiri-sendiri, melainkan terbentuk bersama-sama dalam sebuah gugus bintang, begitupun Matahari kita. Dengan memetakan "DNA" dari 350.000 bintang di galaksi kita, para astronom kini sibuk menemukan saudara-saudara Matahari kita yang hilang.

Misi pencarian saudara-saudara Matahari yang hilang tersebut dinamai sebagai Galactic Archaeology survey (GALAH), yang telah dimulai sejak 2013 dengan tujuan untuk mempelajari lebih lanjut tentang pembentukan dan evolusi galaksi Bimasakti.

Untuk mencari tahu bagaimana pembentukan dan evolusi galaksi tersebut, para astronom perlu menemukan dan meneliti asal-usul gugus bintang asli di Bimasakti, termasuk gugus bintang di mana Matahari dilahirkan.

Gugus-gugus bintang di galaksi Bimasakti diketahui menyebar di segala penjuru. Bahkan, kini ada begitu banyak bintang-bintang yang sudah terpisah dari gugus bintang tempat ia lahir. Namun, untungnya setiap bintang yang lahir di sebuah gugus pasti akan memiliki komposisi kimia yang sama.

"Survei ini memungkinkan kami untuk melacak di mana tempat sebuah bintang dilahirkan. Kita juga akan tahu mengenai bagaimana alam semesta yang awalnya hanya memiliki hidrogen dan helium, hingga kini memiliki elemen-elemen yang lebih kaya dan bahkan bisa menghasilkan kehidupan seperti kita," kata Profesor Asplund dari Australian National University, pemimpin studi ini.

Untuk setiap bintang dalam survei ini, Profesor Asplund dan rekan-rekannya akan menghitung berapa banyak unsur kimia yang dikandung bintang-bintang itu, seperti oksigen, aluminium, dan besi. Para astronom melakukan ini dengan memisahkan cahaya dari masing-masing bintang ke dalam komponen individal menggunakan teknik yang disebut spektroskopi.

"Setiap unsur kimia meninggalkan pita gelap berpola unik pada panjang gelombang tertentu dalam spektrum ini, seperti sidik jari," kata Profesor Daniel Zucker dari Observatorium Astronomi Australia, salah satu astronom dalam studi ini.

Setidaknya, dibutuhkan sekitar satu jam untuk mengumpulkan cukup foton cahaya pada setiap bintang yang akan diteliti. Walau begitu, dengan menggunakan GALAH, tim astronom ini dapat mengamati 360 bintang pada saat bersamaan.

Hingga saat ini, tim GALAH telah menghabiskan 280 malam untuk mengumpulkan data 350.000 bintang ini. Saat nantinya seluruh bintang telah terpetakan, kita bisa mengetahui bintang-bintang mana saja di langit malam yang dulunya terbentuk bersamaan dengan Matahari.

Tapi, apa gunanya misi ini? Memang, manfaatnya tidak akan berdampak langsung ke kehidupan manusia. Akan tetapi, hasil penelitian ini nantinya sangat berguna untuk ilmu pengetahuan umat manusia, khususnya dalam memahami dinamika orbital dan evolusi galaksi, bintang, dan planet kita sendiri.


Sumber: GALAH Survey
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com