Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

39 Tahun Penemuan Cincin Planet Jupiter

Tak hanya Saturnus yang punya cincin. Tiga puluh sembilan tahun yang lalu, atau tepatnya pada 5 Maret 1979, wahana antariksa nirawak Voyager 1 berhasil terbang lintas dekat Jupiter dan sukses mengambil gambar pertama dari cincin yang mengitari planet raksasa gas tersebut.
Jupiter. Kredit: NASA/Juno/SwRI/JPL-Caltech
Info Astronomy - Tak hanya Saturnus yang punya cincin. Tiga puluh sembilan tahun yang lalu, atau tepatnya pada 5 Maret 1979, wahana antariksa nirawak Voyager 1 berhasil terbang lintas dekat Jupiter dan sukses mengambil gambar pertama dari cincin yang mengitari planet raksasa gas tersebut.

Namun, karena cincinnya sangat tipis dan redup, hal itu membuat cincin ini sangat sulit untuk dilihat dari Bumi dengan teleskop berbasis darat. Bahkan, wahana antariksa yang berada di dekat Jupiter tetap sulit untuk melihat cincinnya kecuali jika kameranya diarahkan untuk memotret bagian tepi cincin, atau dari sudut di mana sinar Matahari secara langsung menyinari cincin.

Jepretan wahana antariksa Voyager 1 pada 39 tahun yang lalu tersebut lantas menjadi bukti pertama dari keberadaan sebuah cincin yang mengitari planet Jupiter. Itu juga pertama kalinya manusia melihat dengan jelas cincin Jupiter. Dipotret dengan paparan panjang, cincin tipis dan redup itu muncul sebagai pita cahaya lebar yang melintang di tengah gambar.

Citra pertama cincin Jupiter. Kredit: NASA/JPL
Dilansir laman resmi NASA, saat dipotret, tercatat Voyager 1 berada pada jarak sejauh 1.212.000 kilometer dari cincin. Garis-garis aneh pada gambar di atas merupakan bintang-bintang latar belakang yang menjadi jalur bintang (star trail) karena gambar tersebut dipotret dengan paparan selama 11 menit 12 detik.

Gerak bergelombang dari jalur bintang ini disebabkan oleh osilasi Voyager 1 (dengan periode 78 detik). Titik-titik hitam adalah titik kalibrasi geometris di kamera.

UniverseToday mengatakan, cincin tersebut seluruhnya terbentuk dari debu gelap serta memiliki empat komponen utama: torus bagian dalam yang tebal yang dikenal sebagai "cincin halo"; lalu "cincin utama" yang sangat terang namun sangat tipis; serta dua cincin gosamer luar yang tebal dan redup.

Ilustrasi komponen cincin Jupiter. Kredit: Wikimedia Commons
Cincin halo merupakan paling dekat dengan atmosfer teratas Jupiter, mulai dari radius 92.000 kilometer dan memanjang hingga radius 122.500 kilometer. Menurut pengamatan, cincin halo memiliki lebar total 12.500 km.

Berikutnya adalah cincin utama. Dimulai dari jarak 122.500 kilometer dari atmosfer teratas Jupiter dan meluas sampai 129.000 kilometer. Lebar totalnya hanya 6.500 kilometerm.

Di luar dua cincin besar ini ada cincin gosamer. Cincin-cincin ini sangat redup yang. Yang pertama dikenal sebagai cincin gosamer Amalthea, yang mengitari Jupiter pada radius 129.000 kilometer dari atmosfer teratas Jupiter, dan meluas hingga 182.000 kilometer.

Tumpang tindih dengan cincin Amalthea ada cincin Thebe, yang membentang mulai pada radius 129.000 kilometer dari atmosfer teratas Jupiter sampai radius 226.000 kilometer.

Dua cincin gosamer diperkirakan terbentuk dari debu yang dikeluarkan oleh Amalthea dan Thebe, dua satelit alami Jupiter. Sementara cincin utama dan cincin halo terdiri dari debu yang dikeluarkan dari satelit Jupiter yang lainnya pula, yakni Metis dan Adrastea.

Pada cahaya inframerah-dekat dan cahaya tampak, cincin Jupiter diketahui memiliki warna kemerahan, kecuali cincin halo, yang berwarna lebih gelap. Massa total sistem cincin Jupiter sayangnya tidak diketahui dengan baik, namun mungkin berkisar antara 10¹¹ sampai 10¹⁶ kg. Sistem cincin ini diperkirakan sudah ada sejak terbentuknya Jupiter.

Jupiter saja sudah punya cincin, kamu kapan?
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com