Saran pencarian

Mengenal Enseladus, Bulan Kecil Milik Saturnus yang Berair

Tak hanya Bumi yang punya Bulan, planet-planet lain (kecuali Merkurius dan Venus) di tata surya juga memiliki bulan. Saturnus, sang planet bercincin, setidaknya memiliki 62 bulan yang mengelilinginya, salah satunya adalah Enseladus.
Citra dekat Enseladus yang dipotret wahana antariksa Cassini. Kredit: NASA/JPL-Caltech
Info Astronomy - Tak hanya Bumi yang punya Bulan, planet-planet lain (kecuali Merkurius dan Venus) di tata surya juga memiliki bulan. Saturnus, sang planet bercincin, setidaknya memiliki 62 bulan yang mengelilinginya, salah satunya adalah Enseladus.

Dengan diameter hanya 505 kilometer, satelit alami mungil ini adalah salah satu objek langit yang berpotensi menampung kehidupan selain Bumi di tata surya. Meskipun suhunya begitu dingin, menurut pengamatan wahana antariksa Cassini, Enseladus diketahui memiliki air dalam bentuk cair di bawah permukaannya, sehingga memungkinkan adanya reaksi kimia yang kompleks di sana.

Saking mungilnya Enseladus, ukurannya diketahui hanya satu per tujuh diameter Bulan milik Bumi. Dengan begitu, Enseladus menjadi bulan terbesar keenam di tata surya, dan menjadi bulan terbesar kedua di sistem Saturnus setelah Titan. Seperti kebanyakan benda bulat, bentuknya sedikit menonjol di sekitar khatulistiwa karena efek gravitasi saat berputar.

Enseladus sendiri ditemukan oleh astronom Sir William Herschel ketika sang astronom sedang menggunakan teleskop berdiameter 1,2 meter miliknya untuk melakukan pengamatan pertamanya pada 28 Agustus 1789.

Teleskop baru milik Sir Herschel tersebut sangat membantu dalam penemuan bulan-bulan baru di sekitar planet Saturnus. Enseladus menjadi yang pertama dari dua bulan lain yang ditemukan oleh Sir Herschel.

Ukuran mungil Enseladus sempat membuatnya sulit ditemukan. Enseladus mengorbit rata-rata hanya 238.037 kilometer dari atmosfer teratas Saturnus. Meskipun merupakan salah satu benda paling terang di tata surya, silau dari Saturnus dan cincinnya yang lebih cemerlang membuat pengamatan Enseladus membutuhkan teleskop dengan cermin atau lensa yang lebih besar.

Observasi Sir Herschel kala itu bertepatan dengan ekuinoks Saturnus. Sehingga dalam pandangan dari Bumi, Saturnus menghasilkan silau yang sedikit redup. Hal itu pun lantas membantu Sir Herschel untuk mengamatinya.

Seperti bulan-bulan Saturnus lainnya, Enseladus sempat tidak bernama selama bertahun-tahun setelah penemuannya. Sampai anak laki-laki Sir Herschel, John Herschel, menerbitkan sebuah karya ilmiah di tahun 1847 yang memberikan nama-nama bulan yang ditemukan oleh ayahnya tersebut.

Geiser di Enseladus. Kredit: NASA/JPL-Caltech/Cassini
Enceladus memiliki setidaknya tiga jenis medan yang berbeda di permukaannya. Mulai dari kawah-kawah kecil hingga yang berdiameter 35 kilometer; daerah dataran mulus dan licin; hingga jurang-jurang curam yang tinggi.

Meski kecil, Enseladus bisa bersinar terang. Permukaannya yang terdiri akan es mampu mencerminkan lebih dari 90 persen sinar Matahari yang diterimanya, menjadikannya salah satu objek paling terang di tata surya. Namun, Enseladus hanya memantulkan sinar Matahari tanpa menyerapnya, sehingga suhu permukaannya sangat rendah, yakni minus 201 derajat Celsius.

Para astronom sempat dibuat terkejut saat mengetahui fakta bahwa Enseladus memiliki lapisan atmosfer. Bagaimana tidak, ukuran Enseladus yang mungil membuat ia juga memiliki gravitasi yang kecil, yang seharusnya tidak mampu menjaga atmosfer.

Atmosfer ini, menurut hasil pengamatan Cassini, berasal dari rekahan pada permukaannya, yang dikenal sebagai "Loreng Harimau". Rekahan ini merupakan sumber energi dari geiser-geiser yang ada pada permukaan Enseladus, yang secara berkala melepaskan material ke luar angkasa.

Dari data yang didapatkan instrumen Ion and Neutral Mass Spectrometer (INMS) milik Cassini, para astronom mendapatkan hasil bahwa proporsi hidrogen mencapai 1,4 persen dari volume semburan geiser pada Enseladus. Sedangkan kadar karbon dioksida mencapai 0,8 persen.

Molekul hidrogen dari geiser ini dihasilkan secara terus-menerus akibat reaksi air dan batuan panas di inti Enseladus. Partikel-partikel ini menyebar di atmosfer lewat semburan geiser melalui sejumlah rekahan di kutub selatan Enseladus.

Keberadaan hidrogen dan karbon dioksida di Enseladus ini menunjukkan adanya potensi besar energi kimia di lautan Enseladus. Apa lagi, sejumlah mikroba di Bumi sendiri menggunakan cara metabolisme primitif di lingkungan ekstrem dengan mengolah karbon dioksida dan hidrogen. Bisa jadi, kehidupan mikroba juga berkembang biak di Enseladus.

Enseladus memang merupakan bulan yang unik. Pengamatan lebih lanjut masih diperlukan untuk mengonfirmasi apakah memang ada kehidupan di sana atau tidak.


Referensi: NASA, Space.com.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com