Planet kerdil Pluto dalam jepretan wahana antariksa New Horizons. Kredit: NASA/SwRI/JHUAPL |
Penemuan Pluto 88 tahun yang lalu ini diliput secara luas di seluruh dunia. Observatorium Lowell, pemegang hak pemberian nama objek baru ini, menerima lebih dari 1.000 sumbangan nama dari seluruh dunia, mulai dari Atlas sampai Zymal.
Nama Pluto, yang diambil dari dewa dunia bawah, diusulkan oleh Venetia Burney (1918–2009), pelajar berusia 11 tahun kala itu asal Oxford, Inggris, yang tertarik dengan mitologi klasik. Usulan nama dari Burney lantas diajukan ke Observatorium Lowell oleh kakeknya, Falconer Madan, mantan pustakawan di Perpustakaan Bodleian, Universitas Oxford.
Akhirnya, pada 24 Maret 1930, nama "Pluto" secara resmi terpilih. Pilihan nama ini didorong oleh fakta bahwa dua huruf pertama Pluto adalah inisial Percival Lowell (pendiri Observatorium Lowell), dan simbol astronomi Pluto (♇, unicode U+2647, ♇) merupakan monogram yang dibentuk dari huruf 'PL'.
Awalnya, Pluto dianggap sebagai "planet kesembilan" di tata surya kita. Namun anggapan tersebut berakhir pada tahun 2006, 76 tahun setelah penemuannya, Pluto direklasifikasi sebagai "planet kerdil" oleh Persatuan Astronomi Internasional setelah mereka juga mereklasifikasi apa yang disebut sebagai "planet".
Pluto merupakan planet kerdil terbesar dan bermassa terbesar kedua di tata surya, ia juga merupakan benda langt terbesar kesembilan dan bermassa terbesar kesepuluh yang mengorbit Matahari secara langsung.
Pluto, terlepas dari kategori di mana ia kini dikategorikan, memiliki peran penting dalam pemahaman kita tentang pembentukan dan evolusi tata surya kita. Kita sekarang tahu ia adalah bagian dari keluarga benda-benda langit yang disebut Sabuk Kuiper, yang terdiri dari sisa-sisa batuan dari nebula matahari awal yang membentuk tata surya kita.
Layaknya benda langit lain di Sabuk Kuiper, Pluto terdiri dari batuan dan es yang dingin. Ukurannya relatif kecil, bahkan Pluto sendiri bermassa hanya kurang lebih seperenam massa Bulan dan sepertiga volume Bulan. Itulah mengapa ia diturunkan statusnya dari "planet" menjadi "planet kerdil".
Sistem Pluto sendiri lebih besar dari yang semula diyakini; bulan terbesarnya, Charon, tidak ditemukan sampai tahun 1978, dan hanya dalam dua dekade terakhir para astronom telah menemukan empat bulan lagi dengan menggunakan teleskop paling kuat di dunia. Kini, Pluto diketahui memiliki lima satelit alami atau bulan, dengan Bumi yang hanya punya satu.
Sampai tahun 2015, manusia belum bisa melihat bagaimana wujud Pluto yang sebenarnya karena jarkanya yang begitu jauh dari Bumi. Namun, wajah Pluto akhirnya terungkap pada tanggal 14 Juli 2015, ketika wahana antariksa nirawak New Horizons berhasil tiba di orbit Pluto untuk melewati sistem Pluto.
Hasil pengamatan menggunakan New Horizons telah selamanya mengubah pandangan kita tentang dunia yang jauh ini. Astronomi merayakan prestasi dengan menjadikan 2015 sebagai Tahun Pluto. Banyak artikel menarik yang tentang harapan, dugaan, dan impian masa lalu kita tentang Pluto, dan menyoroti kesuksesan dan kekayaan informasi yang tak tertandingi yang dibuka oleh New Horizons.
Wajah pluto tahun 1993 dan 2015. Perbedaan yang jauh!. Kredit: NASA, Vox |
Namun, terlepas dari jarak dan status kontroversialnya, Pluto tetap menjadi salah satu objek yang paling dicintai dan menakjubkan di tata surya kita.