Saran pencarian

Pesawat Antariksa Masa Depan Bisa Jadikan Pulsar Sebagai Navigasi

Bila di Bumi kita bisa menjelajah sebuah area dengan bantuan GPS, di luar angkasa Anda perlu cara lain untuk melacak posisi pesawat antariksa Anda. Baru-baru ini, para ilmuwan membuktikan bahwa pesawat antariksa dapat menggunakan sinar radiasi dari pulsar sebagai navigasi.
Ilustrasi. Kredit: Sci-news.com
Info Astronomy - Bila di Bumi kita bisa menjelajah sebuah area dengan bantuan GPS, di luar angkasa Anda perlu cara lain untuk melacak posisi pesawat antariksa Anda. Baru-baru ini, para ilmuwan membuktikan bahwa pesawat antariksa dapat menggunakan sinar radiasi dari pulsar sebagai navigasi.

Meskipun sebenarnya memungkinkan untuk berkomunikasi dengan Bumi ketika kita berada di luar angkasa, namun prosesnya tidak berjalan cepat. Voyager 1, misalnya, membutuhkan waktu sekitar 19 jam untuk mengirim sinyal kembali ke Bumi, dan jeda waktu itu akan terus meningkat seiring jaraknya yang semakin jauh dari Bumi.

Untuk misi luar angkasa jangka panjang yang akan benar-benar menjelajah jauh dari Bumi, jumlah waktu yang diperlukan untuk mengirim sinyal juga akan mengalami jeda panjang. Sehingga, sebuah pesawat antariksa perlu menyesuaikan lintasannya sendiri tanpa mengandalkan navigasi dari Bumi. Nah, di situlah pulsar rupanya bisa diandalkan.

Pulsar sendiri merupakan bintang neutron yang berputar sangat cepat. Karena rotasinya yang sangat cepat itu, pulsar memancarkan radiasi sinar-X yang jika diobservasi dari posisi yang tepat, terlihat seperti mercusuar di luar angkasa. Selain itu, mereka juga berada pada posisi yang tetap di luar angkasa. Itulah yang menjadikan pulsar sebagai patokan terbaik untuk navigasi di luar angkasa.

Pekan lalu, sekelompok ilmuwan NASA menunjukkan bahwa navigasi luar angkasa otonom sepenuhnya dimungkinkan melalui penggunaan sinar-X, sebuah penemuan yang dapat merombak pendekatan kita terhadap perjalanan luar angkasa.

Tim ilmuwan ini menggunakan detektor di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang disebut sebagai Neutron-star Interior Composition Explorer (NICER) untuk melakukan demonstrasi teknologinya. Dikenal dengan Station Explorer for X-ray Timing and Navigation Technology (SEXTANT), proyek ini berlangsung pada bulan November 2017.

NICER yang telah dipasang di ISS. Kredit: NASA
"Demonstrasi ini merupakan terobosan untuk eksplorasi ruang angkasa di masa depan," kata Jason Mitchell, pemimpin studi ini dari Pusat Antariksa Goddard, NASA.

Mitchell dan rekan-rekannya menggunakan NICER untuk merekam sinar-X dari empat pulsar milidetik, pulsar yang berputar dengan laju yang sangat cepat kurang dari 10 milidetik. Pulsar milidetik berguna karena denyutnya yang sangat teratur, sehingga dapat diekstrapolasi selama bertahun-tahun ke depan.

NICER telah mempelajari berbagai aspek bintang neutron sejak ia dipasang di ISS pada bulan Juni 2017, dan saat ini telah menggunakan 52 teleskop sinar-X yang tersemat padanya untuk mempelajari radiasi yang dihasilkan pulsar ke dalam spektrum elektromagnetik.

Selama percobaan SEXTANT, peneliti memilih empat pulsar milidetik dan memposisikan NICER sehingga bisa mendeteksi sinar-X-nya. Dalam dua hari, NICER berhasil mendapatkan 78 hitungan dari empat pulsar tersebut.

Hasil data yang didapat NICER kemudian diolah oleh Sextant untuk mengkalkulasikan posisi NICER dan ISS di orbit Bumi. Dalam waktu delapan jam, Sextant berhasil menemukan posisi NICER dengan akurasi yang cukup lumayan.

Walau begitu, masih diperlukan beberapa tahun lagi untuk mengembangkan teknologi ini agar dapat dipakai untuk pesawat antariksa sesungguhnya.

Namun kini, setelah para ilmuwan berhasil membuktikan navigasi sinar-X adalah mungkin dilakukan, tim ilmuwan ini akan mulai mengerjakan pembaruan dan peningkatan perangkat lunak untuk melakukan percobaan tambahan di pertengahan tahun 2018.

Mereka juga akan berupaya memperkecil ukuran instrumen, mengurangi kebutuhan daya, dan meningkatkan kepekaan. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk membuat teknologi navigasi sinar-X yang tersedia untuk semua misi luar angkasa, sehingga nantinya seluruh misi luar angkasa menggunakan navigasi otonom tanpa melakukan komunikasi dengan Bumi lagi.


Sumber: Astronomy.com, IFLScience.com.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com