Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Gelembung Raksasa di Permukaan Bintang Raksasa Merah

Menggunakan teleskop radio Very Large Telescope, sekelompok astronom di European Southern Observatory (ESO) untuk pertama kalinya berhasil mengamati secara langsung pola granulasi pada permukaan bintang di luar tata surya, sebuah raksasa merah tua bernama π1 Gruis.
Kredit: ESO
Info Astronomy - Menggunakan teleskop radio Very Large Telescope, sekelompok astronom di European Southern Observatory (ESO) untuk pertama kalinya berhasil mengamati secara langsung pola granulasi pada permukaan bintang di luar tata surya, sebuah raksasa merah tua bernama π1 Gruis.

Bintang yang terletak pada jarak 530 tahun cahaya jauhnya dari Bumi tersebut membuat gambar ini lebih menakjubkan. Kita belum pernah melihat bintang yang berjarak sangat jauh dengan gambar sejelas dan sedetail ini sebelumnya.

"Kami telah mengambil beberapa gambar bintang lainnya, namun tidak pernah sedetail yang ini," kata Claudia Paladini dari ESO, pemimpin utama studi ini. Diameter bintang ini diketahui 700 kali lebih besar dari Matahari kita dan memiliki kecerahan beberapa ribu kali lebih terang, diyakini merupakan gambaran dari apa yang akan terjadi pada Matahari kita dalam waktu sekitar 5 miliar tahun mendatang.

Ini adalah pertama kalinya kita melihat pola granulasi pada bintang lain dalam bentuk sel konvektif besar -- atau gelembung -- di permukaan bintang. Setiap sel yang terlihat pada gambar di atas berukuran sekitar 120 juta kilometer, atau seperempat ukuran bintangnya, kurang lebih selebar jarak dari Matahari kita ke Venus. Sebagai perbandingan, sel-sel pada Matahari kita yang terbesar sejauh ini hanya 1.500 kilometer lebarnya.

Bintang π1 Gruis yang terletak di rasi bintang Grus sendiri hanya memiliki massa sekitar 1,5 kali massa Matahari kita meski ukurannya jauh lebih besar. Dengan kata lain, bintang raksasa merah ini memiliki gravitasi permukaan yang jauh lebih rendah, sehingga mampu membentuk sel konvektif yang besar tadi.

π1 Gruis sendiri telah kehabisan hidrogen untuk melakukan fusi nuklir sejak lama, bintang tua ini bahkan telah menghentikan tahap pertama fusi nuklirnya. Karena kehabisan energi, bintang ini pun memanas hingga lebih dari 100 juta derajat Celsius.

Suhu ekstrem tersebut memicu fase bintang berikutnya, yakni membuat sang bintang melakukan fusi helium menjadi atom yang lebih berat seperti karbon dan oksigen. Inti yang sangat panas pada bintang ini kemudian mengeluarkan lapisan terluarnya, menyebabkan ukurannya menggembung sampai ratusan kali lebih besar dari ukuran aslinya.

Dengan begitu, bintang π1 Gruis yang kita lihat hari ini adalah jenis bintang raksasa merah variabel. Inilah pertama kalinya kita berhasil mencitrakan permukaan bintang variabel secara rinci.

Walau kini berukuran besar, π1 Gruis masih masuk dalam kategori bintang dengan massa yang kurang dari 8 kali massa Matahari, sehingga ia nantinya tidak akan mengakhiri hidupnya dalam ledakan supernova yang dramatis, melainkan hanya mengeluarkan lapisan terluarnya secara bertahap, membentuk apa yang dikenal sebagai nebula planeter yang indah.

Bintang ini pun menjadi gambaran tentang bagaimana Matahari kita, yang nantinya juga akan mati dalam proses pembentukan nebula planeter.

"Beberapa miliar tahun yang lalu, (bintang π1 Gruis) mungkin terlihat seperti Matahari kita hari ini. Bahkan kemungkinan memiliki planet-planet yang mengitarinya, dan mungkin juga memiliki kehidupan pada planet-planetnya," kata Paladini. "Ini seperti melihat ke masa depan dengan mencitrakan sesuatu yang terjadi di masa lalu."

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Nature.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com