Saran pencarian

Benarkah Planet Uranus Muncul di Langit Jepang?

Siang ini, akun media sosial InfoAstronomy.org dibanjiri pertanyaan tentang kenampakan benda langit berwarna hijau kebiruan di langit Jepang. Lalu, apa sebenarnya benda langit tersebut? Benarkah kenampakan planet Uranus?
Benda hijau di kanan foto yang dianggap sebagai Uranus di langit Jepang hari ini. Kredit: Twitter/zelotrbl
Info Astronomy - Siang ini, akun media sosial InfoAstronomy.org dibanjiri pertanyaan tentang kenampakan benda langit berwarna hijau kebiruan di langit Jepang. Lalu, apa sebenarnya benda langit tersebut? Benarkah kenampakan planet Uranus?

Maaf bila mengecewakan, faktanya hal tersebut bukanlah planet Uranus. Bukan juga kenampakan Bulan yang berwarna biru. Menurut analisa kami, benda hijau kebiruan tersebut bahkan tidak ada, ia hanya merupakan flare pada lensa kamera.

Flare pada lensa kamera bisa muncul ketika sebuah sumber cahaya yang sangat terang seperti Matahari menyebabkan terjadinya refleksi internal dalam lensa, dan bahkan juga terjadi antara sensor gambar dengan lensa.

Hal ini menimbulkan banyaknya kabut dan kurangnya kontras, lalu akan muncul efek berbentuk poligon (segi enam) ataupun bulatan/lingkaran, kadang juga berbentuk setengah lingkaran dengan warna-warna pelangi.

Flare berbentuk bulat dengan warna hijau kebiruan ini dikenal dengan nama "ghosting flare", atau cukup "ghosting" saja. Lihat gambar di bawah ini:

Munculnya ghosting pada hasil foto ke arah benda terang. Kredit: ishootshows.com
Ghosting bisa muncul pada hasil jepretan ketika cahaya yang masuk dari objek yang dipotret tidak diterima sensor secara penuh, melainkan dibelokkan sesuatu yang ada di depan optik, bisa jadi karena kotoran atau pekatnya embun (dipotret di malam atau di pagi hari).

Mengapa Bukan Uranus?

Planet Uranus, planet ketujuh dari Matahari, memang memiliki warna hijau kebiruan. Uranus berwarna hijau kebiruan karena adanya metana (CH4) di permukaannya. Metana memantulkan cahaya biru dan sedikit cahaya hijau saat terpapar sinar Matahari.

Namun, saat ini posisi Uranus tidak berada di dekat Matahari (dalam pandangan dari Bumi). Planet raksasa es tersebut saat artikel ini ditulis berada pada deklinasi +9°00', asensio rekta 1h32m8s, rasi bintang Pises. Dengan kata lain, planet Uranus bisa diamati di langit atas kepala saat Matahari terbenam.

Posisi planet Uranus hari ini hingga beberapa bulan ke depan. Kredit:Stellarium
Hal ini sudah bisa membuktikan bahwa gambar "Uranus" di langit Jepang (yang tampaknya dipotret pada pagi hari karena Matahari masih belum tinggi), bukanlah Uranus.

Ditambah lagi, planet Uranus tidak bisa diamati dengan mata telanjang. Karena ia adalah planet ketujuh dari Matahari, Uranus pun tampak redup. Dalam astronomi, skala kecerahan yang dipakai dikenal dengan magnitudo. Semakin minus (negatif) nilai magnitudo, semakin terang sebuah benda langit.

Magnitudo juga dibagi dua, ada magnitudo semu dan magnitudo multak. Magnitudo semu adalah tingkat kecerahan benda langit yang dilihat oleh pengamat di Bumi, sementara magnitudo mutlak adalah ukuran tingkat kecerahan sesungguhnya, biasanya pada bintang. Dengan begitu, nilai magnitudo semu dan magnitudo mutlak suatu benda langit bisa berbeda.

Lalu berapa magnitudo Uranus? Untuk magnitudo semu (yang terlihat oleh pengamat di Bumi) adalah +5,7, sangat, sangat redup. Sebagai perbandingan, magnitudo semu Bulan adalah -12. Untuk magnitudo mutlaknya, Uranus bersinar di kecerahan -7,9. Namun, magnitudo mutlak tidak berpengaruh dengan kenampakannya di langit Bumi.

Ditambah lagi, jarak Uranus dan Bumi begitu jauh. Untuk mengetahui seberapa jauh Uranus dari Bumi, kita harus perhatikan fakta bahwa Bumi dan Uranus mengorbit Matahari. Ini berarti jarak antara keduanya bisa berubah tergantung pada posisi mereka yang relatif di tata surya.

Jarak terdekat yang bisa dicapai Uranus dari Bumi adalah 2,57 miliar kilometer. Jarak terdekat ini dicapai saat Matahari-Bumi-Uranus berada dalam segaris lurus. Lain lagi ketika Bumi dan Uranus terletak di sisi yang berlawanan dari Matahari, mereka akan berada pada titik paling jauh, yakni sekitar 3,15 miliar kilometer!

Dengan jarak sejauh itu, kenampakan Uranus sangalah kecil bila diamati tanpa bantuan teleskop besar, bagaikan titik saja di langit Bumi. Bila menggunakan teleskop, barulah Uranus bisa tampak lebih detail dan besar:

Kenampakan Uranus lewat teleskop. Kredit: Anthony Wesley
Dalam astronomi, ada juga yang dikenal sebagai "diameter sudut", adalah pengukuran sudut yang menggambarkan seberapa besar bola atau lingkaran yang tampak pada sebuah benda langit dari sudut pandang tertentu. Sebagai contoh, diameter sudut Bulan purnama adalah 30' (tiga puluh menit busur). 60 menit busur = 1 derajat, dengan begitu diameter sudut Bulan purnama adalah setengah derajat.

Lalu, berapa diameter sudut planet Uranus saat diamati dari Bumi? Pada jarak terdekatnya dengan Bumi, diameter sudut Uranus hanya 4" (empat detik busur). 1 detik busur adalah 1/60 menit busur, atau 1/3600 derajat. Dengan ukuran diameter sudut sekecil itu, Uranus menjadi "tak kasat mata" di langit Bumi. Butuh langit gelap gulita untuk mengamatinya, bukan langit yang terang seperti pada foto paling atas di artikel ini.

Sampai di sini, Anda mungkin sudah paham bagaimana kenampakan Uranus di langit Bumi yang sebenarnya.

Lalu, Bagaimana dengan Bulan?

Anda mungkin belum lupa, pada 4 Desember 2017 kemarin, kita baru saja melihat supermoon alias Bulan purnama super. Empat belas hari setelahnya, tepatnya pada 18 Desember 2017, Bulan masuk fase New Moon alias Bulan baru.

Fase-fase Bulan. Kredit: Wikimedia Commons
Fase Bulan baru terjadi ketika Matahari-Bulan-Bumi berada segaris lurus (karena kemiringan orbit Bulan sekitar 5 derajat, gerhana Matahari tidak terjadi). Dengan begitu, posisi Bulan di langit memang ada di dekat Matahari seperti pada "gambar Uranus di langit Jepang" di atas.

Tapi, saat fase Bulan baru, Bulan sama sekali tidak terlihat dari Bumi. Hal ini dikarenakan wajah Bulan yang terang (yang menghadap ke Matahari) sedang membelakangi Bumi. Tidak berwarna hijau kebiruan seperti pada gambar tadi.

Bahkan hari ini, 21 Desember 2017, Bulan sudah beranjak dari fase Bulan baru ke fase Bulan sabit muda. Pada saat Matahari terbenam sore nanti (sekitar pukul 18.05 WIB), Bulan akan berada di ketinggian 32° dari cakrawala barat. Anda bisa menyaksikan Bulan sabit di langit barat senja nanti hingga pukul delapan malam, bukan di langit pagi.

Bulan sabit senja ini, 21 Desember 2017. Kredit: Stellarium
Nah, itulah sedikit pencerahan yang bisa kami jabarkan untuk menjawab pertanyaan tentang objek apa yang dipotret di dekat Matahari pagi ini di Jepang. Kami turut berduka atas kepergian Jonghyun, tapi benda kehijauan pada gambar ini bukan planet Uranus, ataupun Bulan.


Sumber: Photography Life, NASA, Astronomy Notes.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com