Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

20 Peristiwa Langit Menarik di Tahun 2018

2018 di depan mata. Sudah tahukah Anda ada peristiwa langit apa saja tahun depan? Setidaknya, ada 20 peristiwa langit yang menarik. Simak ulasan lengkapnya di sini!
Kredit foto: Pexels.com, Ilustrasi: InfoAstronomy.org
Info Astronomy - 2018 di depan mata. Sudah tahukah Anda ada peristiwa langit apa saja tahun depan? Di artikel ini, saya telah merangkum dua puluh dari puluhan peristiwa langit yang siap diamati di tahun 2018. Penasaran kira-kira apa saja? Simak dulu, bookmark kemudian.

2 Januari 2018: Supermoon

Supermoon mulu, gak bosan apa, min? Ya, tahun 2018 akan dibuka dengan peristiwa supermoon, mirip seperti yang terjadi pada 3 Desember 2017 kemarin. Supermoon yang juga terjadi tepat saat Bulan purnama ini secara astronomis terjadi pukul 09.24 WIB.

Secara tradisional, Bulan purnama pertama tahun 2018 ini dikenal oleh suku asli Amerika Serikat sebagai Full Wolf Moon. Ia merupakan yang pertama dari dua supermoon yang terjadi untuk tahun 2018. Bulan nantinya akan terlihat sedikit lebih besar dan lebih terang dari biasanya.

3 Januari 2018: Hujan Meteor Quadrantid

Hujan meteor bersifat periodik, itu artinya selalu terjadi tiap tahun. Quadrantid selalu menjadi hujan meteor pembuka karena mencapai puncaknya beberapa hari setelah tahun baru. Hujan meteor ini memiliki intensitas sekitar 40 meteor per jam pada puncaknya, dengan catatan Anda mengamatinya di lokasi bebas polusi cahaya.

Hujan meteor ini berasal dari debris komet 2003 EH1 yang ditemukan pada tahun 2003. Anda bisa menyaksikan hujan meteor ini mulai malam tanggal 3 sampai dini hari 4 Januari. Tapi sayangnya, untuk tahun ini puncaknya berdekatan dengan Bulan purnama, sehingga mungkin akan menurunkan intensitasnya. Titik radian hujan meteor ini adalah di rasi bintang Bootes.

31 Januari 2018: Bulan Super Merah Biru

Waduh, Bulan super merah biru? Peristiwa macam apa ini? Begini, pada 31 Januari 2018, Bulan akan digerhanai oleh Bumi, sehingga pada puncak gerhana ia akan terlihat berwarna kemerahan. Peristiwa yang dikenal sebagai gerhana Bulan total ini bertepatan juga dengan supermoon kedua tahun 2018.

Lalu, apa maksudnya "biru"? Nah, sadarkah Anda bahwa Januari 2018 ini terjadi dua kali Bulan purnama? Purnama kedua dalam satu bulan kalender dijuluki sebagai "Bulan biru". Iya, ini hanya julukan saja, Bulan tidak akan benar-benar berwarna biru.

Infografik gerhana Bulan total 31 Januari 2018. Kredit: Fred Espenak
Gerhana Bulan total 31 Januari 2018 yang bisa diamati di seluruh Indonesia ini akan dimulai pada pukul 18.48 WIB. Pada fase ini, Bulan sudah tampak "tergigit". Fase gerhana Bulan total pun dimulai pada pukul 19.51 WIB. Lalu puncak gerhana Bulan total terjadi pukul 20.29 WIB. Hingga akhirnya fase gerhana total akan berakhir pada pukul 21.07 WIB. Gerhana pun akan berakhir pukul 22.11 WIB.

15 Februari 2018: Gerhana Matahari Parsial

Sebelum Anda bersiap untuk mengamati peristiwa yang satu ini, saya hanya ingin mengatakan bahwa gerhana Matahari parsial ini tidak teramati di Indonesia. Gerhana Matahari parsial sendiri terjadi saat Bulan hanya menutupi sebagian Matahari, terkadang menyerupai gigitan. Gerhana parsial ini hanya akan terlihat di Cile, Argentina, dan Antartika.

31 Maret 2018: Bulan Biru (Lagi)

Sama seperti pada 31 Januari 2018, Bulan biru hanya julukan. Maret 2018 akan terjadi dua kali Bulan purnama, yang mana yang kedua terjadi pada tanggal ini dan dijuluki sebagai Bulan biru.

22 April 2018: Hujan Meteor Lyrid

Setelah Quadrantid pada Januari, kita perlu menunggu tiga bulan untuk mengamati hujan meteor kedua. Bernama Lyrid, pada puncaknya akan ada 20 meteor per jam pada puncaknya. Hujan meteor yang berasal dari debris komet C/1861 G1 Thatcher ini bisa diamati pada malam tanggal 22 hingga pagi tanggal 23 April 2018. Titik radiannya adalah rasi bintang Lyra.

6 Mei 2018: Hujan Meteor Eta Akuarid

Menghasilkan hingga 60 meteor per jam pada puncaknya, hujan meteor Eta Akuarid bisa diamati mulai malam hari tanggal 6 sampai dini hari tanggal 7 Mei 2018. Hujan meteor ini berasal dari debris yang ditinggalkan oleh komet Halley. Sayangnya, hujan meteor yang bertitik radian di rasi bintang Akuarius ini akan bertepatan dengan fase Bulan cembung, sehingga cahaya Bulan bisa meredupkan meteor-meteor kecil yang lewat.

9 Mei 2018: Oposisi Jupiter

Istilah "Oposisi" bukan hanya milik politik. Dalam astronomi, oposisi memiliki makna berlawanan. Pada 9 Mei 2018, Jupiter akan berada di titik yang berlawanan dari Matahari. Dengan begitu, Matahari-Bumi-Jupiter berada dalam satu garis lurus, membuat Jupiter mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi (sekitar 664 juta kilometer).

Peristiwa ini merupakan saat terbaik untuk mengamati Jupiter. Sang planet akan terbit saat Matahari terbenam, sehingga terlihat sepanjang malam. Dalam pandangan mata, ia akan tampak bagai bintang kuning terang yang tidak berkelap-kelip. Gunakan teleskop untuk melihatnya lebih jelas.

Jupiter diamati lewat teleskop. Kredit: Fernando Roquel Torres

27 Juni 2018: Oposisi Saturnus

Setelah Jupiter, giliran Saturnus yang berada di titik oposisinya terhadap Matahari di langit Bumi pada 27 Juni 2018. Pada saat itu, nantinya Saturnus akan berada pada jarak sekitar 1,2 miliar kilometer. Walau Saturnus akan tampak lebih terang, kita masih butuh teleskop untuk bisa melihat cincinnya yang megah.

13 Juli 2018: Gerhana Matahari Parsial (Lagi)

Gerhana Matahari parsial terjadi lagi, dan tidak teramati di Indonesia lagi. Hanya Australia dan Antartika yang berkesempatan mengamati gerhana Matahari yang satu ini. Jadi bagi Anda yang ingin mengamatinya, silakan menabung untuk main ke Australia (mumpung dekat).

27 Juli 2018: Oposisi Mars

Planet Merah, karena berada di luar orbit Bumi, juga akan mengalami oposisi terhadap Matahari. Pada kesempatan ini, Mars akan berada pada jarak sekitar 55 juta kilometer dari Bumi. Membuatnya tampak lebih besar (tapi tidak sebesar Bulan purnama ya!) dan lebih terang dari biasanya. Inilah saat terbaik untuk mengamatiya.

28 Juli 2018: Gerhana Bulan Total (Lagi!)

Tak perlu sedih atau gundah gulana karena gerhana Matahari tidak teramati di Indonesia, sebab kita masih bisa menyaksikan gerhana Bulan total. Setelah 31 Januari 2018, pada tanggal ini gerhana Bulan bisa diamati lagi di Indonesia. Gerhana kedua dan terakhir tahun ini.

Infografik gerhana Bulan total 28 Juli 2018. Kredit: Fred Espenak
Kita bisa mulai mengamati gerhana Bulan total ini mulai pukul 00.14 WIB, saat Bulan purnama mulai memasuki bayangan penumbra Bumi. Selanjutnya gerhana parsial bisa diamati mulai pukul 01.24 WIB. Sekitar satu jam kemudian, atau tepatnya pukul 02.30 WIB, gerhana total akan dimulai.

Bulan akan sepenuhnya masuk bayangan umbra Bumi pada pukul 03.21 WIB, yang mana ini merupakan puncak gerhana total. Gerhana total akan terus berlangsung hingga pukul 04.31 WIB, menyisakan gerhana parsial yang akan berlangsung hingga 05.19 WIB. Durasi fase gerhana total ini akan mencapai 1 jam 43 menit.

28 Juli 2018: Hujan Meteor Delta Akuarid

Berbarengan dengan gerhana Bulan total, hujan meteor Delta Akuarid akan mencapai puncaknya. Walaupun cahaya Bulan akan mengurangi intensitas hujan meteor ini, tapi kemungkinan kita bisa melihat satu dua meteor saat pengamatan gerhana, seru sekali, bukan?

Diperkirakan akan ada 5-10 meteor per jam untuk tahun 2018 ini. Pengamatan bisa dilakukan mulai tengah malam sampai Matahari terbit.

11 Agustus 2018: Gerhana Matahari Parsial (Lagi!!)

Ya, terjadi tiga gerhana Matahari parsial tahun 2018 ini. Dan sayang seribu sayang, yang ketiga pun tidak bisa diamati di Indonesia. Gerhana parsial ini akan terlihat di bagian timur laut Kanada, Greenland, Eropa utara, dan Asia utara dan timur. Gerhana ini paling baik diamati di bagian utara Rusia yang akan mengamati Matahari tertutupi 68% oleh Bulan.

Dan Musim Hujan Meteor Dimulai!

Memasuki Agustus, itu artinya musim hujan meteor dimulai. SPOILER ALERT, Mulai Agustus sampai Desember 2018, peristiwa astronomi paling menarik untuk tahun ini adalah hujan meteor.

Hujan meteor Perseid 2017. Kredit: Brad Goldpaint

12 Agustus 2018: Hujan Meteor Perseid

Mengapa banyak sekali hujan meteor? Apakah ini tanda-tanda kiamat? Sepertinya bukan. Hujan meteor selalu terjadi pada tanggal yang sama setiap tahun. Kalau Anda berpikir banyak sekali hujan meteor, mungkin Anda baru mengenal peristiwa ini.

Perseids adalah salah satu hujan meteor terbaik yang bisa diamati, ia mampu menghasilkan hingga 60 meteor per jam pada puncaknya. Berasal dari debris komet Swift-Tuttle, hujan meteor ini bisa diamati mulai malam tanggal 12 hingga menjelang Matahari terbit tanggal 13 Agustus 2018. Titik radiannya adalah rasi bintang Perseus.

8 Oktober 2018: Hujan Meteor Drakonid

Berbeda dengan Perseid, Drakonid merupakan hujan meteor minor atau berintensitas kecil. Diperkirakan hanya ada sekitar 10 meteor per jam saat puncaknya. Hujan meteor yang berasal dari debu yang ditinggalkan oleh komet 21P Giacobini-Zinner ini bisa diamati mulai tengah malam sampai Matahari terbit.

Oh iya, 2018  akan menjadi tahun yang sangat baik untuk mengamati Drakonid karena tidak akan ada cahaya Bulan yang bisa merusak pertunjukan. Carilah lokasi pengamatan yang bebas polusi cahaya. Titik radian hujan meteor ini adalah rasi bintang Drako.

5 November 2018: Hujan Meteor Taurid

Taurids adalah hujan meteor minor yang puncaknya berdurasi panjang. Walau hanya mampu menghasilkan sekitar 5-10 meteor per jam, hujan meteor yang berasal dari asteroid 2004 TG10 ini bisa diamati mulai 7 September sampai 10 Desember, dengan puncaknya yang terjadi pada malam 5 November. Tentunya, titik radian hujan meteor ini adalah rasi bintang Taurus.

17 November 2018: Hujan Meteor Leonid

Terjadi di awal-awal musim hujan, hujan meteor Leonid tahun ini diperkirakan bakal menghasilkan hingga 15 meteor per jam pada puncaknya. Uniknya, hujan meteor ini memiliki siklus puncak setiap 33 tahun, di mana ratusan meteor per jam dapat terlihat.

Siklus terakhir Leonid terjadi pada tahun 2001, sehingga kita harus menunggu hingga tahun 2034 untuk melihat Leonid yang muncul ratusan meteor per jam lagi. Berasal dari debris komet Tempel-Tuttle, hujan meteor ini bisa diamati mulai malam tanggal 17 sampai dini hari tanggal 18 November 2018. Titik radiannya adalah rasi bintang Leo Si Singa.

13 Desember 2018: Hujan Meteor Geminid

Geminid akan menutup musim hujan meteor serta menutup 20 peristiwa langit paling menarik yang bisa diamati di sepanjang tahun 2018. Geminid adalah raja hujan meteor. Ia adalah hujan meteor terbaik karena mampu menghasilkan hingga 120 meteor berwarna-warni per jam pada puncaknya.

Berasal dari asteroid 3200 Phaethon, Anda bisa menyaksikan hujan meteor ini mulai malam tanggal 13 sampai pagi tanggal 14 Desember. Tahun 2018 ini, Bulan yang berada di fase perempat awal akan terbenam tak lama setelah tengah malam, sehingga prospek pengamatan sangat baik tahun ini. Meteor-meteor akan memancar dari rasi bintang Gemini.

Saatnya Bookmark!

Silakan bookmark halaman ini sebagai pengingat Anda. Itulah 20 peristiwa langit menarik yang bisa kita saksikan di tahun 2018. Untuk menunjang pengamatan Anda, silakan unduh salah satu dari 5 rekomendasi aplikasi peta langit di tautan ini, dan jangan lupa beli teleskop yang sudah kami rekomendasikan di tautan ini.

Selamat menyambut peristiwa langit di tahun yang baru.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com