Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Ketika Dua Galaksi Masif di Alam Semesta Awal Bertabrakan

Tabrakan antargalaksi merupakan hal yang umum terjadi di alam semesta. Namun ternyata, peristiwa kosmis semacam ini telah terjadi sejak awal-awal terciptanya alam semesta. Sebab baru-baru ini, dua galaksi masif di alam semesta awal teramati sedang bertabrakan.
Gambar komposit dari ADFS-27. Kredit: NRAO/AUI/NSF, ESA Herschel; ESO APEX; ALMA; D. Riechers
Info Astronomy - Tabrakan antargalaksi merupakan hal yang umum terjadi di alam semesta. Namun ternyata, peristiwa kosmis semacam ini telah terjadi sejak awal-awal terciptanya alam semesta. Sebab baru-baru ini, dua galaksi masif di alam semesta awal teramati sedang bertabrakan.

Pengamatan yang dilakukan dengan teleskop radio Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) di Cile ini telah menemukan pertemuan dekat yang sebelumnya tidak pernah terlihat antara dua galaksi yang menakjubkan dan spektakuler di alam semesta awal.

Kedua galaksi tersebut diketahui merupakan jenis galaksi spiral pembentuk bintang aktif. Dengan begitu, ini mungkin merupakan salah satu contoh paling ekstrem dari tabrakan dua galaksi pembentuk formasi bintang aktif yang pernah diobservasi.

Duo galaksi masif ini secara kolektif dikenal sebagai ADFS-27. Mereka berhasil diamati oleh para astronom tepat pada saat mereka memulai proses penggabungan untuk menjadi satu galaksi elips masif tunggal.

Tabrakan dan penggabungan antara keduanya memicu semburan pembentukan bintang yang menakjubkan. Para astronom menduga bahwa penggabungan ini pada akhirnya bisa membentuk miliaran bintang baru untuk galaksi tersebut.

"Menemukan satu galaksi pembentuk bintang aktif saja sudah sangat luar biasa, apa lagi menemukan dua galaksi langka seperti ini yang rupanya sedang mengalami tabrakan. Ini benar-benar mengejutkan," kata Dominik Riechers, astronom di Universitas Cornell, New York, AS, ia merupakan seorang pemimpin utama studi ini, yang diterbitkan di Astrophysical Journal.

"Mengingat jarak ekstrem mereka dari Bumi dan aktivitas pembentukan bintang yang hingar-bingar di dalam masing-masing galaksi, mungkin inilah momen untuk pertama kalinya kita bisa menyaksikan penggabungan galaksi paling jauh dan paling ekstrem yang diketahui sampai sekarang."

Galaksi ADFS-27 terletak sekitar 12,7 miliar tahun cahaya dari Bumi di arah rasi bintang Dorado. Pada jarak ini, itu artinya para astronom melihat tabrakan galaksi yang terjadi saat alam semesta baru berusia sekitar satu miliar tahun pasca-Big Bang.

Ilustrasi tabrakan galaksi ADFS-27. Kredit: NRAO/AUI/NSF
Riechers dan rekan-rekannya pertama kali mendeteksi tabrakan galaksi ini melalui Observatorium Antariksa Herschel milik European Space Agency (ESA). ADFS-27, saat pengamatan awal, muncul sebagai satu titik merah. Pengamatan awal ini menunjukkan bahwa objek yang tampaknya samar sebenarnya sangat terang dan sangat jauh.

Lantas, para astronom ini pun belum puas dengan pengamatan awal mereka. Pengamatan lanjutan dengan teleskop Atacama Pathfinder EXperiment (APEX) akhirnya dapat mengonfirmasi pengamatan awal tadi dan membuka jalan bagi pengamatan ALMA yang lebih rinci.

Dengan resolusi yang lebih tinggi dan sensitivitas yang lebih besar, ALMA sukses mengukur jarak ke objek ini dan mengungkapkan bahwa sebenarnya ada dua galaksi yang berbeda. Menurut para astronom, ini merupakan tabrakan galaksi langka yang berada di dalam wilayah alam semesta yang masih sangat padat pada periode itu.

Observasi ALMA yang baru juga menunjukkan bahwa sistem ADFS-27 memiliki sekitar 50 kali jumlah gas pembentuk bintang dibandingkan dengan yang dimiliki galaksi Bimasakti kita. "Sebagian besar gas ini akan diubah menjadi bintang baru dengan sangat cepat," kata Riechers. "Pengamatan kami saat ini menunjukkan bahwa kedua galaksi ini memang menghasilkan bintang dengan kecepatan tinggi, sekitar seribu kali lebih cepat dari galaksi kita."

ALMA memang dirancang khusus untuk mendeteksi dan mempelajari cahaya dari objek-objek seperti ini, yang memungkinkan para astronom meneliti satu sumber cahaya yang rupanya merupakan dua objek yang berbeda. Pengamatan juga menunjukkan struktur dasar galaksi, menunjukkan ciri seperti ekor yang terputus saat tabrakan awal mereka terjadi.

Pengamatan ini juga menunjukkan bahwa kedua galaksi tersebut berjarak masing-masing sekitar 30.000 tahun cahaya, bergerak saling mendekat kira-kira seratus kilometer per detik relatif satu sama lain. Saat mereka terus berinteraksi secara gravitasi, setiap galaksi ini pada akhirnya akan melambat dan jatuh ke arah yang lain, bergabung menjadi satu galaksi elips yang masif. Para astronom mengharapkan proses ini memakan waktu beberapa ratus juta tahun.

Walaupun alam semesta mengembang, galaksi-galaksi tetap bisa saling bertabrakan bila keduanya berada sangat dekat satu sama lain. Seperti permainan "tarik tambang gravitasi", maka gravitasi dari kedua galaksi lah yang menang melawan gaya pengembangan alam semesta yang mencoba memisahkan mereka.

Galaksi kita Bimasakti pun diperkirakan akan bertabrakan dengan galaksi Andromeda yang saat ini sedang mendekati galaksi kita dengan kecepatan sekitar 110 kilometer per detik. Tabrakan kedua galaksi ini diperkirakan baru akan terjadi dalam 4 sampai 5 miliar tahun lagi.


Sumber: Astrophysical Journal, ArXiv.org.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com