Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Menanti Akhir Misi Wahana Antariksa Cassini

Wahana antariksa Cassini telah hampir berada di ujung misinya. Sekitar sebulan lagi, atau tepatnya pada 15 September 2017, wahana antariksa tanpa awak tersebut bakal mengakhiri misi setelah hampir 13 tahun mengorbit Saturnus.
Ilustrasi wahana antariksa Cassini yang siap terjun ke atmosfer Saturnus. Kredit: NASA/JPL-Caltech
Info Astronomy - Wahana antariksa Cassini telah hampir berada di ujung misinya. Sekitar sebulan lagi, atau tepatnya pada 15 September 2017, wahana antariksa tanpa awak tersebut bakal mengakhiri misi setelah hampir 13 tahun mengorbit Saturnus.

Wahana antariksa bertenaga plutonium tersebut kini berada semakin dekat dengan Saturnus. Cassini biasanya menggunakan roda gyro untuk mengendalikan orientasinya dengan pergeseran momentum, namun para ilmuwan yang mengendalikan Cassini kini tidak yakin bahwa rodanya cukup kuat untuk melawan gaya aerodinamis saat Cassini melintas dekat atmosfer terluar Saturnus.

Pada Senin, 14 Agustus 2017 kemarin, Cassini mengirimkan sinyal radio yang mengonfirmasikan bahwa ia telah berhasil melakukan terbang lintas dekat pertama dari lima terbang lintas yang direncanakan sebelum akhirnya terjun bebas ke dalam Saturnus.

Wahana antariksa tersebut akan melayang pada ketinggian kurang dari 1.770 kilometer di atas puncak awan teratas Saturnus pada masing-masing lima terbang lintas dekat terakhirnya, lalu berputar melampaui cincin untuk membuat putaran berbentuk telur berturut-turut di sekitar planet ini hingga ia masuk ke dalam Saturnus lalu akhirnya hancur.

Terbuat dari hidrogen dan helium, atmosfer Saturnus tampak berwarna keemasan, sementara inti planet raksasa gas ini diyakini terbuat dari batuan dan es padat. Dengan semakin mendekatnya Cassini ke Saturnus, wahana antariksa ini akan melakukan pengukuran gravitasi dan medan magnet Saturnus, data yang nantinya dapat membuat perkiraan ukuran inti planet tersebut.

Cassini memotret gambar ini pada 12 Agustus 2017. Kredit: NASA/JPL-Caltech

Mengapa Misi Cassini Disudahi?

Diluncurkan pada tahun 1997, wahana antariksa Cassini meluncur bersama dengan wahana antariksa Huygens. Misi Cassini-Huygens pun dimulai ketika keduanya akhirnya tiba di orbit Saturnus pada tahun 2004 silam.

Sesampainya di orbit Saturnus, Cassini dan Huygens berbagi tugas. Sementara Cassini tetap mengorbit Saturnus, wahana antariksa Huygens ditugaskan untuk mendarat di satelit alami terbesar milik Saturnus yang bernama Titan. Pendaratan tersebut dilakukan setahun setelahnya, tepatnya pada 14 Januari 2005 pukul 18:38 WIB.

Dalam misinya, wahana antariksa Huygens sukses menembus atmosfer berkabut Titan. Hal tersebut membuat Huygens menjadi wahana antariksa buatan manusia pertama dan satu-satunya yang mendarat di alam yang sangat jauh dari Bumi.

Huygens dinyatakan mati ketika para astronom di European Space Agency berpendapat bahwa wahana antariksa nirawak tersebut mendarat di atas permukaan yang keras. Huygens, melalui data transmisinya, sempat terjerembab dan menimbulkan lubang sekitar 12 cm di tanah Titan untuk kemudian memantul ke permukaan yang lebih keras.

Matinya Huygens sangat membuat para astronom kecewa kala itu. Sehingga Cassini yang masih berada di orbit Saturnus benar-benar dimanfaatkan dengan baik untuk penelitian mereka. Sampai pada akhirnya, sejak tahun 2016 silam, pihak NASA pun menyatakan Cassini telah kehabisan bahan bakarnya.

Kehabisan bahan bakar membuat Cassini tidak bisa lagi dioperasikan maksimal. Dengan begitu, Cassini akan melakukan misi bunuh diri. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab Cassini dipercaya berisiko membawa mikroba dari Bumi yang bisa merusak ekosistem satelit-satelit alami Saturnus yang berpotensi laik huni. Maka dari itu, ia harus "dimatikan" dengan cara ditabrakan ke Saturnus.

Misi Cassini dijadwalkan akan usai pada 15 September 2017 mendatang. Misi yang sangat berjasa bagi umat manusia dalam meneliti Saturnus dan satelit-satelit alaminya. Sekadar informasi tambahan, nama kedua wahana antariksa ini terinspirasi dari dua astronom asal Eropa, yakni Giovanni Domenico Cassini dari Italia dan Christiaan Huygens dari Belanda.

Selamat tinggal, Cassini!


Sumber: AstronomyNow.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.