Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Mengapa Cincin Planet Saturnus Tampak Rata?

Saat mengamati planet Saturnus melalui teleskop, kita akan menemukan bahwa Saturnus memiliki cincin yang megah. Tapi, tahukah Anda mengapa cincin Saturnus rata? Mengapa puing-puing material cincin Saturnus tidak tersebar secara acak ke seluruh planet tersebut?
Planet Saturnus. Kredit: NASA/JPL-Caltech
Info Astronomy - Saat mengamati planet Saturnus melalui teleskop, kita akan menemukan bahwa Saturnus memiliki cincin yang megah. Tapi, tahukah Anda mengapa cincin Saturnus rata? Mengapa puing-puing material cincin Saturnus tidak tersebar secara acak ke seluruh planet tersebut?

Itu adalah pertanyaan yang bagus, dan kunci dari jawabannya adalah seluruh sistem dan benda di alam semesta ini berputar. Cincin Saturnus sendiri bukan merupakan objek solid, melainkan terdiri dari miliaran partikel batuan dan es yang mengorbit atau mengitari planet Saturnus.

Cincin Saturnus sendiri tidak dianggap sebagai hasil tabrakan antara dua benda. Sebaliknya, mereka mungkin adalah hasil dari objek yang hancur karena berada terlalu dekat dengan Saturnus. Saat objek-objek seperti asteroid terlalu dekat dengan objek bergravitasi besar seperti Jupiter atau Saturnus, mereka bisa terkoyak oleh kekuatan gravitasi.

Tapi, mari kita abaikan dulu tentang bagaimana cincin terbentuk (yang saat ini masih diperdebatkan) dan anggap saja pada awalnya ada banyak partikel pembentuk cincin Saturnus yang mengorbit ke segala arah. Namun, sebagian besar partikel tersebut mengorbit dalam satu arah yang sama (dalam kasus cincin planet, gerak orbitnya berlawanan arah jarum jam jika dilihat dari kutub utara).

Sementara itu, sisa partikel lainnya mengorbit ke arah yang lain (yang kita sebut retrograde atau searah jarum jam). Partikel-partikel retrograde ini diketahui bergerak lebih cepat dibandingkan partikel yang melawan arah jarum jam.

Jadi, antara dua gerombolan partikel yang mengorbit berlawanan arah ini mengalami peristiwa tabrakan satu sama lain. Hal itu membuat partikel-partikel retrograde tadi akan berbalik atau akan hancur akibat ditabrak objek-objek yang bergerak melawan arah jarum jam yang jumlahnya lebih banyak. Dengan begitu, akan ada lebih sedikit partikel retrograde seiring berjalannya waktu.

Peristiwa saling tabrak ini berlangsung puluhan juta tahun hingga akhirnya seluruh partikel cincin yang mengorbit Saturnus bergerak berlawanan arah jarum jam semua bila diamati dari kutub utaranya. Nah, karena partikel-partikel ini mengorbit Saturnus, maka lambat laun mereka akan berada di tengah-tengah perpotongan titik pusat massanya.

Dengan kata lain, hal ini membuat seluruh partikel cincin yang ada akan berada pada tengah pertemuan titik massa planet Saturnus (yakni area di atas ekuator). Partikel-partikel yang membentuk cincin pun akan bertumpuk, itulah sebabnya mengapa cincin Saturnus ini sangat tipis atau rata.

Cincin Saturnus sangat tipis. Cincin utama Saturnus bahkan diketahui hanya memiliki ketebalan sekitar 10 meter saja. Ya, meter, bukan kilometer!

Karena jumlah partikel cincin Saturnus yang jumlahnya miliaran, maka walaupun tipis, cincin itu terlihat sangat padat. Selain kepadatannya, cincin Saturnus terlihat jelas karena partikel es yang ada memantulkan sinar Matahari. Dalam hal ini partikel es tadi berfungsi sebagai prisma yang merefleksikan sinar Matahari.

Hal itu pula yang membuat hanya cincin Saturnus saja yang tampak terang, sementara cincin-cincin yang dimiliki planet-planet raksasa lain seperti Jupiter, Uranus, dan Neptunus terlalu redup karena tidak baik dalam memantulkan sinar Matahari yang diterimanya.


Sumber: Cornell University, HubbleSite.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.