Saran pencarian

Misi Cassini yang Siap Diakhiri

Wahana antariksa Cassini milik NASA bakal mendekati Titan, satelit alami terbesar milik Saturnus, pada hari Sabtu (29/4). Ia bakal memanfaatkan gravitasi Titan untuk bermanuver ke lintasan orbit di antara atmosfer hidrogen-helium Saturnus dengan cincinnya sebelum akhirnya diterjunkan ke dalam Saturnus.
Hanya ilustrasi. Kredit: NASA/JPL-Caltech
Info Astronomy - Wahana antariksa Cassini milik NASA bakal mendekati Titan, satelit alami terbesar milik Saturnus, pada hari Sabtu (29/4). Ia bakal memanfaatkan gravitasi Titan untuk bermanuver ke lintasan orbit di antara atmosfer hidrogen-helium Saturnus dengan cincinnya sebelum akhirnya diterjunkan ke dalam Saturnus.

Misi ini bakal menutup sebuah era penelitian Cassini yang telah memberikan para ilmuwan segala informasi mengenai Saturnus dan satelit-satelit alaminya, terutama Titan dan Enseladus. Cassini diperkirakan bakal melayang di ketinggian 979 kilometer di atas Titan pada pukul 13.08 WIB pada 29 April 2017 ini.

Di pertemuan terakhir antara Cassini dengan Titan, para astronom akan memanfaatkan momentum tersebut utnuk mengumpulkan data-data terakhir dari Titan dan membuat orbit baru bagi Cassini menuju cincin-cincin Saturnus.

Lintas dekat Cassini dengan Titan Sabtu ini menjadi yang terakhir bagi para astronom untuk dapat melakukan pengamatan rinci terhadap Titan setidaknya selama satu dekade terakhir. Sensor ilmiah Cassini direncanakan akan mengumpulkan informasi tentang danau dan lautan di Titan, mempelajari atmosfernya, menyelidiki interaksi antara ionosfer Titan dan medan magnet Saturnus, serta mengambil serangkaian gambar.

Para astronom di NASA akan menghabiskan beberapa minggu hingga bulan ke depan untuk menganalisis data dari lintas dekat Cassini dengan Titan pada hari Sabtu ini, yang mana datanya akan dikirim dari Cassini yang lintas dekat Titan dengan kecepatan relatif sekitar 21.000 kilometer per jam.

Sebelum Cassini tiba di Saturnus pada tahun 2004, para ilmuwan tidak banyak tahu tentang Titan. Permukaan satelit alami tersebut awalnya tersembunyi di bawah atmosfir oranye yang kaya akan nitrogen, membuat wahana antariksa Voyager tidak dapat melihatnya ketika terbang lintas dekat Titan pada tahun 1980 dan 1981.

Titan yang tertutup atmosfer Nitrogen. Kredit: NASA/JPL-Caltech
Lebih dari satu dekade terakhir, wahana antariksa Cassini telah melakukan eksplorasi Titan sejak saat ia tiba di orbit sekitar Saturnus pada tanggal 1 Juli 2004. Wahana antariksa bertenaga plutonium tersebut bahkan telah melakukan 127 kali terbang lintas dekat Titan, mengintip melalui awan nitrogen Titan dengan radar untuk memindai lansekapnya, menemukan lautannya, dan mendeteksi danau hingga sungai metana cair dan etana.

Para astronom juga mengatakan bahwa gambar radar Titan dari Cassini, yang dihasilkan oleh sinar radar yang memantul di permukaan Titan, membantu membuat peta topografi seperempat wilayah Titan, mengungkapkan adanya sistem sungai yang kompleks dan lembah yang dipenuhi cairan dari hasil curah hujan. Ada pula pegunungan, kawah, dan bukit pasir yang mirip seperti yang ada di Bumi

Suhu permukaan Titan cukup dingin, diketahui sekitar minus 180 derajat celcius. Suhu yang terlalu dingin untuk air dalam bentuk cair dapat eksis. Tapi Titan, yang merupakan satu-satunya satelit alami di Tata Surya dengan atmosfer padat, mengalami siklus siang-malam dan musim yang sangat mirip dengan Bumi, dengan fluktuasi curah hujan, pola awan, dan suhu.

Sehari di Titan berlangsung sekitar 16 hari Bumi, yang mana angka tersebut juga merupakan periode waktu yang sama bagi Titan untuk menyelesaikan satu orbit mengelilingi Saturnus. Dengan kata lain, Titan terkunci gravitasi oleh planet induknya, yang membuat hanya satu wajah Titan saja yang selalu menghadap ke Saturnus.

Wahana antariksa Cassini, meski dinyatakan sehat, saat ini ia sedang sekarat karena hampir kehabisan bahan bakarnya. Itu berarti tidak lama lagi para astronom di Bumi dapat mengontrol Cassini. Jika bahan bakar habis, maka sistem kontrol tidak akan bekerja.

Setelah misi Cassini diakhir, belum ada lagi misi ke Saturnus yang direncanakan oleh NASA ataupun lembaga antariksa lainnya, walaupun sekelompok ilmuwan telah mengajukan proposal pekan ini untuk mengirimkan sebuah wahana antariksa yang dapat diluncurkan pada pertengahan 2020-an untuk mengeksplorasi Titan dan Enseladus.

Terbang lintas dekat dengan Titan pada Sabtu ini akan membuat Cassini mencapai takdirnya, membuat wahana antariksa tanpa awak tersebut secara alami akan jatuh ke Saturnus pada 15 September 2017 mendatang.

Selamat tinggal, Cassini!


Sumber: NASA, Earthsky.org.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.