Saran pencarian

Alam Semesta Paralel: Fakta atau Fiksi?

Ada sebuah gagasan yang mengatakan bahwa mungkin ada alam semesta lain selain alam semesta kita sendiri, di mana apapun pilihan yang Anda buat dan lakukan dalam hidup di Bumi ini juga terjadi oleh diri Anda yang lain di alam semesta alternatif. Benarkah demikian? Adakah bukti-buktinya?
Ilustrasi. Kredit: Pexels
Info Astronomy - Ada sebuah gagasan yang mengatakan bahwa mungkin ada alam semesta lain selain alam semesta kita sendiri, di mana apapun pilihan yang Anda buat dan lakukan dalam hidup di Bumi ini juga terjadi oleh diri Anda yang lain di alam semesta alternatif. Benarkah demikian? Adakah bukti-buktinya?

Konsep ini dikenal sebagai "alam semesta paralel," dan merupakan aspek dari teori astronomi yang disebut multiverse. Dan sebenarnya, ada cukup sedikit bukti untuk multiverse. Salah satunya, multiverse ini berguna untuk memahami bagaimana alam semesta kita tercipta.

Alam Semesta Paralel

Secara sederhana, Isaac Newton dapat menjelaskan mengapa planet-planet dapat memutari orbitnya dengan stabil. Seperti mengapa Bumi memutari Matahari, yaitu karena ada gaya tarik Matahari terhadap Bumi (gaya sentripetal). Karena gerak Bumi memutar (sistem tidak inersial), timbul gaya yang arahnya menjauhi Matahari (gaya sentrifugal), sehingga orbit Bumi stabil.

Pada tahun 1915, beberapa abad setelah Newton, Albert Einstein mengemukakan teori baru untuk memodifikasi teori yang telah ada. Dia memformulasikan teorinya, yang kemudian dikenal sebagai Teori Relativitas Umum bahwa bentuk alam semesta sebanding dengan besarnya rapat materi yang ada di jagad raya. Teori ini sangat revolusioner, yang mengubah pandangan orang tentang konsep gaya yang diusulkan Newton.

Sebagai akibat sebandingnya materi dan bentuk alam semesta, maka di sekitar benda yang masif seperti Matahari (bintang yang paling dekat dalam sistem Tata Surya kita), ruang-waktunya melengkung. Hal ini memengaruhi orbit planet dalam Tata Surya. Jadi, orbit Bumi yang berputar mengelilingi Matahari bukan karena faktor gaya seperti pada konsep Newton di atas, tetapi karena menelusuri lengkungan ruang-waktu.

Solusi menarik lainnya adalah, dengan menggunakan koordinat Kruskal, dapat "dipetakan" kehadiran alam semesta lain yang dikenal dengan alam semesta paralel ini. Pada saat itu, tidak terlalu digubris solusi ini, karena secara fenomenologis belum pernah diamati, sehingga "dibuang" begitu saja.

Tetapi, pada perkembangan akhir-akhir ini, dengan kehadiran teori superstring, teori branes, dan dimensi ekstra, orang mulai menggali lagi kehadiran alam semesta paralel, sehingga jika solusi ini ada, berarti alam semesta yang kita tempati tidaklah tunggal, tetapi ada "kembarannya".

Multiverse

Kita mungkin sering bertanya: "Apakah ada makhluk cerdas serupa kita yang tinggal di planet lain, di galaksi yang sama ataupun berbeda. Bahkan, bila mungkin, di alam semesta yang lain?" Sebagai makhluk, kita ternyata sangat kecil dibandingkan alam semesta, meski kesadaran kita menjangkau jauh seluas semesta. Masihkah kita membanggakan diri sebagai satu-satunya spesies cerdas di alam semesta?

Dalam tahun-tahun terakhir ini, penemuan dalam fisika dan kosmologi telah membawa ilmuwan untuk sampai kepada pandangan bahwa semesta kita boleh jadi hanya salah satu di antara banyak semesta. Sehingga semesta ini lebih merupakan mutilverse, bukan universe.

Menurut fisikawan Brian Greene, dalam The Hidden Reality: Parallel Universes and the Deep Laws of the Cosmos, proposal mengenai semesta paralel muncul dari teori-teori yang dikembangkan untuk menjelaskan hasil observasi yang paling halus pada tingkat partikel subatomik maupun kedalaman angkasa luas yang gelap.

Multiverse merupakan lautan teramat luas yang menampung gelembung-gelembung universe, yang salah satunya semesta kita. Berapa banyak alam yang tersembunyi di dalamnya, itu masih misteri.

Dalam bukunya, Parallel World: A Journey through Creation, Higher Dimensions, and the Future of the Cosmos, fisikawan Michio Kaku mengeksplorasi gagasan lubang hitam, mesin waktu, ruang multidimensi, dan kemungkinan adanya semesta paralel.

Michio Kaku mengajak kita mengenal teori mutakhir fisika yang berpandangan bahwa semesta kita boleh jadi hanya salah satu dari semesta yang amat banyak, ibarat gelembung-gelembung singuler yang mengapung di lautan semesta tak terbatas.

Lalu, apa yang dimaksud dengan semesta (universe)? Definisi kita tentang "universe" telah berubah sejak penemuan teleskop yang pertama kali dan kita mulai menyadari bahwa Bumi bukanlah totalitas eksistensi kita.

Bahkan, semesta jauh lebih besar dari apa yang mampu kita lihat dengan teleskop. Semakin jauh perjalanan cahaya yang sampai kepada kita, semakin luas semesta, dan definisi kita tentang semesta pun berubah.

Tidak semua fisikawan benar-benar memercayai bahwa semesta paralel itu ada. Namun, Prof. Howard Wisemen berusaha membuktikan bahwa alam semesta paralel itu benar-benar ada dan bahkan mereka berinteraksi satu sama lain.

Dalam karya ilmiah yang diterbitkan di jurnal Physical Review X, Wiseman bersama Dr. Michael Hall dari Centre for Quantum Dynamics, Universitas Griffith, dan Dr. Dirk-Andre Deckent dari Universitas California menyebutkan bahwa semesta paralel ini bukan fiksi sains, tapi hard science.

Semesta-semesta ini saling berinteraksi, dan bukan berkembang sendiri-sendiri. Alam semesta yang satu memengaruhi alam semesta yang lain. Interaksi ini, kata Wiseman, dapat menjelaskan apa yang selama ini dianggap sebagai keanehan dalam mekanika kuantum.

Semesta yang kita alami ini, kata Wiseman dan sejawatnya, hanyalah salah satu dari dunia yang jumlahnya amat-sangat-banyak. Sebagian identik dengan semesta kita, namun kebanyakan sangat berbeda. Dunia ini benar-benar nyata.

Di tengah keraguan dan perdebatan yang belum berujung, orang bertanya, bagaimana membuktikan bahwa kita hidup di multiverse? Saat ini, para ilmuwan berpacu untuk menemukan cara menguji gagasan ini, termasuk mencari tanda-tanda di langit perihal adanya semesta lain. Tapi, semesta kita inipun sesungguhnya sudah cukup untuk membuat kita merasa kecil.


Sumber: LiveScience, Scientific American, Smithsonian Magazine.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.