Cahaya utara di langit Laplandia, Finlandia. Kredit: Alexander Kuznetsov |
Aurora adalah fenomena alam yang menyerupai pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh Matahari (angin surya).
Di Bumi kita, aurora terjadi di daerah di sekitar kutub Utara dan kutub Selatan magnetiknya. Aurora yang terjadi di daerah sebelah Utara dikenal dengan nama Aurora Borealis (ɔˈɹɔɹə bɔɹiˈælɪs/), yang dinamai bersempena Dewi Fajar Romawi, Aurora, dan nama Yunani untuk angin utara, Boreas.
Ini karena di Eropa, aurora sering terlihat kemerah-merahan di ufuk utara seolah-olah Matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora borealis selalu terjadi di antara Maret dan April serta September dan Oktober. Sementara fenomena aurora di kutub Selatan dikenal dengan Aurora Australis, mempunyai sifat-sifat yang serupa. Tapi kadang-kadang aurora australis muncul di puncak gunung di iklim tropis.
Aurora australis di langit Christchurch, Selandia Baru. Kredit: Paul Wilson |
Penyebab aurora sendiri adalah atom-atom dan molekul dari angin surya yang bersatu dan bertumpuk di udara. Ketika membentur ionosfer, partikel tersebut terhisap oleh medan magnet Bumi di sekitar kutub utara dan selatan. Aurora akan terlihat pada malam hari dan cahayanya terlihat "turun." Lalu akan muncul pita-pita cahaya yang melengkung di atasnya, sehingga memunculkan cahaya yang terang benderang.
Karena aurora merupakan peristiwa yang terjadi akibat interaksi antara medan magnet Bumi dengan angin surya, maka aurora hanya terjadi di sekitar kutub Bumi saja. Untuk wilayah ekuator, aurora jarang bahkan tidak pernah muncul. Termasuk di Indonesia.