Saran pencarian

Jepang Luncurkan Observatorium Sinar-X Antariksa untuk Pelajari Lubang Hitam

Peneliti Lubang hitam, peneliti gugus galaksi, dan peneliti sinar-X kini bisa lebih bersemangat. Pada Rabu (17/2) sekitar pukul 15:45 WIB, Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) telah meluncurkan satelit keenam mereka yang didedikasikan untuk astronomi sinar-X, bernama ASTRO-H, dari Tanegashima Space Center di Kagoshima, Jepang.
Peluncuran ASTRO-H. Kredit: JAXA
Info Astronomy - Peneliti Lubang hitam, peneliti gugus galaksi, dan peneliti sinar-X kini bisa lebih bersemangat. Pada Rabu (17/2) sekitar pukul 15:45 WIB, Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) telah meluncurkan satelit keenam mereka yang didedikasikan untuk astronomi sinar-X, bernama ASTRO-H, dari Tanegashima Space Center di Kagoshima, Jepang.

Satelit yang merupakan observatorium antariksa ini juga membawa instrumen dan dua cermin teleskop yang dirancang bangun di NASA Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Maryland. Observatorium ASTRO-H diharapkan dapat memberikan terobosan ilmu pengetahun dalam berbagai macam fenomena energi tinggi di luar angkasa, mulai dari Lubang Hitam hingga gugus galaksi yang luas.

ASTRO-H dilengkapi dengan empat instrumen canggih yang mampu mempelajari berbagai jenis energi di alam semesta, dari energi yang rendah atau "lembut," yakni sinar-X sekitar 300 volt elektron (eV), hingga sinar gamma 600.000 eV. Sebagai perbandingan, energi dari cahaya tampak meliputi sekitar 2 sampai 3 eV saja.

"Kita dapat melihat sinar-X dari benda atau obyek apapun di seluruh alam semesta dengan ASTRO-H, walaupun energi yang dikeluarkan cukup tinggi," kata Robert Petre, kepala Laboratorium Astrofisika Sinar-X di NASA dan ilmuwan proyek AS untuk ASTRO-H.

Instrumen penelitian pada ASTRO-H. Kredit: JAXA, NASA Goddard
"Energi ini muncul dalam berbagai peristiwa di alam semesta, termasuk ledakan bintang, medan magnet yang ekstrim, atau gravitasi yang kuat. Melalui ASTRO-H, kita dapat mempelajari berbagai peristiwa alam semesta tersebut dengan sinar-X, yang tidak dapat dipelajari jika menggunakan instrumen panjang gelombang lain," tambahnya.

ASTRO-H mampu mengamati sumber sinar-X, seperti gugus galaksi dan bintang neutron, 10 kali lebih redup dari pendahulunya, Suzaku, yang beroperasi dari tahun 2005 hingga 2015. Kemampuan mumpuni ASTRO-H ini kabarnya datang dari sebuah alat bernama Soft X-Ray Spectrometer (SXS) yang dilengkapi dengan microcalorimeter.

Dengan instrumen tersebut, ASTRO-H seperti disebutkan di atas mampu mendeteksi gelombang sinar-X dari fenomena Lubang Hitam dan gugus galaksi berdasar ukuran dan perbedaan warna. "Teknologi yang digunakan dalam SXS merupakan terobosan paling signifikan di mana nantinya perangkat dapat membedakan puluhan ribu warna sinar-X saat menangkap gambar yang tajam pada saat yang bersamaan," ujar Caroline Kilbourne, anggota tim perancang SXS.

ASTRO- dikembangkan oleh Institute of Space and Astronautical Science, sebuah divisi dari JAXA. Observatorium antariksa ini dibangun bersama oleh sebuah kolaborasi internasional yang dipimpin oleh JAXA, dengan kontribusi dari NASA Goddard dan lembaga lain di Jepang, Kanada dan Eropa.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.