Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

LAPAN: Gerhana Matahari Total Bukan Pertanda Kiamat

Waspada penyebaran berita menyesatkan. Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Prof Dr Thomas Djamaluddin menyatakan Gerhana Matahari bukan sebuah tanda kiamat, tetapi murni fenomena alam yang bisa dikaji secara ilmiah.
Gerhana Matahari di Bali, 2013. Kredit: Malik Nur Hakim
Info Astronomy - Waspada penyebaran berita menyesatkan. Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Prof Dr Thomas Djamaluddin menyatakan Gerhana Matahari bukan sebuah tanda kiamat, tetapi murni fenomena alam yang bisa dikaji secara ilmiah.

"Gerhana Matahari Total itu adalah fenomena alam, bukan tanda kiamat sudah dekat dan bahkan fenomena alam seperti ini juga disebutkan dalam Al-Qur'an," kata Thomas Djamaluddin di Pangkalanbaru, seperti dikutip dari Republika.co.id.

Thomas mengemukakan itu untuk menjawab pertanyaan peserta seminar Gerhana Matahari Total di salah satu hotel berbintang di Kecamatan Pangkalbaru beberapa waktu yang lalu yang menanyakan apakah fenomena alam itu bertanda Bumi sudah tua dan kiamat sudah dekat.

"Kalau umur Bumi sekarang 4,5 miliar tahun, ini tergolong muda dari planet lain dan tidak ada hubungan atau keterkaitan dengan kiamat sudah dekat," ujar Thomas.

Ia juga menegaskan, Gerhana Matahari Total jangan pernah dikaitkan dengan mitos dan mesti disikapi secara rasional dan ilmiah. "Terkadang sering Gerhana Matahari ini dihubungkan dengan mitos, bahkan di Jawa fenomena gerhana dulu dikatakan karena di makan raksasa sehingga masyarakat menjadi takut dan bersembunyi saat terjadi gerhana," ujarnya.

Menurut dia, edukasi tentang Gerhana Matahari perlu disampaikan secara benar untuk menghindari anggapan mitos. "Dulu ada pembodohan soal gerhana, bahkan saat itu, setiap ada lubang atau celah di dinding rumah ditutup dan sembunyi di kolong meja, sedangkan orang luar negeri rela membayar jauh-jauh hanya untuk melihat Gerhana Matahari," ujarnya.

Sementara peneliti di Lab Bumi dan Antariksa Departemen Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Judhistira Aria Utama mengatakan, pancaran sinar Matahari sama dengan 400 triliun bola lampu 100 watt.

"Ketika melihat Gerhana Matahari harus berhati-hati, karena sinar Matahari bisa merusak kornea mata dan merusak respon visual sel kornea mata karena pancaran cahaya matahari setara dengan 400 triliun bola lampu 100 watt yang dinyalakan secara serentak," ujar Judhistira.

Mengamati Gerhana Matahari boleh-boleh saja, asal Anda mengamatinya menggunakan kacamata berfilter khusus untuk mengamati Matahari secara aman. Seperti yang telah diinformasikan dengan gencar, Gerhana Matahari Total akan terlihat di Indonesia pada 9 Maret 2016, simak infonya di sini.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.