Galaksi NGC 1097 yang memiliki lubang hitam monster di intinya. Kredit: NASA |
Tapi dengan melacak gerakan dari dua jenis gas molekul sekitar pusat galaksi, peneliti menggunakan teleskop Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) di Chili, para peneliti mampu "bekerja mundur" dan mencari tahu tarikan gravitasi Lubang Hitam tersebut.
Hasilnya menunjukkan bahwa Lubang Hitam ini secara signifikan lebih besar daripada Lubang Hitam yang berada di pusat Bima Sakti. Lubang Hitam di NGC 1097 memiliki massa 140 juta kali Matahari, sedangkan Lubang Hitam di Bima Sakti hanya 4 juta kali massa Matahari.
Teleskop ALMA melacak radiasi yang dipancarkan dari dua gas, hidrogen sianida dan formil kation, karena mereka berputar-putar di sekitar galaksi NGC 1097. Gas tidak berinteraksi kuat dengan kondisi lingkungan dalam galaksi, seperti gas terionisasi yang mengalir ke dalam atau ke luar.
Dengan hanya dua jam dari data pengamatan, para peneliti belajar cukup tentang distribusi dan kecepatan gas yang sesuai dengan model dan menghitung tarikan Lubang Hitam pada inti galaksi.
Massa dari Lubang Hitam di pusat galaksi sangat memengaruhi sifat fisik galaksi induknya, dan paper terbaru telah menunjukkan adanya efek yang berbeda untuk setiap jenis galaksi.
Penelitian ini telah dirilis dalam The Astrophysical Journal pada tanggal 15 Juni.