Saran pencarian

Begini Cara Memotret Galaksi Bimasakti dengan Kamera Smartphone

Apakah bisa memotret bentangan galaksi Bimasakti menggunakan kamera smartphone? Di artikel ini, kami akan coba menjabarkan kiat-kiatnya.
Begini Cara Memotret Galaksi Bima Sakti dengan Kamera Smartphone
Foto kredit: Ian Norman
Info Astronomy - Beberapa orang percaya bahwa smartphone tidak akan bisa menggantikan kamera "asli" seperti DSLR atau mirrorless. It’s definitely wrong!

Nah, artikel ini bakal membuktikan hal sebaliknya, bakal ngasih tahu tentang bagaimana cara membuat foto bentangan galaksi Bimasakti yang apik dengan hanya menggunakan smartphone dan tripod. Penasaran?

Yang perlu diperhatikan pertama adalah, bentangan galaksi Bimasakti termasuk dalam objek redup. Sehingga untuk memotetnya, kamera harus bisa mengumpulkan cahaya sebanyak-banyaknya. Dengan kata lain, kita akan memanfaatkan fitur paparan panjang atau long exposure.

Nah, sebelum kita memulai dengan proses pengambilan gambar dengan paparan panjang pada smartphone, ada beberapa hal penting yang harus Anda miliki, karena tidak peduli seberapa stabil tangan Anda, getaran atau goyangan kecil saja bisa merusak hasil foto. Singkatnya, Anda memerlukan tripod.

Pasang smartphone Anda pada tripod agar stabil. Bila sudah punya, kita bisa mulai memotret.

Temukan Mode Manual

Di era modern seperti sekarang ini, sudah banyak smartphone (terutama berbasis Android) yang sudah memiliki kontrol manual di dalam aplikasi kameranya. Untuk mengeceknya pada smartphone Anda, coba buka kamera, lalu cari tombol yang bertuliskan "manual" atau "pro".

Apa pentingnya mode kontrol manual? Di mode ini, kita bisa mengatur kamera agar pas untuk memotret sesuatu. Sekali mode manual diaktifkan, Anda akan melihat sejumlah opsi. Yang paling penting untuk diperhatikan adalah pengaturan ISO dan kecepatan rana, yang biasanya ditunjukkan menggunakan ikon rana atau huruf "S".

Bila kamera di smartphone Anda sudah dilengkapi mode kontrol manual, saatnya mengatur kamera.

Setidaknya, ada tiga parameter penting dalam teknik paparan panjang. Parameter ini dikenal sebagai segitiga fotografi. Pertama adalah aperture atau bukaan, yang fungsinya adalah sebagai jendela tempat cahaya masuk. Bukaan disimbolkan dengan f (misal f/5,0 f/4,0 f/3,0 f/2,0 dsb). Semakin kecil angka bukaan, semakin lebar jendela pada kamera yang terbuka.

Kedua, ISO. Bila Anda belum tahu, ISO adalah sensitivitas sensor dalam menerima cahaya, yang biasanya tertulis sebagai ISO 50, ISO 100, 200, 400, 800, 1600, 3200, 6400 dan seterusnya. Semakin besar angkanya, semakin sensitif sensor kamera dalam menerima cahaya.

Ketiga adalah shutter speed atau kecepatan rana, yakni waktu yang diperlukan sensor dalam menerima cahaya. Biasanya disimbolkan dengan huruf S atau ikon rana. Pengaturan kecepatan rana harus diseuaikan dengan bukaan dan ISO.

Kamera smartphone Anda tidak memiliki mode manual karena Anda menggunakan iPhone atau Android kelas bawah? Anda bisa menggunakan aplikasi pihak ketiga. Misalnya seperti aplikasi Manual Camera untuk Android ataupun Slow Shutter Cam untuk iOS.

Baiklah. Agar ada sedikit gambaran, di bawah ini kami menampilkan hasil jepretan astrofotografer Ian Norman, yang mana sang astrofotografer memotretnya melalui smartphone dengan pengaturan rana 64 detik, bukaan f/2, ISO 3200:

Bimasakti dipotret dengan kamera smartphone. Kredit: Ian Norman
Bisa dilihat, gambar di atas cukup sukses menampilkan bentangan galaksi Bimasakti, walau masih terlalu banyak noise di mana-mana. Tapi hal ini bisa diatasi dengan menumpuk foto (stacking). Anda bisa menjepret sampai empat kali berturut-turut ke arah yang sama, lalu setelahnya Anda tumpuk hasil jepretan itu menjadi satu dengan teknik stacking.

Teknik ini memungkinkan Anda untuk mengumpulkan lebih banyak cahaya dari tiap gambar untuk digabungkan bersama menjadi gambar akhir yang akan memiliki lebih sedikit noise. Dengan menggabungkan empat paparan berbeda, hasilnya bisa seperti ini:

Setelah ditumpuk. Kredit: Ian Norman
Tampak lebih baik, kan? Anda bisa coba sendiri menggunakan smartphone Anda dengan pengaturan yang sama. Bila hasilnya berbeda, cobalah dengan pengaturan yang lain. Oh iya, sebelum memotret, tugas selanjutnya adalah mencari tahu dulu kapan bentangan galaksi Bimasakti muncul.

Untuk menemukan bentangan galaksi Bimasakti juga perlu mencari tempat pemotretan yang dari pusat kota. Misalnya ke area pegunungan, bukit, pedesaan, dataran tinggi, atau pantai. Yang penting bebas polusi cahaya. Nah, waktu terbaik untuk mengamati dan memotretnya mulai Maret hingga Oktober setiap tahunnya.

Tidak tahu harus menghadap ke mana? Manfaatkan lagi smarphone Anda, unduh aplikasi peta langit yang tersedia. Bila bingung, baca lima aplikasi peta langit yang wajib dicoba di tautan ini.

Sebagai contoh, di bawah ini saya menggunakan aplikasi Sky Portal. Anggap saja saya ingin memotret Bimasakti pada 1 Mei 2018 mendatang, dan inilah hasil dari aplikasinya:

Bimasakti lewat Sky Portal. Kredit: Dok. Pribadi/Sky Portal
Terlihat pada aplikasi Sky Portal, bentangan galaksi Bimasakti bisa terlihat di langit timur mulai pukul 23.00 WIB. Dengan begitu, saya hanya perlu mengarahkan kamera smarphone ke arah itu untuk mulai memotretnya. Cukup mudah, kan?

Nah, itulah dia sedikit kiat bagaimana cara memotret bentangan Bimasakti dengan kamera smartphone. Semoga bermanfaat dan selamat memotret!
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com