Saran pencarian

Badai Meteor Camelopardalid Menubruk Bulan

Badai Meteor Camelopardalid Menubruk Bulan
Badai Meteor Camelopardalid Menubruk Bulan
Tubrukan meteor di Bulan beberapa pekan yang lalu. Kredit: NASA
Info Astronomy - Sebuah peristiwa badai meteor terjadi pada hari ini 24 Mei 2014. Mencapai puncak pada pukul 13:00-15:00 WIB.

Karena puncaknya yang terjadi siang hari (saat ini), maka seluruh wilayah Indonesia tidak dapat menyaksikan peristiwa badai meteor yang bernama Camelopardalid ini.

Badai meteor Camelopardalid ini memiliki intensitas 100-400 meteor per jam. Lokasi terbaik untuk mengamatinya adalah wilayah Amerika dan Kanada seperti pada peta di bawah ini:

Peta terlihat atau tidak terlihatnya badai meteor Camelopardalid. Kredit: SPACE
Menurut laporan pengamat Muh. Ma'rufin Sudibyo, selain berpotongan dengan orbit Bumi, meteoroid-meteoroid yang merupakan remah-remah komet 209 P/LINEAR itu juga akan menghampiri pengiring setia Bumi, yakni Bulan.

Dan berbeda dengan di Bumi, meteoroid-meteoroid yang berwujud butir-butir debu dan pasir dan melesat secepat 19 km/detik atau 68.400 km/jam itu akan tiba di permukaan Bulan tanpa hambatan sama sekali.

Hal ini disebabkan oleh sangat jarangnya molekul-molekul udara di Bulan, sehingga praktis Bulan tidak memiliki atmosfer.

Maka tanpa sempat berubah menjadi meteor, maka meteoroid-meteoroid tersebut akan langsung membentur Bulan dengan kecepatan tetap setinggi 68.400 km/jam. Yang menyenangkan, saat benturan itu terjadi kita bisa menyaksikannya dari Bumi, jika berada di tempat dan waktu yang tepat.

Dalam prakiraan astronom Jeremie Vaubaillon (Perancis), tumbukan meteoroid-meteoroid Camelopardalids dengan Bulan mencapai puncaknya pada Sabtu 24 Mei 2014 sekitar pukul 08:30 hingga 12:30 WIB.

Selang waktu ini memang mendahului puncak hujan meteor Camelopardalids di Bumi. Dan sedikit berbeda dengan meteoroid Camelopardalids yang memasuki atmosfer Bumi.

Namun jangan berharap bahwa saat meteoroid-meteoroid itu menghantam Bulan, kita akan disuguhi dengan kilatan demi kilatan cahaya yang langsung bisa disaksikan secara kasat mata tanpa alat bantu apapun.

Butuh teleskop dengan lensa/cermin obyektif berdiameter minimal 100 mm (10 cm) dan memiliki perbesaran di antara 40 hingga 100 kali guna mengamatinya.

Sebab saat meteoroid-meteoroid tersebut membentur permukaan Bulan sebagai meteorit, kilatan-kilatan cahaya yang terbentuk akan cukup redup dengan perkiraan magnitudo semu sekitar +8 hingga +9.

Be carefull, Moon!
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.