Saran pencarian

Hari Bumi: Bumi Semakin Sekarat, Sudah Tak Layak Huni!

Hari Bumi: Bumi Semakin Sekarat, Sudah Tak Layak Huni!
Hari Bumi: Bumi Semakin Sekarat, Sudah Tak Layak Huni!
Ilustrasi. Kredit: Wide Angel Thinking
Info Astronomy - Bumi semakin sekarat. Panasnya Bumi terasa menyengat dan membakar, cuaca sulit diprediksi, bencana tidak kunjung henti melanda dan terus berulang dan tidak kunjung berhenti, hutan semakin rusak dan semakin terkikis, manusia, satwa serta tumbuh-tumbuhan kian sulit bertahan secara berlanjut.

Semua makhluk hidup di Bumi dihadapkan dengan berbagai tantangan dan persoalan terkait keadaan Bumi kita saat ini yang sakit akut akibat perbuatan dan perilaku manusia.

Refleksi, perbuatan nyata dan berbagai langkah menjadi pilihan. Fakta dan realita saat ini, Bumi semakin tidak bersahabat dengan sesamanya demikian juga dengan manusia berprilaku dengan Bumi.

Tanpa sadar atau tidak sadar sikap dan perilaku kita terhadap Bumi menunjukkan ketidakserasian lagi, penghargaan bagi sesamapun (Bumi dan manusia) begitu mulai kendur dan memudar. Manusia semakin sulit untuk menghargai adat, budaya dan tradisi yang sedikit banyak memiliki andil dan pengaruh terhadap keberlangsungan nasib Bumi ini.

Banyak fakta yang menjadi contoh nyata yang menggambarkan Bumi mengalami sakit parah, semakin sekarat akibat tangan-tangan manusia yang kelihatan dan tidak kelihatan.

Semakin bertambahnya populasi manusia berimbas pada tindakan dan perbuatan. Semakin bertambahnya kendaraan berdampak pada polusi asap knalpot yang tidak lain dapat mencemari (pencemaran) udara, demikian juga halnya dengan semakin bertambahnya pabrik-pabrik besar.

Hal serupa juga terjadi ketika pembukaan lahan secara besar-besaran yang selanjutnya mereka bakar/terbakar dan berimbas pada peningkatan suhu Bumi. Mencairnya es di Kutub Utara menjadi tanda kuat bahwa Bumi semakin sakit parah.

Perilaku manusia yang semakin sulit untuk bersahabat dengan Bumi dan alam semesta ini juga terlihat ketika manusia sudah tidak bijaksana dan tidak peduli lagi dengan lingkungan sekitar.

Sudah tidak heran, semakin menumpuk/bertambahnya jumlah sampah menjadi tanda semakin berkurang atau kurangnya kesadaran manusia. Sehingga tidak jarang, bencana banjir yang kerap kali menghampiri tidak terlepas dari persoalan ini.

Peningkatan laju kerusakan hutan menjadi dasar kuat Bumi semakin kritis dan semakin terkikis. Pembabatan hutan di Indonesia secara besar-besaran dari tahun ke tahun menjadi faktor utama.

Hutan yang rusak tidak tanggung-tanggung, setiap tahunnya 1.315.000 ha atau dengan perhitungan setiap tahunnya luas areal hutan berkurang sebesar satu prosen (1%) berdasarkan data yang dikeluarkan FAO.

Data dari berbagai lembaga lingkungan menyebutkan, kerusakan hutan mencapai 1.600.000 – 2.000.000 ha per tahun dan lebih tinggi lagi data yang diungkapkan oleh Greenpeace, bahwa kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3.800.000 ha per tahun.

Kerusakan hutan atau semakin hilangnya hutan tidak lain karena disebabkan oleh aktivitas penebangan liar atau illegal logging, pengerukan untuk tambang dan minyak bumi, perkebunan dengan skala besar dan pembangunan menjadi semakin bertambahnya hutan dimusnahkan.

Kerusakan hutan sudah pasti mempersulit tumbuh dan berkembangnya keanekaragaman hayati berupa habitat dan populasi satwa. Hutan sebagai tempat mereka tinggal semakin sempit, terhimpit dan terus terkikis habis.

Bukti nyata dengan semakin rusaknya Bumi ini, sudah barang tentu menjadi tanda bahwa Bumi sudah semakin sulit untuk bertahan dan menanggung beban yang semakin berat, bahkan Bumi sebenarnya sudah sangat renta dan tidak layak untuk dihuni lagi.

Aksi nyata dan berbagai upaya untuk Bumi sudah sepatutnya dilakukan secara berlanjut. Banyak cara yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk mencegah dan menyelamatkan Bumi dari sakit. Telah banyak juga dilakukan oleh berbagai lembaga, pemerintah dan berbagai kalangan yang peduli dengan Bumi dan lingkungan ini.

Namun tidak cukup oleh sebagian saja, perlu perhatian bersama dan semua untuk merawat Bumi ini. Bukankah kita sadar bahwa begitu banyak kita mendapatkan limpahan dan manfaat dari keberadaan Bumi ini. Apakah kita masih selalu ingin menerima tanpa menabur dan menanam serta memilihara Bumi ini?

Keberadaan Bumi tergantung pada kita semua. Bumi semakin tua, semakin renta dan Bumi semakin sekarat. Apabila ingin Bumi masih bertahan lama, berarti berupaya agar ada tumbuh kesadaran untuk memilihara, menjaga dan menam kembali.

Semoga saja… Selamat hari Bumi 22 April 2014, mari selamatkan Bumi untuk kehidupan yang lebih baik dan berlanjut serta lestari.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

5 komentar

  1. Ulasan yang bagus. Bener-bener menggugah aku buat ikut merawat Bumi. Info Astronomy keren banget!! :heart: :clap:
  2. Pretty cool! Bikin gue merasa bersalah. Sindiran cerdas dan berkelas, ngena banget. Gue bakal berubah untuk Bumi!
    1. Sama bro. ane jg tersindir, tapi sindirannya emang bener dan kelas banget. Kite musti menjaga Bumi. :like:
  3. Maafkan aku Bumi...... Aku telah merusakmu selama ini. :sad:

    Hari Bumi akan aku jadikan momentum buat merawat Bumi. :ok:
  4. Min kalau orang yang mendarat di Mars yang tahun 2030 itu yang dari Mars One bukan min? Atau beda lagi?
Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.